Forever 21 Bangkrut, Sinyal Buruk Buat Pengusaha Mal!

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
01 October 2019 10:47
Forever 21 merupakan salah satu penyewa ruang dan lahan terbesar di pusat-pusat belanja Amerika Serikat
Foto: Forever 21 (REUTERS/Mariana Bazo)
Jakarta, CNBC Indonesia- Bangkrut dan pailitnya gerai Forever 21 sungguh menjadi kabar buruk bagi pengusaha dan pengelola mal. Terutama buat sederet pemilik mal besar di Amerika Serikat.

Ritel fesyen remaja ini menyatakan pailit pada Minggu malam lalu, berencana menutup hampir 200 gerainya di Amerika Serikat dalam waktu singkat. Secara global, Forever 21 memiliki total 815 gerai dan menargetkan untuk hengkang dari pasar Asia dan Eropa.



Forever 21 ibarat ombak kencang yang menghajar bisnis pusat belanja di tengah gelombang penutupan gerai oleh ritel lainnya dalam setahun belakangan. Tertinggi di tahun ini.

Mengutip laporan CNBC Internasional, sepanjang 2019 setidaknya 8,558 toko berencana ditutup di Amerika Serikat. Sementara yang akan tambah dan buka gerai hanya 3.446.

Tahun lalu, ada 5.844 penutupan dan 3.258 pembukaan, kata Coresight. Perusahaan mengantisipasi penutupan yang diumumkan dapat mencapai 12.000 tahun ini, menandai jumlah tertinggi terbaru.

Namun, beberapa analis real estat ritel yang berbicara dengan CNBC setuju, bahwa penutupan toko Forever 21 dapat menyebabkan pemilik mal seperti Simon Property Group dan Macerich lebih bermasalah daripada ketika pengecer pakaian lain tutup.

Toko Forever 21 rata-rata hampir 40.000 kaki persegi tetapi ada beberapa lokasi, yang lebih mirip dengan ukuran department store tradisional. Lokasi yang lebih besar terbukti lebih sulit diisi untuk brand selanjutnya.



Para pemilik tanah juga sudah ribet dengan urusan kebangkrutan Sears pada Oktober tahun lalu, lalu disusul Toys R Us yang juga kosong selama setahun.

Forever 21 telah agresif dengan ekspansi real estatnya, dan seringkali mengambil lokasi yang kosong oleh department store. Pada 2008, Forever 21 dan Kohl memenangkan penawaran untuk mengambil alih beberapa lokasi Mervyns yang berbasis di California, setelah department store bangkrut.

"Ada hasil yang bisa sangat merugikan mal," kata Vince Tibone, seorang analis ritel terkemuka di tim ritel Green Street Advisors, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Tutupnya gerai Forever 21 juga bisa berimbas dengan negosiasi harga sewa para pemilik gerai lainnya dengan pengelola mal. Apalagi berbagai laporan suvey properti menyebut bahwa Forever 21 masuk dalam penyewa terbesar di pusat-pusat belanja Amerika Serikat dan menyumbang biaya sewa signifikan.


[Gambas:Video CNBC]


(gus) Next Article Bos Forever 21 Terdepak dari Daftar Miliuner, Mau Bangkrut?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular