
Sepi Pengunjung, Pengusaha RI Ramai-ramai Mau Jual Hotel!
Savira Wardoyo, CNBC Indonesia
04 May 2020 17:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pariwisata, khususnya industri perhotelan, menjadi yang terpukul, selama pandemi Covid-19. Dengan rata-rata okupansi dibawah 10 persen, membuat para pengusaha menjual asetnya demi bisa bertahan ditengah masa sulit.
"Hotel semua for sale, cuma tidak ada yang beli. Transaksi semua menunggu, tapi hari gini siapa yang mau beli?" Ungkap penasihat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)mKosmian Pudjiadi,kepada CNBC Indonesia, , Senin (4/5).
Kosmian menyebut merebaknya Covid-19 memambah daftar pengusaha yang memutuskan untuk menjual asetnya karena tak mampu menanggung beban operasional. Ini, kata dia, menyulitkan keuangan perusahaan.
"Masalahnya, untuk bayar overhead, biaya produksi, kami tidak sanggup. Paling hanya bisa sampai 3 bulan". Jelasnya.
Belum lagi soal beban kredit perbankan. Menurutnya, pemerintah harus turun tangan lansung membantu memulihkan krisis yang terjadi, akibat Covid-19
"Kita harus tau apa masalah yang dihadapi perbankan. Mereka bilang, masalah kami ini cuma zero income, kemudian bayar overhead. Pihak bank mengatakan, income mereka hampir Nol, debitur tidak ada yang bayar dan overheadnya jauh lebih besar, ditambah deposan yang cairkan dana. Jadi mereka posisi cashnya juga tidak bisa tahan 3 sampai 6 bulan". Ungkapnya.
Ia pun berharap pemerintah dapat memberikan stimulus bagi industri perbankan agar dapat menyalurkan biaya relaksasi, yang dibutuhkan para pelakui industri.
"Mekanisme kita ini harus melalui bank. Yang kami harapkan, bunga itu pemerintah yang tanggung. Kita bayar pokok baru, hutangnya nambah. Kita butuh suntikan dana dari perbankan untuk working capital". Jelasnya.
(gus) Next Article Kemenpar Siapkan Hotel Buat Tenaga Medis & Isolasi Pasien
"Hotel semua for sale, cuma tidak ada yang beli. Transaksi semua menunggu, tapi hari gini siapa yang mau beli?" Ungkap penasihat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)mKosmian Pudjiadi,kepada CNBC Indonesia, , Senin (4/5).
Kosmian menyebut merebaknya Covid-19 memambah daftar pengusaha yang memutuskan untuk menjual asetnya karena tak mampu menanggung beban operasional. Ini, kata dia, menyulitkan keuangan perusahaan.
"Masalahnya, untuk bayar overhead, biaya produksi, kami tidak sanggup. Paling hanya bisa sampai 3 bulan". Jelasnya.
Belum lagi soal beban kredit perbankan. Menurutnya, pemerintah harus turun tangan lansung membantu memulihkan krisis yang terjadi, akibat Covid-19
"Kita harus tau apa masalah yang dihadapi perbankan. Mereka bilang, masalah kami ini cuma zero income, kemudian bayar overhead. Pihak bank mengatakan, income mereka hampir Nol, debitur tidak ada yang bayar dan overheadnya jauh lebih besar, ditambah deposan yang cairkan dana. Jadi mereka posisi cashnya juga tidak bisa tahan 3 sampai 6 bulan". Ungkapnya.
Ia pun berharap pemerintah dapat memberikan stimulus bagi industri perbankan agar dapat menyalurkan biaya relaksasi, yang dibutuhkan para pelakui industri.
"Mekanisme kita ini harus melalui bank. Yang kami harapkan, bunga itu pemerintah yang tanggung. Kita bayar pokok baru, hutangnya nambah. Kita butuh suntikan dana dari perbankan untuk working capital". Jelasnya.
(gus) Next Article Kemenpar Siapkan Hotel Buat Tenaga Medis & Isolasi Pasien
Most Popular