Daftar Terbaru Startup RI yang PHK Pegawai, Xendit & Carsome

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun 2022, sejumlah rangkaian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan diambil oleh startup.
Terbaru ada Xendit dan Carsome yang turut menambah panjang daftar startup yang melakukan PHK karyawan di Indonesia.
Xendit melakukan PHK terhadap 5 persen karyawannya di Indonesia dan Filipina. Keputusan tersebut diambil dikarenakan situasi makroekonomi yang tidak menentu.
Di sisi lain, Carsome juga melakukan PHK dengan alasan untuk melakukan efisiensi. Platform jual beli mobil bekas itu belum menyampaikan berapa banyak yang terkena PHK dan negara mana saja yang terdampak efisiensi ini.
Berikut ini daftar terbaru startup di indonesia yang melakukan PHK karyawan.
1. Xendit
Startup fintech Xendit memutus hubungan kerja (PHK) terhadap 5 persen karyawannya di Indonesia dan Filipina.
Keputusan PHK ini diambil karena situasi makroekonomi yang tidak menentu saat ini, sehingga memaksa perusahaan untuk mengubah struktur dan sumber daya tim.
"Melakukan rightsizing tim adalah sebuah keputusan yang sangat sulit namun tetap harus diambil untuk optimalisasi posisi kami di jangka pendek maupun jangka panjang untuk perkembangan," kata Chief Operating Officer Xendit Tessa Wijaya, dalam keterangan tertulis kepada CNBC Indonesia.
2. Carsome
Carsome mengonfirmasi rumor melakukan pengurangan karyawan. Platform e-commerce mobil bekasi itu mengindikasikan sedang melalui "optimasi tenaga kerja" dan tim eksekutifnya tidak ambil gaji selama sisa tahun 2022.
Startup pertama Malaysia yang berhasil menjadi unicorn itu mengatakan akan berfokus pada peningkatan produktivitas di seluruh bisnis. Caranya dengan menyelaraskan sumber daya dengan kontribusi ke bottom line, serta membuat manajemen kinerja yang lebih ketat.
3. Shopee Indonesia
![]() |
Shopee Indonesia memangkas jumlah pekerjanya. Tidak disebutkan berapa pastinya yang terdampak, tetapi berdasarkan informasi yang didapatkan CNBC Indonesia sebanyak 3% dari 6.232 orang.
Selain Indonesia, Shopee Thailand juga melakukan kebijakan yang sama. Sekitar 10% karyawan yang terdampak dan menurut laporan The Thaiger ada 100 karyawan dirumahkan. Sebelumnya 300 orang di ShopeFood dan ShopeePay Thailand juga mengalami nasib serupa.
Shopee juga melakukan PHK pada karyawannya di Taiwan dan Fillipina. Di Taiwan, pihak perusahaan mengatakan keputusan itu bagian dari upaya untuk mengoptimalkan efisiensi operasional. Sementara itu Inquirer melaporkan, Shopee Fillipina merumahkan kurang dari 10% jumlah pegawainya.
4. Tokocrypto
Startup kripto ini memberhentikan 20% dari jumlah karyawannya 227 karyawan. PHK itu dilakukan karena mempertimbangkan perubahan fokus bisnis perusahaan.
"Langkah internal yang diambil adalah mentransfer beberapa karyawan kepada bisnis unit yang telah menjadi entitas berbeda yaitu T-Hub dan TokoMall, penyesuaian jumlah karyawan sekitar 20% dari 227 karyawan dengan pertimbangan perubahan fokus bisnis," kata Rieka dalam keterangan tertulis.
5. Mobile Premiere League
Start up e-sports asal India yang melebarkan sayapnya di tanah air ini mengumumkan PHK kepada sekitar 100 karyawan dan memutuskan untuk keluar dari pasar Indonesia.
Menurut keterangan pihak perusahaan, PHK massal dan penutupan bisnis di Indonesia ini adalah upaya untuk menumbuhkan bisnis inti serta menutup bisnis yang tidak berjalan.
6. Lummo
Startup penyedia solusi layanan perangkat lunak business-to-consumer (B2C) Lummo yang sebelumnya dikenal sebagai BukuKas melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan di Jakarta dan Bengaluru, India.
Lummo dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 100-120 karyawan yang sebagian besar berada di tim teknis, desain, dan produk.
7. TaniHub
PHK terhadap karyawan start up pertanian TaniHub merupakan dampak dari ditutupnya operasional gudang di Bandung dan Bali. Namun, perusahaan tidak menyebutkan jumlah karyawan yang terdampak.
8. Mamikos
Start up yang menyediakan layanan pencarian kos ini melakukan PHK untuk menjaga kesehatan kondisi keuangan perusahaan di tengah kondisi pasar dan ekonomi makro yang sedang dipenuhi ketidakpastian.
Sejauh ini, pihak Mamikos belum bisa memberikan kepastian terkait jumlah karyawan yang terkena PHK.
9. Zenius
![]() |
Start up edukasi Zenius melakukan PHK terhadap lebih dari 200 karyawan karena perusahaan terdampak oleh kondisi makroekonomi.
Untuk beradaptasi dengan dinamisnya kondisi yang mempengaruhi industri, Zenius menyatakan bahwa pihaknya perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis.
10. JD.ID
Layanan belanja online atau e-commerce JD.ID menempuh langkah PHK sebagai salah satu improvisasi agar perusahaan dapat terus beradaptasi dan selaras dengan dinamika pasar dan tren industri di Indonesia.
PHK itu juga ditempuh karena JD.com Inc selaku perusahaan induk JD.ID menanggung beban yang besar setelah penyebaran virus COVID-19 di berbagai kota di China.
11. LINE
Line Indonesia sempat menjadi sorotan di media sosial karena dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 80 karyawan di Indonesia.
Meski demikian, pihak LINE sudah memberikan klarifikasi bahwa PHK memang terjadi, namun jumlah karyawan yang terdampak tidak sampai ke angka yang disebutkan.
12. Beres.id
Perusahaan rintisan (startup) Beres.id mengumumkan akan berhenti beroperasi mulai 1 Juli 2022. Penyebabnya, yakni pandemi covid-19 yang berdampak pada gangguan operasional, kekurangan tenaga kerja, dan biaya operasional yang tinggi perusahaan.
"Dengan berat hati kami mengumumkan mulai 1 Juli 2022, Beres dan semua platform afiliasinya tidak akan beroperasi lagi," ujar Co-founder and CEO Beres.id Choong Fui Yu dalam pernyataan di situs resmi, dikutip Jumat (10/6).
13. Pahamify
![]() |
Startup di bidang pendidikan, Pahamify, mengambil keputusan untuk melakukan PHK massal untuk beradaptasi di kondisi ekonomi makro terkini.
Pada akhir Juni 2022, Pahamify sempat membuat heboh media sosial dengan menyatakan pamit. Namun, ternyata pernyataan di Instagram tersebut bukan pengumuman penutupan operasi.
CEO Pahamify, Syarif Rousyan Fikri meminta maaf karena kehebohan tersebut. Dia menjelaskan ucapan pamit tersebut untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Tahun Ajaran 2021-2022. Startup itu akan bersiap untuk menyambut tahun ajaran selanjutnya.
14. LinkAja
Berita soal PHK massal yang ditempuh LinkAja sempat ramai dibicarakan. Start up financial technology (fintech) yang didukung oleh delapan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemegang saham ini dikabarkan telah mem-PHK sekitar 200 karyawannya.
Namun, pihak LinkAja mengungkapkan bahwa PHK yang dilakukan sebagai upaya reorganisasi itu angkanya jauh di bawah yang disebutkan. Bahkan, LinkAja juga mengganti CEO baru.
15. SiCepat
Startup yang bergerak di bidang layanan pengiriman barang ini dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 360 karyawannya.
Namun, berbeda dengan startup lain yang kebanyakannya melakukan PHK untuk menyesuaikan bisnis dengan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung, pihak SiCepat mengungkapkan bahwa langkah ini ditempuh sebagai evaluasi kompetensi karyawan.
[Gambas:Video CNBC]
Sukses IPO, Startup ini Tutup Nunggak Biaya Bayar Sewa Kantor
(dem/dem)