
Dituduh Masuk HTI-ISIS, Ini Kisah Lengkap Bos PT PAL Kuntjoro

Pria kelahiran Bogor ini tidak memiliki latar belakang di bidang perkapalan. Sebagai alumni teknik elektro dari Delft University Belanda dan Chalmers University of Technology Swedia, kariernya banyak bersentuhan dengan manajemen dan teknologi informatika.
Kendati demikian, Kuntjoro meyakini Kementerian BUMN tidak salah memilihnya sebagai direktur PT PAL.
"Ibaratnya begini. Saya ketika masuk di PT PAL maupun di manapun, apa yang biasa dilihat bahwa perusahaan itu bisa berkembang, nggak enaknya adalah mereka hanya melihat laporan keuangan untung Anda berapa, EBITDA, cuan berapa," ujarnya.
"Tidak akan ditanya tukang las. Di PT PAL kan rata-rata pekerjaan adalah tukang las. Yang dilihat adalah hasilnya menguntungkan atau tidak. Ternyata kerugian gara-gara tukang las. Tentu kita akan panggil tukang las supaya las itu lebih baik, lebih cepat. Ternyata dari sisi bahan dia pakainya aslinya pakai 1 kg bahan, dia pakai 5 kg," lanjutnya.
Kemudian, lanjut Kuntjoro, pertanyaan mendasar lainnya berkaitan dengan arus kas. Ketersediaan uang untuk membayar gaji karyawan hingga ongkos operasional lainnya adalah kunci.
"Contoh sederhana ketika Anda dapat proyek, bangun rumah atau bangun kapal, apakah kontraktor akan meminta down payment (DP)? Pasti. DP itu untuk apa? Dia sudah hitung biaya bangunan dan biaya tukang. Apakah hitungannya biaya tukang yang kerja sebanyak lima orang atau semua tukang yang kerja di perusahaannya yang mencapai 15 orang? Tentu lima orang terlebih dahulu dan beli bahan bangunan," ujar Kuntjoro.
"Lalu 10 orang lainnya dihitung? Tentu tidak. Dia dapat untung dari mana? Kalau proyek itu untung dikembalikan ke kantor. Uang itu dipakai untuk bayarlah. Nah kalau uang DP dipakai untuk bayar gaji karyawan gimana? Beli bahannya bisa nggak? Tentu tidak bisa."
"Kalau kejadiannya di PT PAL, apakah Anda pusing? Yang terjadi saya nggak jadi bisa bangun kapal. Bahan bakunya saya nggak bisa beli. Kalau itu kejadian terus pusing nggak jadi direksi nggak ada cashflow? Pusing. Jadi bahasa-bahasa itu gitu lho," lanjutnya.
Oleh karena itu, dia menekankan kalau yang urgen adalah manajer-manajer yang berada di direktoratnya. Misalnya di bagian pengecekan kualitas las yang mana mereka harus bisa tahu kualitas las yang bagus.
"Contohnya saya bisa bertanya, kalau bulan lalu mengelas satu plat habis 1 kg bahan, tiba-tiba habis 2kg, saya harus tanya kan. Tanya ke siapa? Manajer atau tukang las? Tentu manajer. Kalau manajer nggak tahu tinggal saya diskusi baik-baik. Mau terus kerja atau mau apa. Maka perbaiki kualitasnya," kata Kuntjoro.
"Jadi kalau ditanya background-nya apakah saya cocok jadi itu atau nggak, saya cocok. Buktinya saya sudah lulus uji kepatutan dan kelayakan," lanjutnya.
NEXT: Pernah Jadi Caleg
(tas/tas)