
Dicari Konglomerat, 3 Startup Sayuran Ini Tutup & PHK Pegawai

Jakarta, CNBC Indonesia - Startup sayur dan buah memang terdengar menggiurkan karena menyangkut dengan kebutuhan pokok sehari-hari. Namun ternyata beberapa pemain startup di industri tersebut terpaksa harus melakukan PHK pegawai bahkan sampai gulung tikar.
Seperti yang terjadi pada Stoqo. Startup yang menjual sembako secara online untuk bisnis kuliner itu beroperasi untuk terakhir kali pada 22 April 2020.
Satu hari sebelum penutupan, manajemen mengumpulkan karyawan yang mengabarkan penghentian operasional perusahaan. Stoqo juga mengumumkan penghentian layanan pada website resminya.
Startup itu memasok bahan makanan segar seperti cabai, telur dan ampas kopi ke gerai makanan atau restoran. Pada akhirnya, pandemi Covid-19 membatasi ruang usaha dan melemahkan bisnis Stoqo.
Stoqo dilaporkan memiliki 250 karyawan sejak pertama kali didirikan. Sejumlah investor juga telah menggelontorkan dana bagi perusahaan termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk's Hill Ventures.
Selain itu hal serupa terjadi pada startup pertanian, Tanihub. Pada Februari lalu mereka menghentikan operasional dua gudang yakni di Bandung dan Bali.
Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group, Bhisma Adinaya, mengatakan, ditutupnya dua gudang itu agar pihaknya bisa mempertajam fokus dan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan B2B yaitu horeka, ritel modern, grosir UMKN, dan mitra strategis.
"Nantinya, serapan hasil panen petani pun juga akan makin besar dan tentunya akan turut memperkuat sisi hulu kami," ujar Bhisma dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia.
"Dengan demikian kami menghentikan juga seluruh kegiatan yang berkaitan dengan B2C [melayani rumah tangga]," imbuhnya.
TaniHub juga melakukan PHK karyawan. PHK terhadap karyawan ini merupakan dampak dari ditutupnya operasional gudang di Bandung dan Bali tersebut. Namun perusahaan tidak menyebut jumlah karyawan yang terdampak PHK.
Tanihub bukan satu-satunya startup e-groceries yang goyah. Paling baru adalah Brambang. Dalam pengumuman di akun Instagramnya, layanan tersebut telah ditutup sejak 27 Mei 2022 lalu.
Layanan Brambang yang sebelumnya bergerak di sektor groceries disebutkan akan beralih ke marketplace smartphone dan elektronik. Perusahaan juga tak menyinggung alasan penutupan layanan tersebut.
"Halo pelanggan setia Brambang.com. Terima kasih atas kepercayaan Anda selama ini, kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat, 27 Mei pkl 19.00 WIB," tulis akun Brambang.com. "Jangan khawatir, kami akan terus melayani Anda melalui bisnis layanan kami @brambangelektronik
Beberapa waktu lalu, startup Sayurbox juga diketahui menutup gerai milik mereka yang diberi nama Tokopanen. Kabarnya, Tokopanen ditutup karena kinerjanya tidak terlalu baik. Dampak penutupan Tokopanen terhadap jumlah tenaga kerja Sayurbox tidak diketahui.
Sayurbox tidak merespons pertanyaan dari CNBC Indonesia tentang penutupan Tokopanen dan nasib pegawai Sayurbox yang sebelumnya dikerahkan untuk mengelola bisnis offline tersebut.
Seperti yang telah disampaikan, startup sayur buah ini terlihat menggiurkan. Tak heran sejumlah konglomerat bahkan menanamkan modal kepada mereka. Seperti Sayurbox, yang baru meraih pendanaan Seri C senilai lebih dari US$ 120 juta atau lebih dari Rp 1,7 triliun.
Pendanaan ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC).
Investor Sayurbox sebelumnya, yakni Astra, Syngenta Group Ventures, serta Global Brain, dan beberapa investor lainnya juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini.
Pendanaan Seri C ini didapat kurang dari setahun setelah pendanaan Seri B senilai US$ 15 juta (Rp 216 miliar) yang dipimpin oleh Astra.
Bicara konglomerat, ada Allofresh yang merupakan hasil kolaborasi dari Trans Retail Indonesia unit bisnis CT Corp bekerja sama dengan PT Bukalapak.com Tbk, dan Growtheum Capital Partners.
Porsi kepemilikan platform ini dimiliki oleh Trans Ritel sebesar 55%, Bukalapak 35%, dan 10% dimiliki Growtheum. Adapun biaya investasi total belum disebutkan untuk membangun platform ini, namun setoran awal yang diberikan mencapai Rp 1 triliun.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Incaran Konglomerat, 5 Startup Sayur-Buah Kini Tutup Layanan