Selain Shopee, Ini Daftar Startup 'Gede' yang PHK Karyawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Shopee digoyang isu pemutusan hubungan kerja (PHK) pegawainya. Belum lama ini bos Shopee Chris Feng buka suara soal keadaan perusahaan dalam memo internal yang dilaporkan The Straits Times.
Feng mengatakan Shopee membuat beberapa penyesuain untuk mengoptimalkan bisnis perusahaan pada segmen dan pasar tertntu. Selain itu Shopee juga disebut tetap beroperasi di beberapa negara yaitu Meksiko, Argentina, dan Cile.
ShopeeFood dan ShopeePay, dua layanan yang dikabarkan memangkas pekerjanya itu, dikatakan Feng masih tetap beroperasi di kawasan Asia Tenggara.
Handhika Jahja, Direktur Eksekutif Shopee Indonesia, memastikan langkah penyesuaian yang dilakukan Shopee tidak berdampak pada Indonesia.
"Langkah penyesuaian yang diambil pada segmen dan pasar tertentu, dipastikan tidak melibatkan Shopee Indonesia," kata Handhika, dikutip dalam keterangan resminya.
Selain Shopee, banyak perusahaan teknologi unicorn yang akhirnya memutuskan memangkas pekerjanya. Berikut daftarnya:
1. Bolt
Startup pembayaran sekali klik, Bolt dilaporkan melakukan PHK pada 240 orang di akhir Mei Lalu. CEO Maju Kuruvilla mengumumkan keputusan itu dalam pesan Slack kepada staf Bolt, tetapi tidak disebutkan berapa banyak orang yang terdampak.
Namun, berdasarkan spreadsheet yang mengumpulkan karyawan PHK, ada lebih dari 100 karyawan dalam daftar. Jumlah itu termasuk 10% dari total tenaga kerja di perusahaan yang valuasinya mencapainya US$11 miliar tersebut. sehingga jumlah karyawan turun dari 660 orang dari 900 orang. Karyawan yang terdampak berasal dari tim pengembangan dan penjualan.
2. Klarna
Di bulan Mei lalu, raksasa pembayaran Swedia Klarna juga melakukan pemangkasan ratusan pegawainya. Informsi itu datang berselang beberapa hari setelah Wall Street Journal melaporkan perusahaan akan memangkas valuasinya untuk menggalang modal baru.
Kabarnya perusahaan memotong 10% pekerjanya. Artinya ada 700 orang yang terkena PHK dari toal sekitar 7000 orang. PHK ini berpotensi memengaruhi seluruh domain dan kantor di seluruh dunia.
3. Gorillas
Gorillas melepas 300 karyawannya dengan alasan memenuhi kebutuhan perusahan untuk mencapai profitabilitas dalam jangka panjang. Perusahaan berbasis di Berlin ini kemungkinan mengevaluasi untuk keluar dari pasar Italia, Spanyol, Denmark, dan Belgia.
Rencananya juga akan mengalihkan fokus pada pasar yang lebih menguntungkan. Misalnya Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jerman.
4. Ola
Startup berbagi kendaraan asal India ini juga melakukan restrukturisasi seluruh bisnisnya. Pada akhirnya berdampak pada merumahkan sekitar 2.100 pekerja dark store atau toko gelapnya.
Ola juga dilaporkan telah mengurangi setengahnya dan bahkan mungkin menutup beberapa di antaranya. Startup itu juga telah mengalami tantangan regulator dengan mendatangkan pinjaman berjangka US$500 juta dari pemberi pinjaman asing.
Di tahun 2020 lalu, Ola juga telah memberhentikan 1.400 pegawai dari bagian perjalanan, layanan keuangan dan bisnis makanan. Ini dikarenakan pendapatan perusahaan anjlok 95% dalam dua bulan karena pandemi.
(npb)