Babak 16 Besar Liga Champions

Madrid vs City, Pertarungan Dua Los Galacticos

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 December 2019 06:59
Madrid vs City, Pertarungan Dua Los Galacticos
Karim Benzema (REUTERS/Susana Vera)
Jakarta CNBC Indonesia - Liga Champions Eropa, kompetisi sepakbola antar-klub paling bergengsi di Benua Biru, sudah menyelesaikan fase penyisihan grup. Mulai Februari 2020, 16 klub yang tersisa akan menjalani babak 16 besar alias perdelapan final.

Enam belas tim terbaik tersebut adalah Paris St Germain (Prancis), Real Madrid (Spanyol), Bayern Muenchen (Jerman), Tottenham Hotspur (Inggris), Manchester City (Inggris), Atalanta (Italia), Juventus (Italia), Atletico Madrid (Spanyol), Liverpool (Inggris), Napoli (Italia), Barcelona (Spanyol), Borussia Dortmund (Jerman), RB Leipzig (Jerman), Lyon (Prancis), Valencia (Spanyol), dan Chelsea (Inggris).

Pengundian siapa melawan siapa sudah dilakukan oleh Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA). Dari delapan partai, ada satu yang menyita perhatian yaitu Manchester City vs Real Madrid.

City, sang juara bertahan Liga Primer Inggris, berhasil menjadi pemuncak di Grup C setelah melalui hadangan Atalanta, Shakhtar Dontesk (Ukraina), dan Dinamo Zagreb (Kroasia). Anak asuh Manajer Josep 'Pep' Guardiola menyelesaikan fase grup relatif tanpa kendala berarti, mengumpulkan 14 poin dari raihan maksimal 18.


Sementara Madrid, pemegang rekor 13 kali juara Piala/Liga Champions Eropa, justru agak kesulitan menuntaskan kewajiban di Grup A. Mengumpulkan 11 angka dari hasil tiga kali menang, dua imbang, dan satu kalah, Los Merengues harus rela lolos sebagai runner-up di bawah PSG.

Namun pertemuan City dan Madrid tetap sebuah premis yang menjanjikan. Madrid adalah perwakilan kekuatan lama, kolot, tradisional. Sedangkan City menjadi cerminan kekuatan baru yang siap mengganggu para penguasa Eropa tradisional.

Menariknya, dinamika di dua klub ini hampir mirip. Madrid mencoba membangun kembali dinasti Los Galacticos. Tempat berkumpulnya pemain-pemain terbaik yang hasilnya adalah tim yang seakan berasal dari planet lain.

Sekarang City mencoba melakukan hal serupa. Bermodal kucuran uang tak berseri dari Timur Tengah, City mengoleksi bakat-bakat terbaik dari seantero bumi.

[Gambas:Video CNBC]




Madrid mengalami beberapa masa Galacticos. Pertama adalah pada awal dekade 2000-an, yang dimulai dengan kedatangan Luis Figo dari sang rival abadi, Barcelona. Kala itu, Madrid menebus kapten tim nasional Portugal tersebut dengan mahar setara EUR 62 miliar.

Kehadiran Figo menjadi pintu masuk bagi pemain-pemain bintang lainnya. Zinedine Zidane (sekarang menjadi pelatih Madrid), Ronaldo Luis Nazario de Lima, David Beckham, Michael Owen, Robinho, sampai Sergio Ramos menjadi anggota Los Galacticos angkatan pertama. Benar-benar tim bertabur bintang, semua lini diisi oleh pemain-pemain top.


Era Galacticos pertama boleh dibilang selesai pada 2006. Zidane pensiun, Ronaldo pindah ke AC Milan (Italia), dan Beckham hijrah ke Amerika Serikat (AS) untuk membela LA Galaxy.

Namun Galacticos di ibukota Spanyol belum selesai. Los Galacticos periode kedua bisa dibilang bermula pada 2009, kala Madrid memboyong Ricardo Izecson dos Santos Leite alias Kaka dari AC Milan dengan memecahkan rekor transfer dunia di angka EUR 67 juta.

Selepas itu, pemain-pemain top lainnya berdatangan ke Stadion Santiago Bernabeu. Ada Karim Benzema, Cristiano Ronaldo (pembelian paling sukses yang menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa di Madrid), Xabi Alonso, Angel Di Maria, Luka Modric, Gareth Bale, James Rodriguez, sampai Toni Kroos.

Seperti halnya di angkatan pertama, Los Galacticos periode kedua juga ada yang hit dan ada yang miss. Ronaldo, Alonso, Modric, dan Kroos mungkin masuk kategori hit, sementara Di Maria dan James adalah yang miss. Bale? Di tengah-tengah lah.


Kini Ronaldo bermain di Juventus, Di Maria di PSG, bahkan Alonso sudah pensiun. Selepas kepergian CR7, Madrid mencoba membangun Galacticos baru dengan Eden Hazard sebagai pusatnya. Namun bukannya Hazard, malah Benzema di kuda tua Prancis yang menjadi main man buat Madrid.


Kalau Galacticos di Madrd berawal pada awal milenium kedua, City membangunnya selama kurang lebih satu dekade terakhir. Diawali dari kehadiran pemilik baru Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, ningrat asal Uni Emirat Arab yang mengambil alih City dari tangan eks Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra pada 2008.

Bintang pertama yang didatangkan Sheikh Mansour adalah anggota Galacticos angkatan pertama Madrid yakni Robinho. Winger mungil ini diangkut dengan mahar GBP 32,5 juta, rekor transfer tertinggi di Inggris pada masanya.


Selama 11 tahun kepemimpinan Sheikh Mansour, City berperangai seperti Madrid yang mengoleksi pemain-pemain top berbanderol mahal. Saat ini skuat City diisi oleh bintang-bintang macam Ederson Moreas, Kyle Walker, Aymeric Laporte, Bernardo Silva, Kevin De Bruyne, Sergio 'Kun' Aguero, sampai Raheem Sterling.

Bahkan City bisa membentuk dua tim yang mungkin sama kuatnya. Kalau nama-nama di atas absen, Claudio Bravo, Nicolas Otamendi, Ilkay Guendogan, David Silva, Leroy Sane, sampai Gabriel Jesus siap menggantikan. Mengerikan.


Los Galacticos a la City sudah terbukti di kompetisi domestik. City berhasil menjadi juara Liga Primer dalam dua musim terakhir. Bahkan musim lalu City menjadi tim (laki-laki) pertama yang menjuarai seluruh kompetisi di Negeri Ratu Elizabeth: Liga Primer, Piala FA, dan Piala Liga.

Namun di Eropa, Galacticos dari Inggris belum sedigdaya pendahulunya dari Spanyol. City belum bisa menjuarai Liga Champions. Paling banter hanya masuk semifinal pada musim 2015-2016, yang menariknya disingkirkan oleh Madrid.

Oleh karena itu, partai Madrid melawan City akan menjadi sesuatu yang patut dinanti. Laga ini seperti mempertemukan dua Galacticos, yang lama dan yang baru. Mana yang lebih baik?


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular