Kisah di Balik Tutupnya Bisnis Fesyen Ivanka Trump

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
30 July 2018 13:19
Kisah di Balik Tutupnya Bisnis Fesyen Ivanka Trump
Foto: REUTERS/Jonathan Ernst
Jakarta, CNBC Indonesia - Label fesyen Ivanka Trump ditutup. Keputusan ini diumumkan Ivanka pada Selasa lalu agar dia fokus dengan pekerjaannya sebagai penasihat senior Gedung Putih.

"Setelah 17 bulan di Washington, saya tidak tahu kapan atau apakah saya akan kembali ke bisnis, tetapi saya tahu bahwa fokus saya di masa depan adalah pekerjaan yang saya lakukan di Washington. Jadi keputusan ini merupakan satu-satunya hasil yang adil untuk tim dan mitra saya," katanya dalam sebuah pernyataan. 

Abigail Klem menduduki jabatan presiden perusahaan setelah Ivanka Trump mengundurkan diri dari jajaran manajemen pada 2017 menyatakan rasa bangganya pada keberhasilan mereka dalam membangun dan mengembangkan brand.

"Kami telah melihat penjualan yang kuat sejak awal, yang berlanjut hingga tahun ini dengan masuknya kami ke bisnis e-commerce yang bertumbuh terus," kata Klem.

Merek Ivanka Trump jadi pusat perhatian ketika ayahnya, Donald Trump, terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS) pada November 2016. The Wall Street Journal mengatakan pada awalnya bisnis tersebut menguntungkan, dilihat dari penjualan online yang melonjak pada 2016 dan awal 2017.

Sejak itu, bisnisnya menghadapi tekanan ketika pendukung anti-Trump mengkampanyekan pemboikotan merek Ivanka Trump di toko-toko yang menyimpan produknya.

Mulai dari bisnis perhiasan

Ivanka Trump pertama kali terjun ke bisnis fesyen dengan peluncuran perusahaan perhiasan. Dia membuka butik pertamanya di Upper East Side Manhattan pada 2007. Koleksi mahal terdiri dari cincin, kalung, dan gelang yang harganya mencapai $ 25.000 (Rp 360 juta). 

Pada akhir 2010, ia meluncurkan koleksi sepatu barunya yang termasuk 150 gaya baik untuk sepatu kerja dan acara khusus baik untuk sandal dan sepatu kets. Sepatu itu dijual di department store seperti Macy's dan Lord & Taylor. 

Sepatu dan tas membuka jalan bagi koleksi pakaiannya, yang diluncurkan pada 2011 tepat setelah anak pertamanya, Arabella Rose lahir.

"Saya ingin membangun koleksi yang kuat dan berkelanjutan yang tidak terlalu sadar tren. Saya ingin glamor abadi," kata Ivanka Trump.

Sampai hari ini, merek ini bertujuan untuk menawarkan pakaian yang chic (modis tanpa terikat dengan mode tertentu) tetapi terjangkau untuk wanita. Ivanka ingin koleksinya berada di harga dan kualitas yang terjangkau namun tetap berkesan mewah dan konsisten.

Koleksi pakaian, dengan potongan harga di bawah US$ 200 (Rp 2,8 juta), awalnya ditawarkan Lord & Taylor, Macy's, Dillard's, Bloomingdale, dan Nordstrom.

Bisnis berkembang, Ivanka pun pindah dari butik mewahnya di Upper East Side ke ruang yang lebih besar di Soho, di mana ia menjual perhiasan, tas, sepatu, dan pakaian jadi di satu tempat. Toko tersebut tutup pada tahun 2015.

Pada 2016, G-III, raksasa pakaian yang memproduksi dan mendistribusikan pakaian IvankaTrump, mengatakan kepada Forbes bahwa bisnis Ivanka Trump telah menghasilkan US$100 juta (Rp 142 miliar) dalam pendapatan ritel pada tahun lalu.

Selama kampanye kepresidenan, Ivanka Trump memamerkan produknya sendiri. Ivanka mencuri perhatian selama hari terakhir dari Konvensi Nasional Partai Republik di Cleveland dengan mengenakan salah satu gaunnya sendiri US$138 (Rp 1,9 juta). Sehari setelah dikenakan, gaun itu terjual habis.

Menurut The Wall Street Journal, penjualan online perusahaan melonjak pada tahun 2016 dan awal 2017 setelah merek itu menjadi pusat perhatian selama pemilihan.


Pada bulan Oktober 2016, Shannon Coulter memulai kampanyenya dengan  tagar #GrabYourWallet untuk mendorong orang-orang mengambil tindakan konkret terhadap Presiden Donald Trump guna memboikot perusahaan bisnis keluarga Trump.

Ivanka pun mulai menjauhkan diri dari merek tersebut, memisahkan media sosialnya sendiri dari perusahaan. Dia berhenti mempromosikan pakaian dan aksesori di depan umum.

Merek seperti Nordstrom, Jet.com, dan Gilt pun mulai gulung tikar. Pada awal tahun 2017,  Ivanka pun mundur dari manajemen perusahaan dan digantikan  oleh Abigail Klem, yang telah bergabung dengan perusahaan ini sejak 2013.

Ketika Nordstrom berhenti menawarkan produk Ivanka Trump, Presiden Trump turun tangan untuk membela putrinya.

Nordstrom mengatakan penjualan brand Ivanka Trump yang menurun jadi alasan penghentian penjualan produk tersebut. Setelah keputusan Nordstrom, Riteler lain termasuk Neiman Marcus dan Belk juga berhenti menjual lini fesyen Ivanka. Juru bicara brand Ivanka Trump mengatakan penjualan tetap meningkat.

"Merek Ivanka Trump terus berkembang di seluruh kategori dan distribusi dengan peningkatan dukungan pelanggan, membawa kami mengalami pertumbuhan pendapatan tahun ke tahun yang signifikan pada tahun 2016," kata Rosemary Young, direktur pemasaran senior, mengatakan kepada Business Insider dalam sebuah pernyataan pada bulan Februari 2017.

Tetapi firma riset pasar Slice Intelligence mengatakan bahwa penjualan produk Ivanka Trump telah mengalami penurunan 26% pada Januari 2017 dibandingkan dengan Januari 2016. Dalam beberapa bulan terakhir, gerakan boikot-Trump memperoleh momentum dan meningkat karena reaksi terhadap kebijakan imigrasi presiden.

Pada bulan Juli, department store Kanada, Hudson's Bay menjadi pengecer terbaru untuk menyetop penjualan label Ivanka Trump, mengutip kinerja sebagai alasannya.

Pada hari Selasa lalu, Ivanka mengatakan akan menutup usahanya. Satu-satunya toko yang berada di lobi Trump Tower di New York City, pun telah ditutup di waktu yang sama dimana toko tersebut baru dibuka pada bulan Desember 2017.

Kendati demikian, pakaian, sepatu, dan aksesori milik Ivanka Trump akan terus diproduksi dan dijual oleh mitra lisensi perusahaan. Itu berarti pembeli akan terus dapat membeli produk Ivanka Trump di pengecer termasuk Lord & Taylor, Dillards, Bloomingdales, Zappos, Amazon, dan Von Maur setidaknya selama beberapa bulan.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular