Andanu Prasetyo: Bikin Kopi Tuku Bukan Karena Suka Kopi

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
12 March 2018 13:53
Cerita Andanu Prasetyo yang membangun bisnis Kopi Tuku bukan karena suka kopi
Foto: Lynda Hasibuan
Jakarta, CNBC Indonesia- Kegigihan Andanu Prasetyo, membangun Toko Kopi Tuku tidak bisa dianggap sebelah mata. Pasang surut mendirikan bisnis membuatnya tak patah semangat menemukan peluang yang pas untuk usahanya.

Tyo sapaan akrabnya mulai terjun di dunia bisnis sejak tahun 2005. Kala itu, Tyo memulai bisnisnya dari membuka distro baju.

"Tapi yang paling serius dan belajar dari sebelumnya itu tahun 2010 saat usia masih 21 tahun. Tahun 2005 itu dimulai dari distro baju campur semi kafe dan kedai es krim," ujar Tyo kepada CNBC Indonesia.

Setelah mengalami proses yang panjang, akhirnya Tyo sukses mendirikan restoran bernama Toodz House pada tahun 2010. Tak puas dengan itu, dia pun mendirikan Tuku Kopi pada 2015  di Jalan Cipete Raya. 



Ketertarikan Tyo kepada bisnis kopi lantaran bukan karena dia menyukai kopi melainkan mendapatkan ilmu tentang meramu kopi. Tyo pun berusaha agar dapat berkontribusi dari bisnis yang dia bangun baik untuk petani maupun konsumen. 

Berbeda dengan Toodz House yang memiliki ragam menu mulai makanan hingga minuman, Tuku Kopi sendiri difokuskan pada 80 persen kopi Indonesia. Tyo mengakui bahwa dalam memulai bisnisnya, dia menghabiskan modal awal hampir Rp 500 juta.

Dalam meracik kopi yang nikmat, Tyo menerima masukan para pencinta kopi sehingga dia pun membuat sesuai keinginan pelanggan. Kopi berselera massal yang dibanderol Rp 18 ribu ini habis sekitar 1000 gelas perhari di setiap gerainya nya.

Bisnis kopi yang pernah dicicipi oleh Presiden Joko Widodo ini sekarang telah memiliki 4 cabang yang berada di
Cipete, Pasar Santa, Bintaro Sektor 1, dan di satu gerai khusus online. 

Hingga saat ini, kedua usahanya tersebut selalu dipenuhi pelanggan. Bahkan omzet yang di dapatkan selama sebulan pun terbilang fantastis yakni mencapai ratusan juta per bulan.

Guna menjaga bisnisnya agar tetap bertahan, Tyo pun tidak membuka franchise. Hal ini untuk menjaga standarisasi bisnisnya.
 
"Saya enggak membuka frenchise karena value promotion yang  saya buat pada Tuku enggak bisa replikasiin semudah itu.  Saya butuh tim yang lebih tulus bukan memberikan sistem yang saya buat pada yang ingin franchise," kata dia.

Selain menjaga kualitas produk, untuk bertahan dalam bisnisnya ia juga menjalin hubungan baik dengan para konsumen dan kompetitornya.


"Seperti saat ada awarding beberapa waktu lalu kita tetap saling dukung dan maintenance komunikasi satu sama lain," ujar Tyo kepada CNBC Indonesia.

Tyo pun berperan aktif di berbagai asosiasi sebagai kontribusinya memajukan industri Food & Beverages yang berkelanjutan. Semua aspek dia jalankan mulai membahas regulasi, mengedukasi pasar, berinovasi dan berhubungan baik dengan para pesaing.

"Ini bukan bisnis saya saja yang harus jalan saya juga harus memikiran agar industri ini lebih baik, menjaga semua aspek dengan stakeholder. Sedangkan saya merasa kedatangan bapak Jokowi waktu itu merupakan motivasi dan bentuk tanggung jawab kami khususnya Kopi Tuku sehingga  sekarang saya berusaha memenangi pasar," kata dia.
(gus/gus) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular