Lahir di Philadelphia, Pennsylvania, AS, pria dengan nama lengkap Kobe Bean Bryant tersebut menjelma menjadi salah satu pemain terhebat di sepanjang sejarah kompetisi basket AS, bahkan dunia.
Secara total, lima gelar juara NBA berhasil disabet olehnya kala membela Los Angeles Lakers yang juga merupakan satu-satunya tim yang pernah dibela Kobe.
Namun, ada satu hal yang membedakan Kobe dengan pemain basket terhebat di NBA lainnya seperti Michael Jordan: dirinya tak pernah bermain di universitas.
Untuk diketahui, liga basket tingkat universitas di AS sangatlah maju, bahkan sampai disiarkan di stasiun TV nasional.
Kobe pertama kali mendapatkan perhatian publik kala memulai karirnya di tim basket Lower Merion High School. Pada musim juniornya, secara rata-rata Bryant membukukan 31,1 poin per game, 10,4 rebounds, dan 5,2 assists.
Penampilan ciamik dari Kobe membuat para pencari bakat dari tim basket universitas meliriknya. Nama-nama universitas besar di AS seperti Duke University, University of Michigan, Villanova University, hingga University of North Carolina at Chapel Hill yang dulunya merupakan tempat bermain Michael Jordan, ikut membidik Kobe.
Namun, Kobe kemudian membuat keputusan mengejutkan dengan langsung terjun ke putaran draft NBA di tahun 1996. Lakers pun pada akhirnya memutuskan untuk meminang Kobe, menjadikannya guard pertama yang berhasil melewati putaran draft tanpa bermain di universitas. Kala dipinang Lakers, Kobe masih berusia 17 tahun.
Keputusan berani dari Lakers untuk meminang Kobe terbukti menjadi salah satu keputusan terbaik yang pernah diambil oleh sebuah tim NBA. Seperti yang disebutkan di atas, lima gelar juara NBA berhasil disabet olehnya kala membela Lakers.
Lakers menjadi tim terakhir yang bisa memenangi gelar juara NBA selama tiga tahun beruntun, tepatnya pada periode 2000-2002. Kala itu, Kobe dipasangkan dengan Shaquille O'Neal yang merupakan salah satu center terbaik sepanjang masa. Dua gelar NBA lainnya dimenangi Kobe bersama dengan Lakers pada tahun 2009 dan 2010.
Musim 2015-2016 menjadi musim terakhir Kobe di NBA, menandai akhir dari karir panjang selama 20 tahun. Kobe lantas menjadi guard pertama dalam sejarah NBA yang bermain hingga 20 musim.
Semasa karirnya, secara rata-rata Kobe mencetak 25 poin per game, 5,2 rebounds, dan 4,7 assists.
Pencapaian Kobe di lapangan basket juga dibuktikan oleh rentetan penghargaan individu yang diraihnya. Dari lima kali menjadi juara NBA, dua kali Kobe dinobatkan sebagai Most Valuable Players (MVP) di babak final. Untuk musim reguler, pada tahun 2008 Kobe dinobatkan sebagai MVP.
Beberapa penghargaan individu lainnya yang juga berhasil disabet oleh Kobe di antaranya: 18 kali NBA All-Star, 4 kali NBA All-Star Game MVP, 11 kali All-NBA First Team, 9 kali NBA All-Defensive First Team, dan 2 kali NBA scoring champion.
Di kancah internasional, Kobe dua kali membawa AS sebagai juara olimpiade, yakni pada tahun 2008 (olimpiade Beijing) dan 2012 (olimpiade London).
Pasca pensiun, Lakers memutuskan untuk mempensiunkan nomor punggung 8 dan 24, dua nomor yang digunakan Kobe semasa karirnya. Bahkan, menyusul kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya, Mark Cuban selaku pemilik tim NBA lainnya, Dallas Maverick, memutuskan untuk mempensiunkan nomor punggung 24 di timnya.
“Warisan dari Kobe melampaui bola basket, dan organisasi kami telah memutuskan bahwa nomor punggung 24 tidak akan pernah lagi digunakan oleh seorang pemain Dallas Maverick,” tulis Cuban dalam pernyataan resminya.
Bahkan, kini desakan bagi NBA untuk mengubah logonya telah cukup terasa di media sosial. Untuk diketahui, logo NBA yang saat ini kita lihat sehari-hari merupakan siluet dari legenda Lakers lainnya, Jerry West.
Kepergian Kobe begitu terasa karena memang dirinya bisa dikatakan lebih dari seorang legenda basket. Pasalnya, dirinya juga merupakan salah satu motivator terbaik di dunia.
Memang, Kobe bukanlah sebuah motivator profesional yang menyelenggarakan kelas berbayar seperti kebanyakan motivator yang namanya kita kenal. Namun, etos kerja dari Kobe terbukti telah mempengaruhi hidup jutaan orang di seluruh dunia.
Kobe sendiri sering dipanggil “Black Mamba”, sebuah julukan yang diberikannya sendiri kepada dirinya. Black Mamba merupakan sebuah spesies ular berbisa.
Insipirasi untuk menjuluki dirinya sendiri Black Mamba datang dari film Kill Bill, di mana Black Mamba digambarkan sebagai pembunuh yang sangat mematikan seiring dengan kelincahan dan agresivitasnya.
Etos kerja dari Kobe lantas dikenal dengan istilah “Mamba Mentality” atau yang berarti Mentalitas Mamba.
Kobe menjelaskan bahwa Mamba Mentality merupakan sebuah pegangan hidupnya yang berarti “tidak pernah takut”.
“Untuk merangkum apa itu Mamba Mentality, itu berarti terus bisa mencoba untuk menjadi versi terbaik dari diri Anda sendiri,” kata Kobe pada tahun 2016, seperti dilansir dari ABS-CBN.
“Itu (Mamba Mentality) adalah perjuangan yang konstan untuk menjadi lebih baik pada hari ini ketimbang kemarin,” lanjut Kobe.
Mamba Mentality terbukti bukan menjadi ucapan belaka dari Kobe. Selama berkarir selama 20 tahun sebagai pebasket, berulang kali cerita mengenai etos kerja dari Kobe diangkat ke publik dan menjadi inspirasi bagi jutaan orang di dunia.
Melansir Business Insider, seorang pelatih atletik yang bekerja di tim nasional (timnas) bola basket AS untuk persiapan olimpiade bertemu dengan Kobe di Las Vegas pada musim panas 2012. Keduanya kemudian bertukar nomor ponsel dan pelatih atletik tersebut memberitahu kepada Kobe untuk menghubunginya kapanpun jika Kobe ingin memiliki sesi latihan tambahan.
Menurut pelatih atletik yang tak ingin namanya diketahui tersebut, Kobe meneleponnya beberapa hari kemudian, tepatnya pada pukul 04:15, memintanya untuk datang ke sebuah area latihan.
Mereka kemudian melakukan sesi latihan selama 75 menit, dan pelatih atletik tersebut kembali ke hotelnya untuk beristirahat sebelum sesi pertandingan latihan pada pukul 11:00. Di sinilah Mamba Mentality kemudian begitu terlihat.
“Bagian setelah ini saya ingat dengan sangat jelas. Semua pemain tim nasional AS ada di sana, merasa oke untuk sesi pertandingan latihan pertama. LeBron berbicara kepada Carmelo jika saya mengingatnya dengan benar dan pelatih Krzyzewski sedang mencoba menjelaskan sesuatu kepada Kevin Durant. Di sisi kanan dari area latihan ada Kobe sedang berlatih melakukan tembakan. Dan beginilah perbincangan kami selanjutnya berjalan – Saya mendatanginya, menepuknya di bagian punggung dan berkata ’Kerja yang baik pagi hari ini,’”
“Hah?” kata Kobe kebingungan.
“Sesi latihannya. Kerja yang baik,” kata sang pelatih atletik.
Dirinya kemudian bertanya kepada Kobe terkait kapan menyelesaikan latihan yang dilakukannya pada dini hari dengan dirinya. Ternyata, Kobe tak pernah meninggalkan area latihan.
“Baru saja sekarang (menyelesaikan latihan menembak). Saya ingin memasukkan sebanyak 800 kali jadi ya, baru sekarang,” kata Kobe.
Jadi, untuk sesi latihan di tahun 2012, di mana notabene Kobe sudah menjadi seorang bintang, dirinya datang tujuh jam lebih awal.
Ketika kebanyakan pemain sudah mulai kehilangan sentuhannya pada usia 34 tahun, justru pada saat itu Kobe sedang menikmati permainan terbaiknya.
Di musim reguler NBA tahun 2012-2013, melansir halaman resmi NBA, secara rata-rata Kobe mencetak 27,3 poin per game, 5,6 rebounds, dan 6 assists.
Pola latihan yang begitu intens dari Kobe tersebut pada akhirnya berbuah gelar emas pada Olimpiade tahun 2012 di London.
Cerita semacam ini datang juga dari O.J. Mayo, pemain yang sempat berlaga di NBA. Pada tahun 2007, O.J. Mayo merupakan salah satu peserta dari Kobe Basketball Academy. Mayo kemudian meminta Kobe untuk menemaninya di sesi latihan dan Kobe pun menerimanya. Kobe berkata bahwa dirinya akan menjemput Mayo pada pukul tiga.
Pasca Kobe tak juga muncul, Mayo kemudian bertanya kepada Kobe dan dijawab “Jam tiga pagi, bukan tiga sore,” seperti dilansir dari CBS Sports.
Pada tahun 2008, seorang pencari bakat NBA bahkan memuji Kobe karena berlatih lebih keras dibandingkan dengan bintang NBA lainnya.
“Allen Iverson suka bermain ketika lampu-lampu sudah menyala. Kobe suka melakukannya sebelum lampu-lampu menyala,” kata pencari bakat NBA tersebut, seperti dikutip dari Sports Illustrated.
Pasca pensiun dari NBA, Kobe tak berhenti menginsiprasi jutaan orang. Tak lagi ‘berdansa’ di lapangan basket, dirinya fokus menjadi seorang pebisnis. Sejatinya, bahkan sebelum pensiun, Kobe sudah terjun ke dunia bsinis.
Pada Maret 2014, Kobe diketahui mulai menanamkan dana di perusahaan produsen minuman untuk para atlet bernama BodyArmor. Jika ditotal, investasi Kobe di perusahaan tersebut mencapai US$ 6 juta.
Pada Agustus 2018, Coca-Cola mengumumkan pembelian saham minoritas di perusahaan tersebut. Jika dihitung berdasarkan valuasi yang digunakan Coca-Cola untuk membeli saham BodyArmor, kepemilikan Kobe di perusahaan tersebut lantas telah bernilai sekitar US$ 200 juta, seperti dilansir dari ESPN.
Sebelumnya pada tahun 2013, dirinya mendirikan perusahaan modal ventura bernama Bryant Stibel bersama dengan Jeff Stibel, pendiri Web.com. Perusahaan modal ventura sendiri merupakan perusahaan yang menyuntikkan modal kepada perusahaan-perusahaan rintisan (startup) yang biasanya memang sedang dalam fase mencari investor.
Ketika valuasi dari perusahaan rintisan tersebut sudah tinggi, perusahaan modal ventura kemudian akan menjual saham yang dimilikinya atas perusahaan tersebut guna merealisasikan keuntungan.
Individu seperti Kobe yang menyuntikkan modal kepada perusahaan rintisan sering dikenal dengan istilah Angel Investor.
Walaupun biasanya menyuntikkan modal kepada perusahaan-perusahaan rintisan, perusahaan-perusahaan kelas raksasa bisa juga menjadi sasaran investasi dari perusahaan modal ventura.
Melansir CNN Business, Bryant Stibel kini memiliki aset senilai lebih dari US$ 2 miliar, dengan investasi di berbagai perusahaan teknologi, media, serta perusahaan data. Bryant Stibel mengklaim bahwa pihaknya telah berhasil keluar dengan sukses (menjual saham yang sebelumnya dibeli) dari sebanyak 10 perusahaan, termasuk Dell dan Alibaba.
Bryant Stibel diketahui juga berinvestasi di Epic Games, perusahaan pembesut salah satu video game paling populer di dunia, Fortnite. Selain itu, portofolio Bryant Stibel meliputi perusahaan penyedia jasa pembayaran digital Klarna dan perusahaan produsen produk-produk rumah tangga The Honest Company.
Kepemilikan Kobe di perusahaan modal ventura Bryant Stibel membuatnya mendapatkan kehormatan untuk membunyikan lonceng pembukaan perdagangan di New York Stock Exchange (NYSE) pada Agustus 2016. NYSE sendiri merupakan bursa saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia.
 Foto: Pembukaan Perdagangan NYSE Oleh Bryant Stibel (Twitter @kobebryant) |
Menurut Kobe, aspek terpenting dari keputusan investasi yang dilakukan oleh perusahaannya adalah orang-orang yang menjalankan bisnis tersebut, bukan hanya prospek imbal hasil semata.
“Anda harus memiliki sosok pengusaha-pengusaha yang kuat, itu benar-benar kunci bagi kami, melihat orang-orangnya,” kata Kobe dalam sebuah wawancara dengan CNBC International pada September 2019.
“Ya, penting untuk melihat imbal hasilnya, bukan begitu? Tapi jugalah penting untuk memiliki sebuah peluang yang hebat, hubungan yang baik dengan para investor kami, peluang yang baik dengan para pengusaha kami untuk membantu mereka bertumbuh dan menempatkan mereka dalam situasi di mana mereka bisa sukses,” papar Kobe.
Pada tahun 2016, Kobe mendirikan Granity Studios, sebuah perusahaan media yang memiliki fokus untuk menyampaikan kisah-kisah di dunia olahraga secara kreatif.
Pada tahun 2018, Granity Studios memenangkan piala Oscar untuk kategori “best animated short film” melalui karyanya “Dear Basketball”, di mana Kobe terlibat langsung dalam produksi film pendek tersebut.
Melansir ESPN, selama berkarir di NBA selama 20 tahun Kobe meraup penghasilan senilai US$ 328 juta. Di luar lapangan basket, Kobe juga meraup penghasilan sekitar nilai tersebut, baik dari bisnisnya sendiri maupun dari merek-merek ternama yang mengontraknya seperti Nike, McDonald's, Sprite, Nintendo, dan Turkish Airlines.
Kesuksesan Kobe sebagai pebisnis jelas menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Pasalnya, tak sedikit bintang NBA yang sebelumnya bergelimang harta, justru terlilit utang pasca pensiun, Allen Iverson misalnya.
Iverson yang merupakan mantan bintang tim NBA Philadelphia 76ers tersebut diketahui meraup penghasilan hingga lebih dari US$ 200 juta di sepanjang karirnya. Namun, kesadaran yang buruk atas pentingnya investasi membuat Iverson pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
Pada akhir 2012, Iverson menyatakan bahwa pendapatan bulanannya hanyalah sebesar US$ 62.500, namun pengeluarannya mencapai US$ 360.000.
Selain Iverson, Scottie Pippen dan Dennis Rodman yang juga merupakan mantan bintang NBA, juga mengalami kebangkrutan.
Lantas, bagaimana Kobe bisa menjadi pebisnis yang begitu sukses dan disegani? Ternyata, Mamba Mentality kembali berbicara.
Melansir halaman Shup Up & Hustle yang mengutip Bloomberg, Kobe seringkali menelepon para pengusaha sukses untuk meminta masukan.
“Saya akan menelepon orang-orang dan menyerap isi otaknya terkait berbagai macam hal. Beberapa pertanyaan yang saya ajukan akan terlihat sangat-sangat simpel dan bodoh untuk mereka, jujur saja. Tapi jika saya tidak paham, ya saya tidak paham. Anda harus bertanya. Saya akan melakukannya,” kata Kobe, seperti dilansir dari Shup Up & Hustle yang mengutip Bloomberg.
“Saya akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan saya ingin tahu lebih lagi terkait bagaimana mereka membangun bisnis dan bagaimana mereka mengoperasikan perusahaannya, dan bagaimana mereka memandang dunia.”
Bahkan, Chris Sacca yang merupakan seorang investor dengan aset miliaran dolar AS sempat dihujani pertanyaan oleh Kobe dengan sangat agresif.
“Selama beberapa bulan ponsel saya tak pernah berhenti bergetar di tengah malam. Itu adalah Kobe, membaca artikel ini, membaca cuitan ini, mengikuti akun ini, terjun ke dalam Ted Talk ini, terjun ke dalam hal-hal Y Combinator Demo Day,” kata Sacca, seperti dilansir dari Shup Up & Hustle yang mengutip podcast dari Bill Simmons.
“Dan saya mendapatkan pesan singkat tersebut, benar-benar pada jam dua atau tiga pagi, dan istri saya berkata ‘Apakah kamu selingkuh dengan Kobe Bryant? Apa yang sedang terjadi di sini?’”
Peninggalan Kobe memang jauh lebih besar dari hanya sederet medali dan trofi yang diraihnya di lapangan basket. Melalui prinsip Mamba Mentality, Kobe telah mempengaruhi kehidupan jutaan orang di seluruh dunia secara positif.
Melalui kerja kerasnya sebagai seorang pebisnis, Kobe mengajarkan betapa pentingnya mengelola keuangan dengan hati-hati, dan bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk mencoba sesuatu yang baru.
Rest easy up there, Champ! #MambaOut
“Jika Anda takut gagal, maka kemungkinan Anda akan gagal,” – Kobe Bean Bryant (1978-2020).