Pengumuman! Tsunami PHK Startup Hantam 35.000 Orang Tahun Ini

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia

16 June 2022 09:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Tsunami pemutusan hubungan kerja (PHK) menghantam banyak startup sejak beberapa waktu terakhir. Laporan Layoffs.fyi, jumlahnya sejauh ini menyentuh 35 ribu pekerja.

Bukan hanya PHK, para perusahaan juga ada yang merencanakan ulang terkait perekrutan pegawai baru mereka. Khususnya pada perusahaan kripto dengan pertumbuhan yang cepat.

"Banyak dari perusahaan-perusahaan ini tidak hanya berhenti memperkerjakan, mereka juga telah membatalkan tawaran pekerjaan," kata seorang reporter CBC News Dan Patterson, dikutip Kamis (16/6/2022).

Baca:

Janji Shopee Indonesia: Tak Ada PHK Karyawan

PHK terjadi hampir di banyak sektor. Misalnya saja pertukaran kripto Coinbase yang memangkas 18% total pegawainya atau sekitar 1.100 orang. CEO Brian Amstrong menyebutkan saat ini sedang masuk era resesi.

"Kita nampaknya memasuki resesi setelah ledakan ekonomi 10 tahun lebih," ujarnya seraya juga menambahkan Coinbase tumbuh terlalu cepat pada 2021. Menurut Amstrong, ini karena perusahaan mengambil keuntungan dari masa kegilaan kripto.

Sebelum mengeluarkan kebijakan PHK, Coinbase juga telah menarik tawaran pekerjaan dari sekitar 300 orang yang masuk ungkap laporan Vice.

Baca:

Data Investasi Startup Terbaru, Ada Pieter Tanuri dan Ismaya

Perusahaan cryptocurrency, BlocFi juga mengumumkan keputusan PHK di mana memangkas 250 pegawainya. Perusahaan privasi dan pemasaran One Trust melepas 950 karyawan serta Stitch Fix memberhentikan 330 orang.

Ada pula perusahaan verifikasi identitas ID.me dan perusahaan transportasi Bird melakukan PHK dengan jumlah yang sama masing-masing 130 orang. PolicyGenius memangkas 170 orang. Semua itu terjadi hanya dalam dua minggu terakhir.

Sementara itu PHK juga terjadi pada Netflix, Peloton, dan Robinhood. Meta dan Twitter memperlambat atau menghentikan rencana perekrutan.

"Banyak startup teknologi yang mengalami pertumbuhan luar biasa pada 2020, terutama di sektor real estat, keuangan dan pengiriman, mulai menglami penurunana pengguna," kata wakil presiden senior Gray & Christmas, Andrew Challlenger.

Kekhawatiran atas kenaikan suku bunga dan inflasi mendorong banyak perusahaan melakukan pemotongan biaya dan menopang modal.