
Kisah Dua Raja Bandar Kripto, Dulu Dipuja Kini Masuk Penjara

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah berdarah-darah selama 18 bulan, pasar kripto kembali menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Sebelumnya, industri kripto dilanda isu kebangkrutan, penipuan, kegagalan perusahaan, hingga kriminal yang dilakukan para 'tokoh' legendaris.
Sepanjang tahun 2023, harga Bitcoin kembali melonjak hingga 150%. Sementara itu, Solana naik 10 kali lipat dalam 12 bulan, serta Marathon Digital yang merupakan penambang Bitcoin meroket.
Di kala harga kripto yang kian kinclong, reputasi figur-figur di industri tersebut masih sulit untuk kembali ke era beberapa tahun silam. Misalnya saja Changpeng Zhao dari Binance dan Sam Bankman-Fried dari FTX.
Selama bertahun-tahun, kedua tokoh tersebut 'dipuja' karena terkenal sukses dalam mengelola aset kripto dan membantu menggenjot popularitas mata uang virtual.
Keduanya merupakan miliarder Bitcoin yang mendirikan perusahaan penukaran mata uang kripto hingga dipakai komunitas di seluruh dunia.
Namun, pada akhirnya nasib Zhao dan Bankman-Fried miris. Regulator menguliti bobroknya cara mereka mengelola perusahaan hingga terlibat kasus penipuan.
Menarik ke belakang, ketika pasar kripto sedang menikmati era puncak di 2021 silam, beberapa nama besar di sektor bisnis dan politik sudah menyuarakan keraguan mereka.
CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon misalnya. Pada 2021 lalu ketika nilai kripto terbang tinggi, ia blak-blakan mengatakan Bitcoin "tak ada nilainya". Pada tahun 2023, ia kembali melontarkan pernyataan keras. Menurut dia, pasar kripto adalah "penipuan yang populer".
Pada 2018, pendiri Microsoft Bill Gates juga mengatakan hal senada. Menurut dia, mata uang kripto adalah teori bodoh terbesar di dunia investasi.
Tokoh investor legendaris Warren Buffet turut sinis dengan mengatakan ia tak akan membeli semua Bitcoin di dunia dengan harga US$ 25. Sebab, ia menilai Bitcoin tak akan menghasilkan apa-apa.
Menerima keraguan tokoh-tokoh keuangan lama, Zhao dan Bankman-Fried dianggap sebagai anak muda gemilang yang akan membawa perubahan pada masa depan keuangan dunia.
Namun, pada akhirnya mereka terlibat kasus penipuan dan pencucian uang. Dulu dipuja di industri kripto, kini keduanya berakhir di jeruji besi.
Bankman-Fried yang kini berusia 31 tahun terancam dipencara seumur hidup setelah ditetapkan bersalah untuk 7 kasus kriminal pada awal November lalu. Antara lain mencuri miliaran dolar AS dari nasabah FTC.
Kurang dari tiga minggu setelahnya, Zhao dinyatakan bersalah untuk gugatan kriminal dan terpaksa turun dari jabatannya sebagai CEO Binance. Pelepasan jabatan CEO merupakan bagian dari kesepakatan senilai US$ 4,3 miliar dengan Departemen Kehakiman AS (DOJ).
"Mereka berdua bertanggung jawab untuk sikap semena-mena di pasar kripto dan asosiasi keduanya dengan kasus kriminal," kata Renato Mariotti, mantan jaksa di DOJ untuk Seksi Penipuan Sekuritas dan Komoditas, dikutip dari CNBC International, Rabu (3/1/2024).
Kisah Awal Bandar Kripto Zhao dan Bankman-Fried
Zhao dan Bankman-Fried merupakan kawan lama, sebelum mereka menjadi saingan di industri kripto.
Zhao atau kerap disebut CZ lebih dulu terjun ke dunia mata uang virtual sebagai CTO di layanan pertukaran kripto OKCoin. Ia lalu meluncurkan layanannya sendiri bernama Binance sejak 2017. Sejak saat itu, Binance menjadi platform perdagangan mata uang kripto terbesar di dunia berdasarkan volumenya.
Pada tahun yang sama, Bankman-Fried mulai dikenal di kalangan kripto melalui strategi perdagangan arbitrasenya yang bernama Kimchi swap.
Saat ini, harga Bitcoin relatif standar di semua platform perdagangan dunia. Namun, 6 tahun lalu harganya beragam dan bisa berbeda hingga 50%.
Celah itu yang dimanfaatkan oleh Bankman-Fried untuk menjalankan bisnis. Namun, strategi arbitrasenya tak mudah untuk dieksekusi pada kripto kala itu. Sebab, harus melibatkan koneksi antar platform trading satu sama lain.
Untuk menambah skala operasinya, Bankman-Fried kemudian mendirikan Alameda Research. Namun, menurut dia, yang benar-benar berkontribusi terhadap popularitasnya di pasar kripto adalah CZ.
Setelah Bankman-Fried memindahkan bisnisnya ke Hong Kong pada 2018, ia bertemu CZ. Kala itu, ia menyumbangkan S$ 150.000 untuk mensponsori konferensi Binance di Singapura.
Salah satu bonus dari donasi itu adalah kesempatan berada di satu panggung dengan CZ. Menurut penulis Michael Lewis yang membuat buku profil Bankman-Fried, kesempatan itu yang memberikannya 'legitimasi di dunia kripto'.
Bankman-Fried dan CZ merupakan dua karakter yang benar-benar berbeda, baik dalam hal bisnis maupun personal.
"Sam ingin membangun penukaran untuk pedagang kripto di institusi, sementara CZ lebih tertarik ke ritel dan orang-orang kecil," kata Lewis.
"Sam benci konflik dan cepat melupakan rasa duka, sementara CZ bisa berkonflik dan cukup baik mengelola emosi," ia melanjutkan.
Hubungan antara CZ dan Bankman-Fried akhirnya memburuk beberapa bulan setelah mereka bertemu.
Pada Maret 2019, CZ menolak membayar Bankman-Fried US$ 40 juta untuk membeli penukaran kripto yang sedang dirancang Bankman-Fried dengan timnya. CZ memilih membangun platform serupa secara in-house di perusahaannya.
Sebulan setelah penolakan itu, Bankman-Fried dan beberapa kawannya mendirikan FTX, penukaran kripto dengan mesin likuidasi baru dan fitur yang menyasar klien berskala besar.
Binance adalah investor pertama FTX untuk pendanaan seri A pada 2019. Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Binance mengambil posisi jangka panjang di token asli FTX, yakni FTT.
Kesuksesan FTX bermula dari pendanaan ventura senilai US$ 2 miliar. Kekayaan personal Bankman-Fried melambung sekitar US$ 26 miliar pada puncaknya. Valuasi FTX pun menyentuh angka US$ 32 miliar sebelum babak belur.
Ketika harga kripto melejit pada 2021, reputasi Bankman-Fried pun makin gemilang. Tiba-tiba, ia dipuja oleh media dan wajahnya terpampang di mana-mana.
Logo FTX pun berseliweran di arena Formula One hingga ajang basket di Miami. Bankman-Fried tak henti menghadiri acara media. Ia mulai sering melontarkan omongan besar, seperti membeli Goldman Sachs suatu hari nanti.
Pada saat yang sama, pengaruh CZ juga makin tumbuh disertai dengan dominasi pasar Binance. Dengan pengelolaan aset lebih dari US$ 65 miliar di platformnya, Binance memroses miliaran dolar perdagangan setiap tahunnya.
FTX lalu berencana mengeluarkan Binance dari perusahaannya pada 2021 dengan kombinasi FTT dan koin lain, menurut keterangan CZ.
Pertarungan dua raja kripto
Saat harga kripto tenggelam di 2022, kebangkrutan membayangi sektor tersebut. Bankman-Fried dengan percaya diri mengatakan FTX imun terhadap dampak pasar kripto yang berdarah-darah.
Namun, kenyataannya berbeda. Alameda meminjam uang untuk menaruh investasi ke firma aset digital yang gagal pada 2022 untuk menjaga industri tetap stabil. Selanjutnya, Alameda juga dilaporkan menyedot simpanan pelanggan FTX untuk mencegah margin call dan memenuhi kewajiban utang secepat mungkin.
Pada November 2022, Bankman-Fried dan CZ terang-terangan beradu argumen di X (dulunya Twitter).
Zhao mengatakan Binance memutuskan mencairkan sisa FTT mereka karena suatu fakta yang terungkap ke publik. Gara-gara tweet tersebut, muncul kepanikan di kalangan investor yang akhirnya turut menjual token FTT mereka.
Nilai koin tersebut merosot 75%, bersamaan dengan berkurangnya kepercayaan nasabah ke FTX. Para eksekutif FTX berupaya meredam dampak buruknya. Namun, nasabah menarik miliaran dolar AS di platform tersebut.
CZ yang tadinya berjanji ingin membeli FTX, akhirnya membatalkan komitmennya setelah uji tuntas selama satu hari. Perusahaan tersebut akhirnya mengalami kebangkrutan.
Dari dokumen FTX yang dilihat orang luar, penipuan dan mis-manajemen di dalam perusahaan menjadi jelas: Bankman-Fried dan petinggi FTX telah mengambil miliaran dolar AS uang nasabah.
Dalam persidangan Bankman-Fried, diketahui bahwa duit nasabah senilai US$ 10 miliar di FTX telah hilang. Setelah diusut, ketahuan bahwa duit itu digunakan untuk pembelian properti, pembayaran pinjaman, investasi, dan donasi politik.
Di lain sisi, masalah pemerintah AS dengan CZ dan Binance berbeda jauh.
Ada tiga kasus kriminal yang dituduhkan ke Bianance. Antara lain menyelenggarakan bisnis transmisi uang secara ilegal, melanggar International Emergency Economic Powers Act, dan konspirasi.
Binance setuju untuk menyerahkan $2.5 miliar kepada pemerintah, serta membayar denda sebesar $1.8 miliar, untuk kasus kriminalnya. Selain itu, Binance juga dituduh memberikan izin 100.000 transaksi untuk aktivitas terlarang seperti terorisme dan narkotika ilegal.
"Menggunakan teknologi untuk melanggar hukum tak membuat perusahaan menjadi disruptor, melainkan kriminal," kata Jaksa Agung AS Merrick Garland.
Kesepakatan senilai US$ 4,3 miliar dibuat dengan pemerintah AS, termasuk DOJ, Komisi Perdangangan Komoditas Masa Depan, serta Kementerian Keuangan.
CZ dan petinggi lainnya juga dinilai melanggar hukum anti pencucian uang dan telah melanggar sanksi ekonomi AS. DOJ merekomendasikan untuk mendenda CZ senilai US$ 50 juta.
Sementara itu, CZ telah dibebaskan dengan obligasi pengakuan pribadi senilai $175 juta yang dijamin dengan uang tunai $15 juta dan sidang hukuman dijadwalkan pada 23 Februari. Bankman-Fried menghadapi sidang hukuman pada 28 Maret.
Beda kasus Binance dan FTX
Menurut ahli hukum Mariotti, perbedaan kasus CZ dan Bankman-Fried terletak pada kesuksesan mempertahankan bisnis perusahaan.
"Satu perbedaan kunci antara CZ dan Bankman Fried adalah kita tidak bisa meremehkan kemampuan CZ menjalankan perusahaan yang tetap profit dan bertahan," kata dia.
"Binance memiliki dana untuk menjalankan kasus hukum, membayar denda, dan memberikan alasan bagi DOJ dan CFTC untuk berdamai dengan kesepakatan," ia melanjutkan.
Binance akan melanjutkan bisnisnya dengan beberapa aturan yang mengikat, menurut kesepakatan dengan regulator. Perusahaan diminta untuk mematuhi aturan anti pencucian uang yang sesuai dengan standar pemerintah AS.
Di lain sisi, FTX hancur dan bangkrut bersamaan dengan nasib babak-belur Bankman-Fried.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bandar Kripto Penipu Ngeluh Internet Wi-Fi Penjara Lemot
