Internasional

'Resesi Seks' Ancam Negara-negara Maju Ini

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 December 2019 12:22
Korea Selatan
Foto: Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dan istrinya Kim Jung-sook meninggalkan Seoul untuk kembali ke Pyongyang (Pyeongyang Press Corps/Pool via REUTERS)
Selain di AS dan Jepang, resesi seks mulai terjadi di negeri K-Pop alias Korea Selatan.

Sebagaimana dikutip dari AFP, di Korea Selatan bahkan sudah ada persatuan wanita yang menolak norma patriarkal yang kaku dan bersumpah untuk tidak menikah, punya anak atau bahkan berkencan dan berhubungan seks.

Kelompok feminis radikal nasional itu bernama '4B' atau 'Four Nos', yang merupakan kepanjangan dari 'no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing' atau tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.

Salah satu wanita yang bergabung dalam kelompok itu adalah Bonnie Lee, seorang profesional berusia 40-an yang hanya tinggal bersama anjingnya di dekat Seoul.

"Aku wanita normal (straight) yang tidak lagi tertarik menjalin hubungan dengan pria," kata Lee, sebagaimana dilaporkan AFP.

"Saya selalu merasa bahwa sebagai seorang wanita ada lebih banyak kerugian daripada keuntungan dari menikah."

Lee yang memiliki dua gelar master juga mengatakan bahwa menikah bisa membuat gelar pendidikan dan karir menjadi tidak ada artinya. Sebab, yang diharapkan dalam pernikahan adalah seorang wanita harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah, membesarkan anak-anak, dan merawat mertua yang menua.

"Di pasar pernikahan, kehidupan dan pengalaman kerja Anda sebelumnya tidak penting," kata Lee.

"Untuk alasan yang konyol, menjadi wanita berpendidikan tinggi juga menjadi poin minus. Yang paling penting sebagai calon istri adalah apakah Anda mampu merawat suami dan mertua Anda."

Akibat hal ini Korea Selatan terancam menghadapi bencana demografis. Apa lagi, saat ini jumlah wanita lajang Korea Selatan yang menganggap pernikahan sebagai hal penting telah menurun tajam.

Menurut laporan satu dekade lalu, hampir 47% wanita Korea Selatan yang lajang dan belum menikah mengatakan bahwa mereka menganggap pernikahan itu perlu. Namun tahun lalu, jumlahnya turun menjadi 22,4%.

Sementara itu, jumlah pasangan yang menikah merosot menjadi 257.600 pasangan saja, turun dari 434.900 pernikahan pada tahun 1996. Lebih lanjut, saat ini tingkat kesuburan total di Korea Selatan turun menjadi 0,98 pada tahun 2018.

Persentase ini jauh di bawah 2,1% yang dibutuhkan untuk menjaga populasi tetap stabil. Tingkat kesuburan merupakan jumlah anak yang seharusnya dimiliki seorang wanita dalam hidupnya.

Pemerintah memperkirakan populasi Korsel yang saat ini di angka 55 juta, akan turun menjadi 39 juta pada tahun 2067. Pada tahun itu, setengah dari populasi negara tersebut akan berusia 62 atau lebih.

Untuk mencegah bencana demografis ini, pemerintah Korea Selatan sebenarnya telah melakukan berbagai cara untuk mencegahnya. Di antaranya adalah menarik remaja agar mau menikah dengan cara menawarkan tunjangan perumahan dan hipotek berbunga rendah bagi pengantin baru.


(sef/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular