Jakarta, CNBC Indonesia - Badai pemutusan hubungan kerja di berbagai industri tidak terelakan terjadi. Belum lama ini, perusahaan fintech, Xendit, juga masuk dalam jajaran perusahaan yang melakukan PHK tahun ini.
Maraknya gelombang PHK ini menjadi pertanda bayang-bayang stagflasi mulai mendekati Indonesia.
Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan fenomena PHK yang terjadi sangat memungkinkan Indonesia masuk dalam jurang resesi pada tahun depan.
Ia menjelaskan dari sisi gejala PHK di banyak sektor, ini menjadi tanda-tanda terjadinya stagflasi, yaitu kenaikan inflasi yang tidak dibarengi dengan terbukanya kesempatan kerja.
Menurutnya, kondisi itu jika dibiarkan akan terus menciptakan tingkat pengangguran yang sangat signifikan. Berikut daftar perusahaan yang melakukan PHK pada 2022:
1. Shopee Indonesia
PT Shopee Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawan perusahaan pada Senin (19/9).
Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira menjelaskan PHK merupakan langkah terakhir yang harus ditempuh perusahaannya sebagai langkah efisiensi, setelah sebelumnya melakukan penyesuaian melalui beberapa perubahan kebijakan bisnis.
Ia mengatakan langkah efisiensi sejalan dengan fokus perusahaan secara global untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.
Ia tidak memerinci berapa jumlah karyawan yang di-PHK tersebut. Ia hanya memastikan karyawan yang terdampak PHK akan diberikan dukungan oleh Shopee dalam bentuk pesangon.
2. Lummo
Startup penyedia solusi layanan perangkat lunak business-to-consumer (B2C) Lummo yang sebelumnya dikenal sebagai BukuKas melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan di Jakarta dan Bengaluru, India.
Lummo dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 100-120 karyawan yang sebagian besar berada di tim teknis, desain, dan produk.
3. TaniHub
PHK terhadap karyawan start up pertanian TaniHub merupakan dampak dari ditutupnya operasional gudang di Bandung dan Bali. Namun, perusahaan tidak menyebutkan jumlah karyawan yang terdampak.
4. Pahamify
 Foto: Startup Pahamify |
Startup di bidang pendidikan, Pahamify, mengambil keputusan untuk melakukan PHK massal untuk beradaptasi di kondisi ekonomi makro terkini.
Pada akhir Juni 2022, Pahamify sempat membuat heboh media sosial dengan menyatakan pamit. Namun, ternyata pernyataan di Instagram tersebut bukan pengumuman penutupan operasi.
CEO Pahamify, Syarif Rousyan Fikri meminta maaf karena kehebohan tersebut. Dia menjelaskan ucapan pamit tersebut untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Tahun Ajaran 2021-2022. Startup itu akan bersiap untuk menyambut tahun ajaran selanjutnya.
5. LinkAja
Berita soal PHK massal yang ditempuh LinkAja sempat ramai dibicarakan. Start up financial technology (fintech) yang didukung oleh delapan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemegang saham ini dikabarkan telah mem-PHK sekitar 200 karyawannya.
Namun, pihak LinkAja mengungkapkan bahwa PHK yang dilakukan sebagai upaya reorganisasi itu angkanya jauh di bawah yang disebutkan. Bahkan, LinkAja juga mengganti CEO baru.
6. SiCepat
Startup yang bergerak di bidang layanan pengiriman barang ini dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 360 karyawannya.
Namun, berbeda dengan startup lain yang kebanyakannya melakukan PHK untuk menyesuaikan bisnis dengan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung, pihak SiCepat mengungkapkan bahwa langkah ini ditempuh sebagai evaluasi kompetensi karyawan.
7. Mobile Premiere League
Start up e-sports asal India yang melebarkan sayapnya di tanah air ini mengumumkan PHK kepada sekitar 100 karyawan dan memutuskan untuk keluar dari pasar Indonesia.
Menurut keterangan pihak perusahaan, PHK massal dan penutupan bisnis di Indonesia ini adalah upaya untuk menumbuhkan bisnis inti serta menutup bisnis yang tidak berjalan.
8. Mamikos
Start up yang menyediakan layanan pencarian kos ini melakukan PHK untuk menjaga kesehatan kondisi keuangan perusahaan di tengah kondisi pasar dan ekonomi makro yang sedang dipenuhi ketidakpastian.
Sejauh ini, pihak Mamikos belum bisa memberikan kepastian terkait jumlah karyawan yang terkena PHK.
9. Zenius
 Foto: Rohan Monga (Chief Executive Officer) dan Sabda PS (Co-founder & Chief Education Officer) dalam konferensi pers pengumuman pendanaan Seri A Zenius. (Dok. Zenius) |
Start up edukasi Zenius melakukan PHK terhadap lebih dari 200 karyawan karena perusahaan terdampak oleh kondisi makroekonomi.
Untuk beradaptasi dengan dinamisnya kondisi yang mempengaruhi industri, Zenius menyatakan bahwa pihaknya perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis.
10. JD.ID
Layanan belanja online atau e-commerce JD.ID menempuh langkah PHK sebagai salah satu improvisasi agar perusahaan dapat terus beradaptasi dan selaras dengan dinamika pasar dan tren industri di Indonesia.
PHK itu juga ditempuh karena JD.com Inc selaku perusahaan induk JD.ID menanggung beban yang besar setelah penyebaran virus COVID-19 di berbagai kota di China.
11. LINE
Line Indonesia sempat menjadi sorotan di media sosial karena dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 80 karyawan di Indonesia.
Meski demikian, pihak LINE sudah memberikan klarifikasi bahwa PHK memang terjadi, namun jumlah karyawan yang terdampak tidak sampai ke angka yang disebutkan.
12. Beres.id
Perusahaan rintisan (startup) Beres.id mengumumkan akan berhenti beroperasi mulai 1 Juli 2022. Penyebabnya, yakni pandemi covid-19 yang berdampak pada gangguan operasional, kekurangan tenaga kerja, dan biaya operasional yang tinggi perusahaan.
"Dengan berat hati kami mengumumkan mulai 1 Juli 2022, Beres dan semua platform afiliasinya tidak akan beroperasi lagi," ujar Co-founder and CEO Beres.id Choong Fui Yu dalam pernyataan di situs resmi, dikutip Jumat (10/6).
Beres.id mengatakan menutup operasional merupakan keputusan yang sulit. Tapi, perusahaan yakin ini merupakan cara terbaik untuk menghormati kewajiban kepada karyawan dengan memberikan pemberitahuan dan pembayaran pesangon.
13. Carsome
Perusahaan jual beli mobil, Carsome, akan memutus hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan karena alasan efisiensi.
Dikutip dari techwireasia, Jumat (30/9), perusahaan yang mempunyai unit usaha di Malaysia, Indonesia, Thailand dan Singapura ini dikatakan akan mengurangi karyawan di cabang negeri jiran.
14. Xendit
 Foto: dok Xendit |
Startup fintech Xendit memutus hubungan kerja (PHK) terhadap 5 persen karyawannya di Indonesia dan Filipina.
Tessa Wijaya, Chief Operating Office Xendit, mengatakan perusahaan melakukan pertimbangan matang sebelum mengumumkan PHK.
"Ini adalah keputusan yang sulit, tetapi kami membutuhkannya untuk mengoptimalkan bisnis kami untuk jangka pendek dan panjang," ujarnya, mengutip dealstreetasia.com, Rabu (5/10).
Para karyawan Xendit yang terkena PHK akan diberi kompensasi yang layak dan perpanjangan asuransi kesehatan serta dukungan alumni. Perusahaan ini memiliki lebih dari 900 karyawan per Agustus 2022.
15. Indosat Ooredoo Hutchison
Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 300 karyawannya.
Director & Chief of Human Resources Officer IOH Irsyad Sahroni mengatakan langkah rightsizing ini telah berjalan lancar dan 95 persen karyawan yang terkena dampak setuju.
Adapun paket kompensasi yang ditawarkan kepada karyawan adalah rata-rata 37 kali upah, bahkan yang tertinggi mencapai 75 kali upah. Menurut Irsyad, jumlah ini secara signifikan lebih tinggi di atas persyaratan ketentuan undang-undang yang berlaku.