
Tak Ada PHK di Amerika, Jadi Sebenarnya Resesi Atau Tidak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar tenaga kerja AS menunjukkan kekuatannya pada September lalu, dengan perusahaan swasta menambahkan lebih banyak pekerjaan dari yang diharapkan. Artinya tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) secara total. Pasar tenaga kerja yang kuat membuat kabar resesi Amerika Serikat semakin abu-abu.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi AS di kuartal II-2022 mengalami kontraksi 0,6%. Di kuartal sebelumnya, kontraksi juga terjadi sebesar 1,6%. Kontraksi produk domestik bruto (PDB) dalam dua kuartal beruntun tersebut dikategorikan sebagai resesi. Tetapi, nyatanya pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat.
Data dari Automatic Data Processing, Inc. (ADP) melaporkan ada sekitar 208.000 pekerjaan yang bertambah pada bulan lalu, naik dari Agustus lalu yang sebesar 185.000 pekerjaan. Angka ini juga lebih besar dari perkiraan pasar dalam polling Dow Jones sebesar 200.000 pekerjaan.
Dari per sektornya, keuntungan itu datang ketika industri penghasil barang melaporkan penurunan posisi 29.000, dengan manufaktur turun 13.000 dan sumber daya alam dan pertambangan kehilangan 16.000.
Namun, lonjakan besar terjadi di sektor perdagangan, transportasi, dan utilitas yang membantu mengimbangi kerugian tersebut, karena sektor ini melihat kenaikan pekerjaan sebesar 147.000.
Sedangkan sektor layanan profesional dan bisnis bertambah 57.000, sementara sektor layanan pendidikan dan kesehatan naik 38.000, dan sektor rekreasi dan perhotelan tumbuh 31.000.
Ada juga yang merugi di sektor jasa, yakni di sektor informasi turun 19.000 dan aktivitas keuangan kehilangan 16.000 posisi.
Berdasarkan ukurannya, perusahaan yang mempekerjakan 50-499 pekerja memimpin dengan keuntungan 90.000, sementara perusahaan besar menambahkan 60.000 dan usaha kecil menyumbang 58.000.
Pasar tenaga kerja yang ketat melihat satu bulan kenaikan gaji yang cukup besar, dengan gaji tahunan naik 7,8% dari tahun lalu, menurut ADP, yang menyusun laporan bersama-sama dengan Stanford Digital Economy Lab.
Perubahan pekerjaan tersebut melihat perubahan rata-rata dalam gaji tahunan sebesar 15,7%, turun dari 16,2% pada Agustus lalu untuk penurunan bulanan terbesar dalam tiga tahun terakhir.
Laporan ADP datang dua hari sebelum laporan non-farm payrolls (NFP) oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Jumat besok, di mana data ini akan diawasi ketat oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Pada Selasa lalu, AS juga mengeluarkan data Lowongan Kerja dan Survei Perputaran tenaga Kerja (JOLTS).
Pelaku pasar akan menghitung apakah data JOLTS akan mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Data JOLTS untuk Agustus menunjukkan jumlah lowongan kerja di AS turun menjadi 10,1 juta pada Agustus lalu.
Data JOLTS tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang berada di angka 10,775 juta.
Di lain sisi, laporan employment rate (pertumbuhan lapangan kerja) pada Agustus 2022 tercatat sebanyak 3,7%, naik dari bulan sebelumnya sebesar 3,5%.
Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat pengangguran tersebut menjadi yang tertinggi sejak Februari dan di atas ekspektasi sebesar 3,5%.
Jumlah pengangguran naik 244.000 menjadi 6,014 juta orang. Sementara itu, tingkat penyerapan tenaga kerja naik 422.000 menjadi 158,732 juta.
Kondisi tenaga kerja AS terkini menunjukkan bahwa peningkatan suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan The Fed belum berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja. Dunia usaha masih berkespansi, tenaga kerja masih terserap cukup besar, dan tidak ada tanda-tanda PHK. Artinya, meski perekonomian AS berkontraksi, tetapi masih belum tepat jika dikatakan mengalami resesi.
Meski begitu, pelaku pasar masih memprediksi bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang.
Menurut perangkat CME FedWatch, pelaku pasar yang memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) memiliki probabilitas sebesar 32,6%, sedangkan untuk yang memperkirakan kenaikan sebesar 75 bp memiliki probabilitas sebesar 67,4%.
Pejabat The Fed akan terus mengamati angka pekerjaan dengan cermat karena The Fed masih akan berupaya untuk membendung inflasi yang tinggi hingga menyentuh target di 2%.
Sementara itu dalam kabar rilis data ekonomi AS lainnya, pada Rabu kemarin, defisit perdagangan AS kembali turun yakni menjadi US$ 67,4 miliar pada Agustus, terendah sejak Mei 2021.
Juga, indeks layanan yang tergambarkan pada purchasing manager's index (PMI) periode September 2022 versi ISM turun tipis menjadi 56,7, dari sebelumnya pada Agustus 2022 di angka 56,9. Tetapi angka ini masih mewakili ekspansi di sektor ini. Angka tersebut lebih baik dari perkiraan pasar di angka 56.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Domino Wall Street, Nular Hingga Ke Bursa Eropa!