Marbahan ya Bal-balan, Sepakbola Mau Datang!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 May 2020 13:16
Lionel Messi di Upacara Penghargaan Golden Ball Ballon d'Or di Paris pada Senin, 2 Desember 2019 (AP Photo/Francois Mori)
Penyerang Barcelona Lionel Messi (AP Photo/Francois Mori)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah hampir dua bulan sepakbola absen dalam kehidupan kita. Akhir pekan rasanya hampa...

Penyebabnya adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, virus ini menyebar ke seluruh dunia.

Kini Eropa sudah menjadi episentrum baru penyebaran virus corona. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 9 Mei 2020 mencapai 1.682.338 orang. Jumlah ini adalah 43,63% dari total kasus corona di seluruh dunia.

coronaWHO


Eropa adalah kiblat sepakbola dunia. Liga-liga top dimainkan di sana, mulai dari Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, Serie A Italia, Bundesliga Jerman, Ligue 1 Prancis, Eredivisie Belanda, dan lain-lain.

Seiring dengan penyebaran virus corona yang cepat dan luas, pemerintah di berbagai negara Eropa menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) bahkan sampai karantina wilayah (lockdown). Artinya, warga benar-benar tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak.

Bahkan di beberapa negara seperti Inggris, para pelanggar lockdown dikenakan sanksi denda. Mungkin kena Tipiring (Tindak Pidana Ringan) kalau di Indonesia.

Social distancing juga membuat berbagai acara yang mengundang kerumunan tidak diperbolehkan. Acara perayaan ulang tahun yang mengundang keluarga dan kawan-kawan saja tidak boleh. Demikian pula kegiatan seperti pesta pernikahan, pembaptisan, dan sebagainya.

Kalau acara ulang tahun saja tidak bisa dirayakan, bagaimana nasib pertandingan sepakbola yang mengundang puluhan ribu orang dalam satu titik? Sudah pasti dilarang banget.



Oleh karena itu, liga-liga sepakbola dihentikan sementara. Nasib musim 2019/2020 menjadi suram, penuh ketidakjelasan.

Belanda sudah menjawab tanda tanya itu. Federasi Sepakbola Kerajaan Belanda (KNVB) memutuskan kompetisi musim 2019/2020 dibatalkan.

Tidak cuma dibatalkan, tetapi juga diputihkan. Null and void, hilang dari catatan sejarah. Tidak ada juara, tidak ada yang terdegradasi.

Prancis juga sudah memberikan ketegasan. Noel Le Graet, Presiden Federasi Sepakbola Prancis (FFF), menyatakan bahwa musim 2019/2020 sudah selesai.

"Kami sudah memberi informasi kepada Dewan Eksekutif bahwa Ligue 1 dan Ligue 2 tidak akan dimulai. Liga Nasional tidak akan digulirkan, begitu pula dengan liga sepakbola perempuan D1. Empat kompetisi ini sudah berakhir untuk musim 2019/2020," ungkap Le Graet, seperti dkutip dari AFP.


Berbeda dengan Belanda, FFF memutuskan bahwa Paris St Germain adalah juara Ligue 1 musim 2019/2020 yang sah. Neymar Jr dan kolega memang nyaman di puncak klasemen, berselisih 12 poin dari Marseille di peringkat kedua.
 

Namun perlahan virus corona di Eropa mulai bisa dijinakkan. Meski masih ada penambahan jumlah kasus, tetapi laju pertumbuhannya semakin melambat.

Pada 8 Mei 2020, mengutip data WHO, penambahan kasus dibandingkan hari sebelumnya adalah 1,74%. Sejak 22 April, laju kenaikan kasus corona di Eropa sudah di bawah 3% per hari.



Oleh karena itu, berbagai negara berencana dan sudah melonggarkan social distancing. Salah satunya adalah Jerman.

Angela Merkel, Kanselir Jerman, mengumumkan bahwa Negeri Panser sudah melewati fase pertama penyebaran virus corona. Oleh karena itu relaksasi lockdown sudah bisa dilakukan.

Data Robert Koch Institute menyebutkan, jumlah pasien positif corona di Jerman per 6 Mei adalah 164.807 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 163.860 orang.

Namun persentase laju kenaikan kasus secara harian terus menurun. Bahkan dalam lima hari terakhir, kenaikan jumlah pasien terus berada di bawah 1%.




"Kita sudah mencapai titik di mana tujuan untuk memperlambat laju penyebaran virus sepertinya telah tercapai. Jadi, sangat mungkin untuk mendiskusikan dan menyepakati langkah pelonggaran," kata Merkel, seperti diberitakan Reuters.

Salah satu bentuk pelonggaran tersebut adalah bergulirnya kembali kompetisi sepakbola Liga Jerman alias Bundesliga pada 16 Mei. "Keputusan hari ini adalah kabar baik bagi Bundesliga," ujar Merkel, yang merupakan pendukung klub Energie Cottbus.

Pekan ini, pemerintah federal Jerman dan 16 negara bagian sepakat untuk menggelar kembali Bundesliga dan 2. Busdesliga. Namun seluruh pertandingan sisa musim 2019/2020 akan digelar di stadion kosong tanpa penonton.


Tidak hanya Jerman, Spanyol juga dikabarkan siap melanjutkan kompetisi sepakbola pada 20 Juni. Saat ini, para pemain dari seluruh klub sudah menjalani latihan rutin dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Kami sudah menentukan tanggal untuk memulai kembali liga yaitu pada 20 Juni dan selesai pada 26 Juli. Kami akan menjalani 11 matchdays yang dilangsungkan pada Sabtu, Minggu, Rabu, dan Kamis. Otoritas La Liga baru saja memberitahu dan saya sangat senang. Sekarang kami akan menyusun jadwal lathan," ungkap Javir Aguirre, Pelatih Leganes, seperti diberitakan Reuters.

Bagi Spanyol, sepakbola bukan sekadar pertandingan 11 lawan 11 untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya. Sepakbola adalah salah satu komponen penting dalam mesin perekonomian Negeri Matador.

Riset PWC, lembaga konsultan bisnis internasional, menyebutkan bahwa La menyumbang EUR 15,69 miliar ke Produk Domestik Bruto (PDB) Spanyol pada musim 2016/2017. Angka itu setara 1,37%. 

"Setiap EUR 1 yang dibelanjakan di kompetisi La Liga menghasilkan keluaran EUR 4,2," sebut riset PWC.

Dampak itu terdiri dari dampak langsung, tidak langsung, traktoral, dan peningkatan konsumsi rumah tangga. Dampak traktoral misalnya peningkatan penjualan di sektor-sektor lainnya seperti telekomunikasi dan produk-produk elektronik. 

"Sumbangan La Liga ke perekonomian Spanyol setara dengan 24% penjualan kendaraan bermotor, 48% penjualan di sektor telekomunikasi, bahkan 1,4 kali lipat dari pendapatan perusahaan maskapai penerbangan," ungkap PWC. 

Dari sisi penciptaan lapangan kerja, La Liga juga memberikan sumbangan yang tidak sedikit. Pada musim 2016/2017, La Liga menciptakan 184.626 lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung. 

"Jumlah ini adalah 0,98% dari seluruh tenaga kerja di Spanyol. Setiap 1 lapangan kerja langsung yang tercipta, ada 4 pekerjaan tidak langsung yang tercipta," tulis riset PWC. 

Penciptaan lapangan kerja dari La Liga, tambah PWC, adalah 1,2 kali dari pekerja di sektor tekstil, produk tekstil, dan alas kaki dan 2,4 kali dari pekerja di sektor manufaktur logam. Juga setara dengan 41% dari pekerja di sektor makanan, minuman, dan tembakau serta 66% dari total pekerja di Wilayah Otonomi Navarre. 

Sepak bola juga menjadi penyumbang penerimaan negara. Pada musim 2016/2017, PWC mencatat kompetisi La Liga menyumbang EUR 4,09 miliar euro ke kas negara. Perinciannya adalah EUR 1,16 miliar Pajak Pertambahan Nilai (PPN), EUR 1,07 miliar Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi, EUR 1,04 miliar untuk jaminan sosial, EUR 640 juta PPh badan, serta EUR 175 juta dari kepabeanan dan cukai. 

"PPN datang dari aktivitas konsumsi yang terkait pertandingan sepak bola, seperti konsumsi di restoran saat menonton pertandingan. Sementara PPh cukup besar karena ada kenaikan gaji pemain dan mereka yang bekerja di klub," sebut PWC. 

Oleh karena itu, kehadiran kembali sepakbola di kehidupan kita tidak hanya membawa gairah dan kegembiraan. Melainkan juga membuat roda ekonomi berputar kembali.

Marbahan ya bal-balan...


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Belanda Sudah, Kini Prancis Setop Liga! Liverpool Gimana...?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular