
Curhat Awkarin Saat Jadi Relawan di Palu-Donggala
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
29 October 2018 15:29

Jakarta, CNBC Indonesia- Influencer sensasional Karin Novilda belakangan menjadi sorotan dengan 'menjual' Instagram. Wanita dengan sapaan Awkarin itu melakukan re-branding dirinya sendiri yang tadinya kontroversial menjadi lebih baik.
Usai ganti imej, fotonya sempat viral ketika menjadi relawan untuk korban gempa-tsunami Palu dan Donggala, Sulawasi Tengah. Awkarin mengatakan bercerita kalau mulanya ia mengumpulkan donasi lewat situs amal Kitabisa.
Setelah terkumpul Rp200 juta, Awkarin pun tertarik untuk terjun sendiri bertemu para korban gempa-tsunami. Namun sebelum berhasil berangkat ke Palu untuk memberikan donasi tersebut, Awkarin sempat ditolak menjadi relawan. Apa karena imejnya yang kontroversi?
Ternyata tidak, Awkarin mengatakan bahwa sejumlah pihak tidak menerima relawan yang merupakan seorang selebriti. Bukan karena kepopuleran mereka tapi takut malah 'menyulitkan' karena tidak biasa menjadi relawan.
"Banyak yang nggak berani terima aku sampai akhirnya sekolahrelawan.com menerimaku. Aku ditolak karena keadaan memang belum stabil, mereka bilang nggak bisa treat aku kayak selebriti," cerita Awkarin saat berbicara di Milenial Fest, di XXI Ballrom Djakarta Theater, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (28/10).
Awkarin pun menambahkan, untuk menjadi relawan tak hanya sekadar datang memberi bantuan tapi juga perlu fisik yang kuat dan mengerti tekniknya. Jangan sampai hadir menjadi relawan malah merepotkan korban.
Kesulitan sudah dirasakan Awkarin saat akan terbang ke Palu-Donggala. Selain pesawat yang harus transit dengan waktu tempuh selama empat jam, kondisi badara Palu juga masih miris. Belum lagi ketika tiba di lokasi korban gempa yang membuatnya menangis ketika bercerita.
Perempuan berusia 20 tahun itu sempat tak bisa menahan tangis ketika bercerita mengenai kondisi di area Kabupaten Donggala dan Sigi. Pertemuannya dengan korban gempa-tsunami memberikan kesan mendalam bagi Awkarin.
"Aku melihat tulisan-tulisan di sana, 'istana saya sudah jadi gubuk', itu sedihnya luar biasa. Donggala kondisinya benar-benar nggak layak banget. Tendanya cuma terpal, mereka beralaskan karpet itu sisaan kena tsunami yang dipotong-potong, bahkan satu tenda itu ada sepuluh kepala keluarga," kata Awkarin lagi.
Menurut Awkarin, kebutuhan para korban gempa-tsunami di Palu-Donggala tidak cukup makanan dan baju saja tapi juga mengembalikan mata pencaharian mereka. Oleh karena itu, Awkarin berencana untuk kembali ke Donggala-Sigi pada November mendatang dalam rangka memberikan donasi lagi.
"November atau Desember mau ke sana (Palu-Donggala) lagi. Untuk menjadi relawan memang nggak hanya sekadar punya hati baik, harus tahu dulu tekniknya. Aku selama di sana harus bangun jam 05.00;, aku harus siap di depan posko jam 07.00 dan harus pakai sepatu boots, aku siap," tambahnya.
(gus) Next Article Wah, Sri Mulyani Diam-diam Ingin Seperti Awkarin
Usai ganti imej, fotonya sempat viral ketika menjadi relawan untuk korban gempa-tsunami Palu dan Donggala, Sulawasi Tengah. Awkarin mengatakan bercerita kalau mulanya ia mengumpulkan donasi lewat situs amal Kitabisa.
Ternyata tidak, Awkarin mengatakan bahwa sejumlah pihak tidak menerima relawan yang merupakan seorang selebriti. Bukan karena kepopuleran mereka tapi takut malah 'menyulitkan' karena tidak biasa menjadi relawan.
"Banyak yang nggak berani terima aku sampai akhirnya sekolahrelawan.com menerimaku. Aku ditolak karena keadaan memang belum stabil, mereka bilang nggak bisa treat aku kayak selebriti," cerita Awkarin saat berbicara di Milenial Fest, di XXI Ballrom Djakarta Theater, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (28/10).
Awkarin pun menambahkan, untuk menjadi relawan tak hanya sekadar datang memberi bantuan tapi juga perlu fisik yang kuat dan mengerti tekniknya. Jangan sampai hadir menjadi relawan malah merepotkan korban.
Kesulitan sudah dirasakan Awkarin saat akan terbang ke Palu-Donggala. Selain pesawat yang harus transit dengan waktu tempuh selama empat jam, kondisi badara Palu juga masih miris. Belum lagi ketika tiba di lokasi korban gempa yang membuatnya menangis ketika bercerita.
Perempuan berusia 20 tahun itu sempat tak bisa menahan tangis ketika bercerita mengenai kondisi di area Kabupaten Donggala dan Sigi. Pertemuannya dengan korban gempa-tsunami memberikan kesan mendalam bagi Awkarin.
"Aku melihat tulisan-tulisan di sana, 'istana saya sudah jadi gubuk', itu sedihnya luar biasa. Donggala kondisinya benar-benar nggak layak banget. Tendanya cuma terpal, mereka beralaskan karpet itu sisaan kena tsunami yang dipotong-potong, bahkan satu tenda itu ada sepuluh kepala keluarga," kata Awkarin lagi.
Menurut Awkarin, kebutuhan para korban gempa-tsunami di Palu-Donggala tidak cukup makanan dan baju saja tapi juga mengembalikan mata pencaharian mereka. Oleh karena itu, Awkarin berencana untuk kembali ke Donggala-Sigi pada November mendatang dalam rangka memberikan donasi lagi.
"November atau Desember mau ke sana (Palu-Donggala) lagi. Untuk menjadi relawan memang nggak hanya sekadar punya hati baik, harus tahu dulu tekniknya. Aku selama di sana harus bangun jam 05.00;, aku harus siap di depan posko jam 07.00 dan harus pakai sepatu boots, aku siap," tambahnya.
(gus) Next Article Wah, Sri Mulyani Diam-diam Ingin Seperti Awkarin
Most Popular