Ini Cadangan Emas Freeport yang Bakal Dikuasai RI

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
25 July 2018 15:43
Bos Freeport buka-bukaan soal cadangan emas di tambang Grasberg, bisa dikelola lebih dari tahun 2041
Foto: Antara Foto Muhammad Adimaja via Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia- Kesepakatan awal untuk mendivestasikan 51% saham PT Freeport Indonesia yang diteken 12 Juli lalu, bakal membuat RI memegang kendali atas cadangan emas dan tembaga bernilai ribuan triliun rupiah.

Direktur Eksekutif PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam wawancara khusus CNBC Indonesia pun buka-bukaan soal cadangan mineral di tambang yang berada di Papua ini. "Cadangannya masih besar, tembaga kalau tidak salah sekitar 38 miliar pound dan emas sebanyak 35 juta ounce," kata Tony, saat dijumpai di kantornya, Selasa (24/7/2018).

[Gambar:Video CNBC]



Itu baru dari sisi jumlah, dari sisi umur tambang, Tony bahkan mengatakan bahwa Freeport masih sangat menjanjikan. Meskipun perusahaan memproyeksi investasi hanya untuk sampai tahun 2041, tetapi realisasinya produksi emas tembaga di tambang tersebut bisa tak terhitung. "Mungkin tambang ini masih bisa dikelola setelah 2041."

Ia menjelaskan tambang Grasberg, termasuk yang ada di bawah tanah, memang tambang kelas dunia. "Jadi sangat baik, apalagi pemerintah melalui Inalum ambil bagian dan buat kami juga baik. Inalum bisa punya nilai tambah juga," katanya.

Pada tahun 2017, PT Freeport Indonesia (PTFI) yang merupakan anak perusahaan dari Freeport-McMoran asal Negeri Paman Sam, memiki total aset senilai US$10,66 miliar, atau sekitar Rp149,24 triliun (menggunakan kurs Rp14.000/US$). 

Dari neraca keuangan perusahaan tahun lalu juga dapat dilihat bahwa posisi laba ditahan mencapai US$6,01 miliar (Rp84,14 triliun). Menariknya, posisi laba ditahan yang besar tersebut hanya berujung aset lancar sebesar US$1,87 miliar (Rp26,18 triliun).

Aset terbesar yang dimilika PTFI berupa properti serta pabrik dan peralatannya senilai US$6 miliar (Rp84 triliun), dan properti tambang senilai US$1,88 miliar (Rp26,32 triliun).

Kemudian, PTFI juga tak memiliki utang jangka panjang. Sebagian besar total liabilitas perusahaan (US$4,36 miliar) berasal dari pajak yang ditangguhkan (deferred income taxes) sebesar US$1,9 miliar (Rp26,6 triliun) dan kewajiban program pensiun (asset retirement obligations) sebesar US$1,2 miliar (Rp16,8 triliun).

PTFI mampu membukukan pendapatan sebesar US$4,44 miliar, atau sekitar Rp62,16 triliun pada tahun 2017. Jumlah itu mampu meningkat 34,95% dari pendapatan tahun 2016 yang sebesar US$3,29 miliar (Rp46,06 triliun).

Pendapatan PTFI yang melambung cukup signifikan setahun terakhir disumbang oleh penjualan emas yang meningkat nyaris 50% menjadi 1,54 juta ounce pada tahun 2017, serta penjualan perak yang juga naik 1,72% menjadi 2,96 juta ounce tahun lalu.

Direktur Utama PT Inalum (Persero) sangat optimistis dengan omzet yang akan didatangkan tambang ini untuk RI. Ia memperkirakan Indonesia bisa dapat untung sekitar US$ 2 miliar per tahun jika tambang bawah tanah sudah dioptimalkan.

Dengan nilai akuisisi 51% saham PTFI yang berkisar US$3,85 miliar atau sekitar Rp55 triliun, seharusnya Indonesia bisa balik modal dalam kisaran 3-4 tahun saja jika kinerja 2017 tersebut terjaga sampai 3 tahun selanjutnya.


(gus) Next Article Akhir Tahun RI Bakal Kuasai 51% Saham Freeport

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular