Special Interview

"Freeport Senang dengan Hasil Kesepakatan Ini"

25 July 2018 16:46
Bos Freeport buka-bukaan soal kabar miring terkait proses divestasi PT Freeport Indonesia
Foto: detikFoto/Rachman Haryanto
Jakarta, CNBC Indonesia- Sejak penandatangan Head of Agreement (HoA) untuk akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia pada 12 Juli 2018 lalu, kesepakatan ini tak berhenti menjadi polemik. Banyak yang menyebut transaksi ini masih tidak pasti, terlalu rumit, hanya pencitraan dan sebagainya.

Lantas, bagaimana pandangan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk transaksi yang akan mengubah struktur pemilik saham mereka ke depan. Ditemui tim CNBC Indonesia dan Detik.Com di kantor Freeport, Rabu (25/7/2018), Direktur Eksekutif PT Freeport Indonesia Tony Wenas buka-bukaan soal sikap Freeport terhadap transaksi ini.

Berikut cuplikannya;

[Gambar:Video CNBC]

Bagaimana PTFI melihat Head of Agreement (HoA) yang diteken 12 Juli 2018, cukup memberi kepastian investasi?
HoA ini kan lebih membahas soal divestasi, dengan struktur maupun harga dan ini juga berkaitan sepaket dengan lainnya seperti soal perpanjangan operasi sampai tahun 2041, kemudian soal pembangunan smelter dan juga stabilitas perpajakan dan hukum.

Jadi ini dalam satu kesatuan paket yang dibicarakan, dan ini tentunya semua ini akan memberikan kepastian operasional ke depan untuk PTFI.


HoA disebut belum mengikat dan berpotensi batal. Kalau dari sisi Freeport sendiri sejauh ini bagaimana komitmennya dengan HoA?
Jadi komitmen kita tetap bahwa ke-4 hal ini adalah satu kesatuan paket yang harus dijalankan bersama dengan pemerintah.
Kalau dikatakan mengikat dan tidak mengikat, kita bisa mencontohkan kalau dalam membeli rumah atau real estate itu kan biasanya IMB belum dipisah, masih ada HGB. Sehingga belum bisa jual beli, dan perlu ada akta jual beli dulu.

Dalam waktu tertentu setelah dokumennya lengkap ini baru dijualbelikan. Kira-kira seperti itu. Intensinya ada di situ dan kalau ada beberapa pengamat mengatakan kewajiban moralnya ada di situ. Jadi begitu juga antara kami dan Inalum, Freeport McMoran.Intensinya adalah untuk menyelesaikan transaksi ini.



Jadi memang intensinya transaksi selesai?
Harus bisa selesai



Divestasi ini jalannya panjang, mulai disebut dari Kontrak Karya 1991, lalu UU Minerba lalu baru sekarang dieksekusi. Tapi sudah divestasi banyak yang kritik ini ribet. Sebenarnya Freeport niat tidak divestasikan sahamnya?

Ini kan sudah ditandatangani HOA dan ini menujukkan niat kami mendivestasikan 51%, jadi apapun yang terjadi di masa lalu seperti dilihat dari sebelumnya sejarah di kontrak karya, undang undang Minerba, nanti akan berpolemik tidak berkesudahan. Intinya sekarang sudah mengerucut bahwa kami siap divestasi dan Inalum akan mengabsorp saham divestasi. Ini adalah hal baik yang harus disyukuri.

Niat baiknya sudah sangat jelas terlihat.



Soal Rio Tinto, hadirnya terkesan tiba-tiba dan disebut bikin divestasi rumit. Memang bagaimana awal mula kerjasamanya?
Sebenarnya justru lebih gampang dengan adanya Rio Tinto, dan Rio Tinto juga mao menjual hak partisipasinya di PTFI dan membuat transaksi lebih mudah, dan buktinya memang.

Rio Tinto tidak diam-diam, mereka jadi partner PTFI sejak 1996 berdasar persetujuan pemerintah. Dan sampai saat ini dalam laporan keuangan juga kita selalu sebut Rio Tinto dan di dalamnya semua perhitungan juga ada Rio Tinto di dalam. Dengan beli Rio Tinto, divestasi juga lebih mudah dan murah.


Banyak yang mempertanyakan keuntungan divestasi buat RI
Ini kan proses sudah berjalan lama, sudah ada masukan dari berbagai pihak, panel, konsultan dan sebagainya. Jadi sudah ada hitungannya


Kalau transaksi ini berjalan mulus, struktur PTFI yang baru seperti apa?
Jadi, ini kan partnership antara PTFI dan Inalum, tentunya akan dilakukan bersama-sama dengan catatan bahwa yang memanage operasional adalah PTFI.
Sebelumnya, PTFI juga sudah investasi US$ 8 miliar untuk tambang bawah tanah dan itu tentu saja semua akan dilakukan sesuai dengan rencana investasi jangka panjang yang ada sekarang dan sudah disepakati untuk terus kami lakukan sampai 2041.

Jadi kuncinya adalah partnership antara PTFI dan Inalum 

Memang total investasi untuk tambang bawah tanah berapa yang diperlukan?
Totalnya sekitar US$15 miliar - US$ 20 miliar dolar hingga 2041. 

Nah, US$ 20 miliar dolar akan ditanggung bersama Inalum?
Sebisa mungkin itu akan dibiayai oleh PTFI sendiri (dengan pemegang saham baru). Kalau memang kurang uangnya maka ujungnya akan minjam, tapi intinya akan dilakukan sesuai dengan long terms invest yang sudah dibuat.



Soal smelter bagaimana perkembangannya?
Kami sudah lakukan kegiatan persiapan, persiapan lahan, kegiatan study dan detail design. Itu semua sudah siap. Bahkan kami sudah sempat membelanjakan lebih dari US$ 100 juta dolar untuk persiapan, jadi memang intensinya perlu dan semuanya ini bergantung pada paket yang semuanya akan disepakati dalam waktu dekat.



Lokasi smelter?
Lokasi kami lakukan di Gresik tapi ada alternatif lain yaitu kemungkinan ada kerjasama dengan Amman Mineral

Rekomendasi lingkungan apa bisa dipenuhi, koordinasi dengan Menteri LHK Siti Nurbaya ?
Kami sedang intensif diskusi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan juga pertemuan reguler dan bagaimana jalan terbaik atau solusi terbaik khususnya untuk pengelolaan lingkungan



Memang perlu aturan baru untuk tailingnya?
Ini Freeport kan memang perlu dibuat yang spesifik karena situasi site-nya, mengingat kondisi cuaca dan alam di Papua khususnya di daerah Grasberg. Curah hujan tinggi, tebing curam, bayangkan tambangnya 4200 meter di atas permukaan laut dan pabriknya 3000 meter di atas permukaan laut, kemudian kota Tembagapura sekitar 2000 meter dan pengelolaan tailing itu 50 meter di atas permukaan laut dengan jarak hanya sekitar 80 meter. Jadi dalam jarak 80 meter demikian sampai 4200 meter in kan sangat unik ya.

Citra Freeport kan kurang positif di publik. Bertahun-tahun menggali tambang tapi berapa sebenarnya kontribusi Freeport buat RI?
Kalau kita hanya menghitung royalti emasnya cuma 1% tapi kenyataan bukan 1%, ada double royalti yang disepakati di tahun 97 dan juga royalti tembaga. Keseluruhan penerimaan negara sebetulnya besar sekali dari pajak penghasilan badan misalnya, PTFI itu bayar 35%. Lebih besar dibanding aturan pajak yang 25%.

Kemudian ada pajak-pajak lain, pajak daerah dan royalti yang jumlah keseluruhannya miliaran dolar. Jadi dilihat secara keseluruhan untuk pendapatan PTFi dibandingkan pendapatan negara, ini dari 100, maka 60% dari pendapatan PTFI menjadi penerimaan negara.

Ini yang sekarang, nanti ke depannya akan lebih lagi. Bisa sekitar 75% penerimaan negara dan 25% PTFI.

Menko Luhut sebut bahwa Freeport dan pemerintah sama-sama capek soal divestasi, ingin selesai buru-buru?
Ya kalau soal capek ya memang letih juga karena udah cukup lama kita negosiasi, sekitar 1,5 tahun atau 18 bulan cukup intens dengan berbagai macam hal terjadi dan sebagainya tentu cukup melelahkan, saya yakin juga tim pemerintah merasa lelah juga.

Tapi memang ini satu keputusan, atau satu hasil yang baik bagi semua pihak. Bagi pemerintah, baik bagi Inalum, baik dan bagi PTFI baik maka kita semua senang dengan hasil yang dicapai ini. dan harapannya baik juga bagi masyarakat khususnya Papua dan juga Indonesia, jangan lupa daerah juga.

Jadi ini memang hasil yang baik, memang letih tapi menurut saya walaupun letih tapi hasilnya baik maka saya pun senang. Malah ditunggu hasil yang baik, gak apa-apa letihnya jadi hilang.

Potensi PTFI bisa untung US$ 2 miliar setahun, memang cadangannya sebanyak apa?
Cadangannya masih besar, cadangan tembaga kalau tidak salah sekitar 38 miliar pound dan emas 38 juta ounces dan bahkan mungkin tambang ini masih bisa dikelola setelh 2041.



Umur tambang berarti sangat menjanjikan ya?
Menjanjikan, dan tambang Grasberg ini memang tambang kelas dunia, sangat baik apalagi pemerintah melalui inalum ambil bagian dan buat Freeport juga baik. Inalum bisa punya nilai tambah juga.



Divestasi terkesan terlalu dipolitisasi karena di tahun politik?
Kami tidak ikut berpolitik, yang jelas kami anggap ini hal baik yang dilakukan. Lebih cepat selesai maka lebih bagus, kami bahkan berharap bisa selesai tahun lalu. Ini kebetulan saja memang 2018, pas timingnya di sini dan kebetulan mendekati pemilihan Presiden.

18 Bulan intens bernegosiasi, Freeport happy dengan hasilnya?
Happy, saya senang. Ini win-win untuk semua pihak. Kami punya partner Inalum dan kami senang. Ada kepastian juga untuk bisa beroperasi hingga 2041 dan juga stabilitas pajak dan hukum.


(gus/gus) Next Article Bos Freeport Buka Suara Soal Divestasi 51% Saham

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular