
Pilih KPR atau KPA? Milenial, Perhatikan Hal Ini Dulu
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 November 2018 18:23

Jakarta, CNBC Indonesia - "Tonight tonight, I'm on my way, I'm on my way, Home sweet home." Begitu kata band klasik Motley Crue dengan lengkingan suara tingginya dalam lagu berjudul sama, Home Sweet Home.
Sama dengan keinginan untuk pulang, tentu kita punya rumah menjadi tujuan pulang tersebut, terutama sebagai impian hampir setiap orang dan setiap keluarga.
Dulu, bagi pembeli rumah pertama (atau istilahnya first buyer), untuk mulai memiliki rumah kita berlelah-lelah dan berpeluh-keringat untuk mengumpulkan dana yang cukup hanya untuk membayar uang mukanya (down payment/DP).
Namun, pekembangan zaman saat ini telah membuat segalanya menjadi jauh lebih mudah.
Definisi rumah yang sudah mulai beralih dari hanya berupa rumah tapak menjadi rumah mini atau apartemen berukuran mini. Ukuran mini tersebut tentu dapat berarti harganya pun menjadi jauh lebih murah. DP rumah pun sekarang dapat dicicil, sehingga harga jual rumah tersebut dapat dipatok dan 'tidak lari kemana-mana'.
"Jadi, sekarang pun tidak perlu berlama-lama mencicil DP baik rumah maupun apartemen. Dilihat saja kemampuannya dulu bagaimana untuk mencicil," ujar Taufik Gumulya, Perencana Keuangan dan Pendiri TGRM Financial Planning Services kepada CNBCIndonesia.com pekan lalu (22/11/18).
Kemampuan mencicil tersebut, lanjutnya, tentu baru dapat dipenuhi bagi pekerja yang sudah memiliki pendapatan yang jelas.
Definisi pendapatan yang jelas tentu tidak perlu besar dan rutin layaknya pekerja kantoran, sehingga artinya dapat diluaskan menjadi pendapatan yang cukup dari pekerjaan lepas (freelancer) atau informal seperti taksi online bahkan ojek online.
Besaran kemampuan mencicil nantinya akan memengaruhi besaran apartemen yang dapat dimiliki, dengan angka acuan 30% atau sepertiga dari total rerata gaji bulanan.
[Gambas:Video CNBC]
Sebagai simulai, karyawan baru yang berkemampuan sebatas UMP Jakarta yang berada di sekitar Rp 3,8 juta tentu hanya dapat memenuhi cicilan sekitar Rp 1,2 juta.
Untuk mendapatkan kredit pemilikan apartemen (KPA) dan kredit pemilikan rumah (KPR), persyaratan saat ini juga lebih mudah karena tahun ini dan beberapa tahun ke depan iklim sektor properti masih belum kembali menggeliat. Sehingga harga properti belum naik tinggi dan cenderung bergelimang diskon dengan berbagai kemudahan.
Saat ini, KPA dan KPR memiliki beragam fitur, dari mulai DP nol persen (yang berarti bisa dicicil, yang sama dengan memperpanjang tenor pinjaman), suku bunga tetap bertahap (misalnya 5 tahun tetap dan kemudian baru suku bunga mengambang), atau bahkan cicilan yang besarannya semampu debiturnya.
Naik turun harga apartemen dan rumah juga merupakan momentum yang sangat baik untuk mulai membeli sekarang, apalagi untuk proyek-proyek yang baru mulai dan menjanjikan.
Saat ini pilihannya ada dua dengan rentang harga Rp 100 juta-Rp 300 juta.
Memilih KPR murah dengan lokasi yang relatif jauh (sekitaran kota besar, dalam hal ini contohnya di luar kota Jakarta, bukan di jantung kota) atau memilih KPA dengan lokasi yang lebih dekat.
Faktor positif dari memilih KPR adalah memiliki hunian sendiri dengan masa kepemilikan seumur hidup, harga yang hampir pasti naik, dan kebebasan merenovasi dan meluaskan tanah.
Namun, faktor negatif memiliki rumah adalah lokasi yang tentu tidak akan sedekat jika mengincar apartemen, dan lebih sulit untuk menjual kembali.
Di sisi lain, faktor positif KPR adalah jarak yang tidak akan sejauh rumah, kesederhanaan ruangan sehingga tidak memerlukan banyak perabotan, kemudahan untuk menjual kembali atau menyewakan unit apartemen.
Untuk faktor negatif dari apartemen adalah memiliki batas kepemilikan seumur maksimal gedung tersebut, terbatasnya rencana renovasi, ketergantungan pada pengurus dan pengembang, harga yang tergantung pasar, serta biaya iuran bulanan (listrik, sampah) dan perawatan yang mahal.
Apapun pilihannya, baik KPA ataupun KPR sebagai alat memiliki rumah, yang penting adalah nantinya tempat itu akan menjadi tempat kita selalu ingin cepat pulang.
Home is where you belong, bukan?
(roy/roy) Next Article Sederet Kesalahan Kelola Keuangan di Usia 20-an
Sama dengan keinginan untuk pulang, tentu kita punya rumah menjadi tujuan pulang tersebut, terutama sebagai impian hampir setiap orang dan setiap keluarga.
Dulu, bagi pembeli rumah pertama (atau istilahnya first buyer), untuk mulai memiliki rumah kita berlelah-lelah dan berpeluh-keringat untuk mengumpulkan dana yang cukup hanya untuk membayar uang mukanya (down payment/DP).
"Jadi, sekarang pun tidak perlu berlama-lama mencicil DP baik rumah maupun apartemen. Dilihat saja kemampuannya dulu bagaimana untuk mencicil," ujar Taufik Gumulya, Perencana Keuangan dan Pendiri TGRM Financial Planning Services kepada CNBCIndonesia.com pekan lalu (22/11/18).
Kemampuan mencicil tersebut, lanjutnya, tentu baru dapat dipenuhi bagi pekerja yang sudah memiliki pendapatan yang jelas.
Definisi pendapatan yang jelas tentu tidak perlu besar dan rutin layaknya pekerja kantoran, sehingga artinya dapat diluaskan menjadi pendapatan yang cukup dari pekerjaan lepas (freelancer) atau informal seperti taksi online bahkan ojek online.
Besaran kemampuan mencicil nantinya akan memengaruhi besaran apartemen yang dapat dimiliki, dengan angka acuan 30% atau sepertiga dari total rerata gaji bulanan.
[Gambas:Video CNBC]
Sebagai simulai, karyawan baru yang berkemampuan sebatas UMP Jakarta yang berada di sekitar Rp 3,8 juta tentu hanya dapat memenuhi cicilan sekitar Rp 1,2 juta.
Untuk mendapatkan kredit pemilikan apartemen (KPA) dan kredit pemilikan rumah (KPR), persyaratan saat ini juga lebih mudah karena tahun ini dan beberapa tahun ke depan iklim sektor properti masih belum kembali menggeliat. Sehingga harga properti belum naik tinggi dan cenderung bergelimang diskon dengan berbagai kemudahan.
Saat ini, KPA dan KPR memiliki beragam fitur, dari mulai DP nol persen (yang berarti bisa dicicil, yang sama dengan memperpanjang tenor pinjaman), suku bunga tetap bertahap (misalnya 5 tahun tetap dan kemudian baru suku bunga mengambang), atau bahkan cicilan yang besarannya semampu debiturnya.
Naik turun harga apartemen dan rumah juga merupakan momentum yang sangat baik untuk mulai membeli sekarang, apalagi untuk proyek-proyek yang baru mulai dan menjanjikan.
![]() |
Saat ini pilihannya ada dua dengan rentang harga Rp 100 juta-Rp 300 juta.
Memilih KPR murah dengan lokasi yang relatif jauh (sekitaran kota besar, dalam hal ini contohnya di luar kota Jakarta, bukan di jantung kota) atau memilih KPA dengan lokasi yang lebih dekat.
Faktor positif dari memilih KPR adalah memiliki hunian sendiri dengan masa kepemilikan seumur hidup, harga yang hampir pasti naik, dan kebebasan merenovasi dan meluaskan tanah.
Namun, faktor negatif memiliki rumah adalah lokasi yang tentu tidak akan sedekat jika mengincar apartemen, dan lebih sulit untuk menjual kembali.
Di sisi lain, faktor positif KPR adalah jarak yang tidak akan sejauh rumah, kesederhanaan ruangan sehingga tidak memerlukan banyak perabotan, kemudahan untuk menjual kembali atau menyewakan unit apartemen.
Untuk faktor negatif dari apartemen adalah memiliki batas kepemilikan seumur maksimal gedung tersebut, terbatasnya rencana renovasi, ketergantungan pada pengurus dan pengembang, harga yang tergantung pasar, serta biaya iuran bulanan (listrik, sampah) dan perawatan yang mahal.
Apapun pilihannya, baik KPA ataupun KPR sebagai alat memiliki rumah, yang penting adalah nantinya tempat itu akan menjadi tempat kita selalu ingin cepat pulang.
Home is where you belong, bukan?
(roy/roy) Next Article Sederet Kesalahan Kelola Keuangan di Usia 20-an
Most Popular