
Modal Rp 10 Juta, Investasi Apa: Saham, Reksa Dana atau Emas?
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
03 October 2019 13:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik tahun ini sedang berada dalam periode sulit. Hampir semua instrumen investasi sedang mengalami tekanan alias tak bisa memberikan imbal hasil (return) maksimal.
Investasi yang ditanam pada saham hingga reksa dana tak berkembang bahkan menyusut. Mari coba kita hitung dengan contoh kita berinvestasi Rp 10 juta di awal 2019 dan hasilnya hingga akhir kuartal III 2019 atau per September lalu.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, di pasar saham, dalam 9 bulan pertama tahun ini, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai acuan utama pasar modal minus 0,41%. Kinerja IHSG tak jauh berbeda dengan kinerja indeks saham-saham blue chip dalam Indeks LQ45 yang turun 1,48%.
Jika berinvestasi pada beberapa saham LQ45 bisa diasumsikan nilai investasi anda berkurang 1,48%. Artinya dana investasi yang anda miliki berkurang menjadi Rp 9,85 juta.
Tentu saja ini hitungan secara umum saja di saham, berbeda kasusnya jika anda membeli saham yang secara tahun berjalan (year to date) berkinerja di atas performa IHSG dan Indeks LQ45.
Lalu bagaimana dengan reksa dana. Berdasarkan data Infovesta Utama, selama 9 bulan kinerja reksa dana saham turun 6,35%, lebih dalam dibandingkan IHSG. Investasi anda di reksa dana saham boncos jadi Rp 9,36 juta.
Nasib baik mungkin dirasakan bagi anda yang berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap mungkin merasakan cuan lumayan.
Jenis reksa dana ini tercatat naik 8,29% pada periode yang sama. Investasi Rp 10 juta yang anda tanamkan sudah bertambah menjadi Rp 10,82 juta, lumayan!
Lalu jika anda masuk ke reksa dana pasar uang juga memberikan cuan lumayan dalam 9 bulan pertama 2019. Imbal hasil yang diberikan reksa dana pasar uang bisa mencapai 4,37%. Jadi investasi Rp 10 juta anda sudah berkembang menjadi Rp 10,44 juta.
Jenis reksa dana terakhir yang memberikan cuan adalah jenis campuran yang naik 2,59% pada periode yang sama. Jadi investasi Rp 10 juta bisa menjadi Rp 10,26 juta.
Lalu mari beralih ke obligasi atau surat utang negara. Bagi anda peritel tentu yang bisa dijangkau hanya obligasi ritel.
Awal tahun ini, pemerintah mengeluarkan produk Saving Bond Ritel (SBR). Kupon yang ditawarkan sebesar 8,15%, tapi anda baru boleh menarik dananya pada Januari 2020. Dana anda sudah berkembang menjadi Rp 10,82 juta.
Mari beralih ke investasi yang agak konvensional, emas. Untuk investasi emas logam mulia yang paling gampang, biasanya investasi pada emas yang di produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Selama 9 bulan pertama 2019, harga Emas Antam tercatat naik 14,09%, dari harga Rp 667.000/gram menjadi Rp 761.000/gram. Dengan modal Rp 10 juta, anda bisa membeli sekitar 15 gram.
Nah, pada akhir September nilai emas anda sudah bertumbuh dan membuat nilai investasi bertambah menjadi Rp 11,41 juta.
Dari ilustrasi di atas, banyak faktor yang membuat pergerakan instrumen investasi tersebut bergerak demikian. Investasi di pasar saham tentu bukan pilihan menarik tahun ini, tapi anda tinggal menunggu momentum untuk naik lagi.
Takar Investasi Saham atau Reksa Dana
[Gambas:Video CNBC]
Sentimen eksternal dan internal punya kontribusi besar terhadap pelemahan pasar saham domestik. Namun dalam situasi tertekan tersebut, tak sedikit investor yang cuan dari investasi saham.
Sementara, emas naik tinggi karena melekat karakter dasar sebagai tempat berlindung dalam situasi yang genting, safe haven. Pada saat situasi ekonomi tak tentu pemodal langsung mengalihkan aset mereka dengan mengonversinya menjadi emas.
So, catatan bagi anda yang ingin memulai investasi adalah memilih momentum yang tepat dan perhitungan fundamental yang baik. Tapi jangan sampai terlalu lama menunggu momentum, bisa-bisa anda tak jadi berinvestasi.
(hps/tas) Next Article 5 Tips Investasi: Mudah Kelola Risiko, Optimalkan Imbal Hasil
Investasi yang ditanam pada saham hingga reksa dana tak berkembang bahkan menyusut. Mari coba kita hitung dengan contoh kita berinvestasi Rp 10 juta di awal 2019 dan hasilnya hingga akhir kuartal III 2019 atau per September lalu.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, di pasar saham, dalam 9 bulan pertama tahun ini, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai acuan utama pasar modal minus 0,41%. Kinerja IHSG tak jauh berbeda dengan kinerja indeks saham-saham blue chip dalam Indeks LQ45 yang turun 1,48%.
Jika berinvestasi pada beberapa saham LQ45 bisa diasumsikan nilai investasi anda berkurang 1,48%. Artinya dana investasi yang anda miliki berkurang menjadi Rp 9,85 juta.
Tentu saja ini hitungan secara umum saja di saham, berbeda kasusnya jika anda membeli saham yang secara tahun berjalan (year to date) berkinerja di atas performa IHSG dan Indeks LQ45.
Lalu bagaimana dengan reksa dana. Berdasarkan data Infovesta Utama, selama 9 bulan kinerja reksa dana saham turun 6,35%, lebih dalam dibandingkan IHSG. Investasi anda di reksa dana saham boncos jadi Rp 9,36 juta.
Nasib baik mungkin dirasakan bagi anda yang berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap mungkin merasakan cuan lumayan.
Jenis reksa dana ini tercatat naik 8,29% pada periode yang sama. Investasi Rp 10 juta yang anda tanamkan sudah bertambah menjadi Rp 10,82 juta, lumayan!
Lalu jika anda masuk ke reksa dana pasar uang juga memberikan cuan lumayan dalam 9 bulan pertama 2019. Imbal hasil yang diberikan reksa dana pasar uang bisa mencapai 4,37%. Jadi investasi Rp 10 juta anda sudah berkembang menjadi Rp 10,44 juta.
Jenis reksa dana terakhir yang memberikan cuan adalah jenis campuran yang naik 2,59% pada periode yang sama. Jadi investasi Rp 10 juta bisa menjadi Rp 10,26 juta.
Lalu mari beralih ke obligasi atau surat utang negara. Bagi anda peritel tentu yang bisa dijangkau hanya obligasi ritel.
Awal tahun ini, pemerintah mengeluarkan produk Saving Bond Ritel (SBR). Kupon yang ditawarkan sebesar 8,15%, tapi anda baru boleh menarik dananya pada Januari 2020. Dana anda sudah berkembang menjadi Rp 10,82 juta.
Mari beralih ke investasi yang agak konvensional, emas. Untuk investasi emas logam mulia yang paling gampang, biasanya investasi pada emas yang di produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Selama 9 bulan pertama 2019, harga Emas Antam tercatat naik 14,09%, dari harga Rp 667.000/gram menjadi Rp 761.000/gram. Dengan modal Rp 10 juta, anda bisa membeli sekitar 15 gram.
Nah, pada akhir September nilai emas anda sudah bertumbuh dan membuat nilai investasi bertambah menjadi Rp 11,41 juta.
Dari ilustrasi di atas, banyak faktor yang membuat pergerakan instrumen investasi tersebut bergerak demikian. Investasi di pasar saham tentu bukan pilihan menarik tahun ini, tapi anda tinggal menunggu momentum untuk naik lagi.
Takar Investasi Saham atau Reksa Dana
[Gambas:Video CNBC]
Sentimen eksternal dan internal punya kontribusi besar terhadap pelemahan pasar saham domestik. Namun dalam situasi tertekan tersebut, tak sedikit investor yang cuan dari investasi saham.
Sementara, emas naik tinggi karena melekat karakter dasar sebagai tempat berlindung dalam situasi yang genting, safe haven. Pada saat situasi ekonomi tak tentu pemodal langsung mengalihkan aset mereka dengan mengonversinya menjadi emas.
So, catatan bagi anda yang ingin memulai investasi adalah memilih momentum yang tepat dan perhitungan fundamental yang baik. Tapi jangan sampai terlalu lama menunggu momentum, bisa-bisa anda tak jadi berinvestasi.
(hps/tas) Next Article 5 Tips Investasi: Mudah Kelola Risiko, Optimalkan Imbal Hasil
Most Popular