
Pengusaha Indonesia yang Sukses Berbisnis Kuliner
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 January 2018 07:27

Jakarta, CNBC Indonesia – Bisnis kuliner memang menjamur di Indonesia sejak dulu. Mulai dari warung sederhana yang menjual nasi dan lauk-pauk hingga produk makanan instan yang laris manis sampai diekspor ke luar negeri.
Berikut adalah empat pengusaha kuliner Indonesia yang sukses dengan bisnisnya. Tak hanya digemari oleh rakyat Indonesia, produk kulinernya pun dinikmati orang-orang di belahan dunia lain.
1. Anthoni Salim
Tentu Anda tidak asing lagi dengan merek mie instan Indomie, Popmie, dan Supermi, serta produk-produk konsumsi lainnya, seperti Bimoli, Bogasari, dan Indomilk.
Semua merek makanan tersebut diproduksi oleh perusahaan yang dikelola Anthoni.
Pengusaha ini adalah pewaris perusahaan konglomerasi Salim Group yang merupakan induk PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Indofood CBP Tbk, dan PT Bogasari Flour Mills.
Salim Group sempat mengalami dampak krisis ekonomi Asia tahun 1997-1998 karena harus membayar utang sebanyak Rp 55 triliun. Alhasil, pendahulu Anthoni pun harus menjual tiga anak perusahaan, yaitu PT Indomaret Tunggal Perkasa, PT Bank Central Asia, dan PT Indomobil Sukses Internasional untuk melunasi utang.
Hampir 20 tahun berselang, Salim Group dapat kembali menstabilkan kondisi perusahaannya. Meskipun begitu, kepemilikan saham Salim Group di produsen mie instan terbesar di dunia, PT Indofood Sukses Makmur, saat ini hanya sekitar 50%.
Forbes menobatkan Anthoni sebagai orang terkaya nomor 4 di Indonesia dengan kekayaan sebesar US$6,9 juta (Rp 92,1 miliar) per November 2017.
2. Jogi Hendra Atmadja
Saat ini Jogi menjabat sebagai CEO perusahaan produk konsumen Indonesia PT Mayora Indah Tbk (Mayora Group) yang memproduksi biskuit Roma, permen Kopiko dan Kis, Beng-beng, Choki-choki, Astor, Torabika, dan Energen.
Keluarga Jogi memulai bisnisnya sebagai pembuat biskuit pada tahun 1970. Kini, bisnisnya pun berkembang pesat dan telah memasarkan produk-produknya ke lebih dari 90 negara. Ia dan keluarganya pun memiliki saham terbesar di perusahaan emiten tersebut.
Forbes menetapkan Jogi sebagai orang terkaya nomor 10 di Indonesia dengan kekayaan mencapai $2,7 juta (Rp 36 miliar) per November 2017.
3. Johnny Andrean
Johnny memulai bisnisnya dengan merantau ke Jakarta dan membuka salon di tahun 1980an dengan berbekal ilmu potong rambut dari ibunya.
Sekarang, Johnny telah membuka sekitar 200 gerai salon di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2003, Johnny melakukan diversifikasi bisnis dengan membeli hak waralaba gerai roti Breadtalk yang berasal dari Singapura. Sampai dengan 2017, terdapat sekitar 150 gerai Breadtalk yang beroperasi di seluruh Indonesia.
Johnny pun melakukan diversifikasi bisnis lebih jauh ke sektor kuliner dengan mendirikan J.Co Donuts and Coffee di tahun 2005.
Ia rela melakukan riset sampai ke Australia, Amerika, Jepang dan Eropa demi menciptakan konsep cafe yang modern ini. Alhasil, cafe ini pun sempat disangka sebagai waralaba asing.
Total 232 gerai J.Co saat ini sudah dibuka di Indonesia dan beberapa negara lain, yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, Hong Kong, dan Arab Saudi.
4. Hendy Setiono
Hendy memulai bisnis kuliner kebab, makanan khas Turki, dengan cita rasa Indonesia menggunakan sebuah gerobak kecil di Surabaya tahun 2003. Kata “Rafi” di dalam merk bisnis “Kebab Turki Baba Rafi” diambil dari nama anaknya.
Lebih dari 10 tahun berjalan, bisnis Hendy telah berkembang sangat pesat. Bisnis kuliner berbasis waralaba ini telah memiliki 1.300 gerai di Indonesia dan telah membuka gerai di delapan negara lain, yaitu Belanda, China, Bangladesh, Srilanka, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Filipina.
Hendy pun menerima berbagai penghargaan seperti Waralaba Terbaik untuk Investasi 2009 dari majalah SWA dan memenangkan Young Entrepreneur di acara 5th Young Entrepreneur Award yang diselenggarakan di Malaysia tahun 2014.
(prm) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!
Berikut adalah empat pengusaha kuliner Indonesia yang sukses dengan bisnisnya. Tak hanya digemari oleh rakyat Indonesia, produk kulinernya pun dinikmati orang-orang di belahan dunia lain.
1. Anthoni Salim
Tentu Anda tidak asing lagi dengan merek mie instan Indomie, Popmie, dan Supermi, serta produk-produk konsumsi lainnya, seperti Bimoli, Bogasari, dan Indomilk.
Pengusaha ini adalah pewaris perusahaan konglomerasi Salim Group yang merupakan induk PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Indofood CBP Tbk, dan PT Bogasari Flour Mills.
Salim Group sempat mengalami dampak krisis ekonomi Asia tahun 1997-1998 karena harus membayar utang sebanyak Rp 55 triliun. Alhasil, pendahulu Anthoni pun harus menjual tiga anak perusahaan, yaitu PT Indomaret Tunggal Perkasa, PT Bank Central Asia, dan PT Indomobil Sukses Internasional untuk melunasi utang.
Hampir 20 tahun berselang, Salim Group dapat kembali menstabilkan kondisi perusahaannya. Meskipun begitu, kepemilikan saham Salim Group di produsen mie instan terbesar di dunia, PT Indofood Sukses Makmur, saat ini hanya sekitar 50%.
Forbes menobatkan Anthoni sebagai orang terkaya nomor 4 di Indonesia dengan kekayaan sebesar US$6,9 juta (Rp 92,1 miliar) per November 2017.
2. Jogi Hendra Atmadja
Saat ini Jogi menjabat sebagai CEO perusahaan produk konsumen Indonesia PT Mayora Indah Tbk (Mayora Group) yang memproduksi biskuit Roma, permen Kopiko dan Kis, Beng-beng, Choki-choki, Astor, Torabika, dan Energen.
Keluarga Jogi memulai bisnisnya sebagai pembuat biskuit pada tahun 1970. Kini, bisnisnya pun berkembang pesat dan telah memasarkan produk-produknya ke lebih dari 90 negara. Ia dan keluarganya pun memiliki saham terbesar di perusahaan emiten tersebut.
Forbes menetapkan Jogi sebagai orang terkaya nomor 10 di Indonesia dengan kekayaan mencapai $2,7 juta (Rp 36 miliar) per November 2017.
3. Johnny Andrean
Johnny memulai bisnisnya dengan merantau ke Jakarta dan membuka salon di tahun 1980an dengan berbekal ilmu potong rambut dari ibunya.
Sekarang, Johnny telah membuka sekitar 200 gerai salon di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2003, Johnny melakukan diversifikasi bisnis dengan membeli hak waralaba gerai roti Breadtalk yang berasal dari Singapura. Sampai dengan 2017, terdapat sekitar 150 gerai Breadtalk yang beroperasi di seluruh Indonesia.
Johnny pun melakukan diversifikasi bisnis lebih jauh ke sektor kuliner dengan mendirikan J.Co Donuts and Coffee di tahun 2005.
Ia rela melakukan riset sampai ke Australia, Amerika, Jepang dan Eropa demi menciptakan konsep cafe yang modern ini. Alhasil, cafe ini pun sempat disangka sebagai waralaba asing.
Total 232 gerai J.Co saat ini sudah dibuka di Indonesia dan beberapa negara lain, yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, Hong Kong, dan Arab Saudi.
4. Hendy Setiono
Hendy memulai bisnis kuliner kebab, makanan khas Turki, dengan cita rasa Indonesia menggunakan sebuah gerobak kecil di Surabaya tahun 2003. Kata “Rafi” di dalam merk bisnis “Kebab Turki Baba Rafi” diambil dari nama anaknya.
Lebih dari 10 tahun berjalan, bisnis Hendy telah berkembang sangat pesat. Bisnis kuliner berbasis waralaba ini telah memiliki 1.300 gerai di Indonesia dan telah membuka gerai di delapan negara lain, yaitu Belanda, China, Bangladesh, Srilanka, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Filipina.
Hendy pun menerima berbagai penghargaan seperti Waralaba Terbaik untuk Investasi 2009 dari majalah SWA dan memenangkan Young Entrepreneur di acara 5th Young Entrepreneur Award yang diselenggarakan di Malaysia tahun 2014.
(prm) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!
Most Popular