
Internasional
'Resesi Seks' Ancam Negara-negara Maju Ini
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 December 2019 12:22

Sebelum AS, Jepang telah lebih dulu mengalami resesi seks, seperti dilaporkan oleh CBS News yang dikutip the Rolling Stone.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa CBS News membahas hasil Survei Kesuburan Nasional Jepang, yang menemukan bahwa satu dari 10 pria berusia 30-an di negara itu ternyata belum pernah berhubungan seks sebelumnya.
Para ahli yang disurvei dalam penelitian itu menyebut tingginya tingkat keperawanan itu disebabkan berbagai faktor. Mulai dari meningkatnya ketidakstabilan keuangan nasional hingga munculnya aplikasi digital yang membuat orang lebih senang menjalin pertemanan secara digital.
"Sebagian besar dari orang-orang ini tidak dapat menemukan pasangan di pasar," kata Peter Ueda, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Tokyo, kepada CBS News.
Selain itu, penyebab resesi seks ini juga dipengaruhi tingginya jam kerja di negara ini serta masalah keuangan.
Dampak dari peristiwa ini, salah satunya adalah ancaman penurunan jumlah populasi, sebagaimana diungkapkan peneliti kesehatan masyarakat dan pakar demografi di negara itu.
Apalagi saat ini tingkat kesuburan Jepang sudah sangat rendah. Akibat dua hal itu, populasi Jepang dapat berkurang setengahnya jika tren berlanjut selama 100 tahun ke depan, kata mereka.
Dampak lainnya yang bisa terjadi, yaitu semakin panjangnya waktu pensiun seorang pekerja di Jepang. menurut survei Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan tahun 2017, saat ini 79,3% dari perusahaan dan 88,7% dari produsen di negara itu menetapkan batas pensiun di usia 60 tahun.
Namun, sistem pensiun terbaru yang dinamakan Stabilisasi Ketenagakerjaan Orang Lanjut Usia, memungkinkan pekerja untuk memperpanjang masa pensiun hingga usia 65 tahun. Sayangnya, hal ini justru memiliki dampak buruk pada pekerja-pekerja itu, yang mana gaji mereka seringnya dipotong sebesar 20% hingga 40% setelah memperpanjang masa kerja.
Rendahnya jumlah populasi di Jepang juga telah membuat tingkat pekerja asing di negara ini meningkat ke level rekor baru.
Seperti dilaporkan World Financial Review, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah membuka peluang yang lebih besar bagi lebih banyak pekerja asing untuk masuk ke Jepang. Abe menargetkan untuk membawa 300.000-an orang untuk mengisi berbagai posisi kerja pada tahun 2025 di Jepang.
Para pekerja asing ini akan diizinkan untuk tinggal di Jepang selama lima tahun di bawah kerangka kerja yang hanya mencakup lima industri, yaitu pertanian, konstruksi, penginapan, keperawatan dan pembuatan kapal.
Abe juga mengusulkan undang-undang untuk mendorong perusahaan menghapuskan usia pensiun dan mengembangkan langkah-langkah dan kebijakan untuk membuat orang dapat tetap bekerja melebihi usia 70 tahun.
(sef/sef)
Dalam laporan itu disebutkan bahwa CBS News membahas hasil Survei Kesuburan Nasional Jepang, yang menemukan bahwa satu dari 10 pria berusia 30-an di negara itu ternyata belum pernah berhubungan seks sebelumnya.
Para ahli yang disurvei dalam penelitian itu menyebut tingginya tingkat keperawanan itu disebabkan berbagai faktor. Mulai dari meningkatnya ketidakstabilan keuangan nasional hingga munculnya aplikasi digital yang membuat orang lebih senang menjalin pertemanan secara digital.
Selain itu, penyebab resesi seks ini juga dipengaruhi tingginya jam kerja di negara ini serta masalah keuangan.
Dampak dari peristiwa ini, salah satunya adalah ancaman penurunan jumlah populasi, sebagaimana diungkapkan peneliti kesehatan masyarakat dan pakar demografi di negara itu.
Apalagi saat ini tingkat kesuburan Jepang sudah sangat rendah. Akibat dua hal itu, populasi Jepang dapat berkurang setengahnya jika tren berlanjut selama 100 tahun ke depan, kata mereka.
Dampak lainnya yang bisa terjadi, yaitu semakin panjangnya waktu pensiun seorang pekerja di Jepang. menurut survei Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan tahun 2017, saat ini 79,3% dari perusahaan dan 88,7% dari produsen di negara itu menetapkan batas pensiun di usia 60 tahun.
Namun, sistem pensiun terbaru yang dinamakan Stabilisasi Ketenagakerjaan Orang Lanjut Usia, memungkinkan pekerja untuk memperpanjang masa pensiun hingga usia 65 tahun. Sayangnya, hal ini justru memiliki dampak buruk pada pekerja-pekerja itu, yang mana gaji mereka seringnya dipotong sebesar 20% hingga 40% setelah memperpanjang masa kerja.
Rendahnya jumlah populasi di Jepang juga telah membuat tingkat pekerja asing di negara ini meningkat ke level rekor baru.
Seperti dilaporkan World Financial Review, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah membuka peluang yang lebih besar bagi lebih banyak pekerja asing untuk masuk ke Jepang. Abe menargetkan untuk membawa 300.000-an orang untuk mengisi berbagai posisi kerja pada tahun 2025 di Jepang.
Para pekerja asing ini akan diizinkan untuk tinggal di Jepang selama lima tahun di bawah kerangka kerja yang hanya mencakup lima industri, yaitu pertanian, konstruksi, penginapan, keperawatan dan pembuatan kapal.
Abe juga mengusulkan undang-undang untuk mendorong perusahaan menghapuskan usia pensiun dan mengembangkan langkah-langkah dan kebijakan untuk membuat orang dapat tetap bekerja melebihi usia 70 tahun.
(sef/sef)
Next Page
Korea Selatan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular