
Harga TikTok Ribuan Triliun Dipaksa Dijual, Siapa yang Mau Beli?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mewajibkan Bytedance menjual bisnis Tiktok dalam enam bulan. Namun ini bisa jadi masalah baru, karena prosesnya yang kompleks dan sulit.
Jika tidak, maka layanan video pendek bersiap untuk diblokir di AS.
Perkiraan seorang analis keuangan, Tiktok kemungkinan terjual di harga US$ 100 miliar (Rp 1.574 triliun). Harganya cukup rendah dibandingkan dengan angka penjualan TikTok di AS. Tahun lalu, layanan tersebut menghasilkan US$ 16 miliar (Rp 251 triliun).
Financial Times mengatakan angka pendapatan harusnya memberi nilai untuk perusahaan mencapai US$ 150 miliar (atau lebih dari Rp 2.360 triliun).
Namun diramalkan akan ada banyak masalah yang harus dihadapi rancangan undang-undang tersebut. Salah satunya, China kemungkinan akan melawan aturan tersebut. Pemerintah Xi Jinping dipastikan akan memblokir kesepakatan apapun yang dibuat AS.
Selain itu, Tiktok juga diramal tak bisa memenuhi tenggat waktu penjualan. "Seperti yang bisa kami katakan dalam bisnis, jumlah hambatan dalam transaksi ini sangat ekstrem," kata mantan mitra merger dan akuisisi di firma hukum Shearman & Sterling Lee Edwards, dikutip dari Washington Post.
"Untuk menyelesaikan kesepakatan sebesar dan kompleksitas ini hanya dalam waktu setengah tahun, termasuk meloloskan tinjauan peraturan apa pun yang mungkin diperlukan di negara-negara di seluruh dunia, akan menjadi hal yang sangat cepat dan agresif," tambahnya.
Calon pembeli TikTok antre
![]() |
Harga yang tinggi juga bisa jadi masalah lainnya. Karena tidak banyak pembeli yang berminat.
Bukan hanya karena mahal, namun juga mereka yang resmi memiliki Tiktok harus menyiapkan diri menghadapi pengawasan antimonopoli yang ketat di AS dan negara lain di dunia. David Locala mantan kepala merger dan akuisisi teknologi global di Citi mengungkapkan daftar penawar di AS cukup sedikit.
"Regulator AS mungkin harus mengambil tindakan, apakah mereka ingin kepemilikan TikTok di AS, atau apakah mereka ingin satu atau lebih perusahaan teknologi besar menjadi lebih besar?," jelasnya.
Namun demikian, melihat potensi dari TikTok banyak pihak yang siap untuk mengakuisisi aplikasi populer itu.
Mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, mengatakan kepada CNBC Internasional pekan lalu bahwa dia sedang mengumpulkan sekelompok investor yang mau untuk membeli TikTok.
Sementara Bobby Kotick, mantan kepala raksasa video game Activision Blizzard, dan Kevin O'Leary, investor Kanada dari acara TV "Shark Tank," keduanya telah menyatakan minatnya pada kesepakatan TikTok. Namun mereka mungkin tidak mempunyai uang untuk melakukan pengambilalihan secara serius, dan mengumpulkan dana mereka sebagai bagian dari konsorsium investasi akan menimbulkan masalah baru lagi.
"Dengan konsorsium, Anda tidak akan pernah tahu apakah seseorang benar-benar terlibat atau tidak sampai hal tersebut berakhir," kata Locala. "Semakin banyak pihak yang Anda perkenalkan, semakin sulit untuk mencapai kemajuan." terangnya.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! TikTok Wajib Lepas dari China atau Diblokir
