Akuisisi Freeport dan Potensi Untung Ratusan Triliun

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 July 2018 20:59
Berapa potensi keuntungan PT Freeport Indonesia paska diakuisisi oleh pemerintah RI?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia- Mulai dari tahun 2019, pemerintah Indonesia akhirnya mengibarkan bendera merah putih di tambang emas Papua. Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaporkan holding BUMN Pertambangan yakni PT Inalum (Persero) telah sepakat dengan Freeport Mc Moran terkait akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

Berdasarkan analisis tim riset CNBC Indonesia, dengan kesepakatan ini, akhirnya Indonesia memiliki kendali atas cadangan terbukti dan terkira di lapangan PTFI yang secara kasar bernilai Rp1.593,2 triliun, yang terdiri dari 38,8 miliar pound tembaga, 33,9 juta ounce emas, dan 153,1 juta ounce perak.

Akan tetapi, nilai cadangan yang besar belum otomatis akan menguntungkan, jika tidak dapat diolah dengan baik.

Lantas, pertanyannya adalah apakah dalam beberapa waktu ke depan tambang Papua masih mampu memberikan untung bagi Indonesia?

Berdasarkan dokumen PTFI yang diterima CNBC Indonesia, laba PTFI diproyeksikan mencapai US$2,02 miliar, atau sekitar Rp 28,28 triliun (menggunakan kurs Rp14.000/US$). Capaian ini mampu meningkat nyaris 60% dari laba bersih PTFI pada tahun 2017 lalu yang sebesar US$1,28 miliar.

Namun, berdasarkan proyeksi PTFI, laba bersih perusahaan malah akan anjlok cukup dalam pada periode 2019-2022. Tahun depan saja, laba bersih PTFI diestimasi anjlok nyaris 100% ke US$170 juta, atau Rp2,38 triliun saja.

Apakah artinya akuisisi 51% saham PTFI merupakan investasi yang buntung?

Akuisisi Freeport dan Potensi Untung Ratusan Triliun


Tenang. Jangan panik. Penurunan sejak tahun 2019 memang diakibatkan operasi tambang Grasberg akan berpindah dari tambang terbuka (Open Pit) menjadi tambang bawah tanah (underground mining), sehingga akan mengurangi pencapaian pendapatan perusahaan secara signifikan.

Mulai tahun 2022, laba PTFI akan diproyeksikan stabil di kisaran US$2 miliar per tahunnya, hingga mencapai puncaknya di US$2,36 miliar (Rp33,04 triliun) di 2034. Apabila nilai laba tersebut dijumlahkan hingga akhir jangka waktu pengembangan tambang di tahun 2041, setidaknya Indonesia akan mendulang laba bersih sebesar US$34,17 miliar, atau sekitar Rp478 triliun dalam 20 tahun.

(gus/gus) Next Article Akuisisi Freeport, Pilih Langkah Rasional atau Nasional?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular