AS-Rusia Tegang di Bumi, Stasiun Antariksa Terancam Jatuh

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
Sabtu, 05/03/2022 14:00 WIB
Foto: Thomas Pesquet dari Badan Antariksa Eropa, pilot Megan McArthur dan komandan Shane Kimbrough dari NASA, dan spesialis misi Akihiko Hoshide dari Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang yang merupakan kru dari Roket SpaceX Falcon 9 berfoto sebelum peluncurannya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional di fasilitas pelatihan SpaceX di Hawthorne, California (SpaceX via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Adanya dukungan dari Rusia dan Amerika Serikat hingga saat ini diketahui terus membuat stasiun antariksa International Space Station (ISS) tetap beroperasi hingga saat ini. Sayangnya, ketegangan yang terjadi akibat perang di Ukraina bisa menimbulkan dampak buruk bagi ISS.

Peran Rusia sendiri sangat krusial di ISS, di mana Rusia antara lain mengendalikan laboratorium kunci, mengirimkan suplai dari Bumi, bahkan juga mengatur ketinggian stasiun itu yang mencegahnya meluncur ke Bumi.

Diketahui, negara-negara barat termasuk Amerika Serikat terus menjatuhkan sanksi bagi Rusia menyusul invasinya ke Ukraina. Presiden AS Joe Biden dalam pidatonya mengumumkan sanksi baru pada Rusia, di mana akan ada pembatasan baru tentang apa saja yang boleh diekspor ke Rusia.


Pidato Biden tidak menyebut NASA, kolaborasi NASA dengan Rusia di luar angkasa, atau ISS secara eksplisit, tapi potensinya tetap ada. Untungnya, pejabat tinggi operasi luar angkasa NASA memastikan terus mengoperasikan ISS seperti biasa dengan Rusia dan mitra badan lainnya.

"Kami memahami situasi global ini, namun sebagai tim gabungan, tim ini beroperasi bersama," kata administrator NASA untuk operasi antariksa, Kathy Lueders, dikutip dari Space, Sabtu (5/3/2022).

"Itu berarti kami selalu mencari bagaimana kami mendapatkan lebih banyak fleksibilitas operasi (dengan) penyedia kargo kami dan mencari cara menambahkan kemampuan yang berbeda," tambahnya.

Menurut Lueders, suasana kerja di ISS sejauh ini sangat mirip seperti sebelum penyerangan Ukraina terjadi. Dalam panggilan soal misi ke stasiun tersebut, dia juga menegaskan Rusia tidak terindikasi tak berkomitmen dengan operasional yang terjadi di ISS.

"Kita tidak mendapatkan indikasi pada tingkat kerja jika rekan-rekan kita tidak berkomitmen untuk operasi yang sedang berlangsung di Stasiun Luar Angkasa Internasional," jelasnya.

Komentar Lueders berjarak beberapa hari setelah Kepala Roscosmos, Dimitry Rogozin mengunggah beberapa ancaman di Twitter. Dalam postingan yang diunggah setelah pidato Biden tayang, Rogozin mengatakan sanksi baru ini akan mengganggu kemitraan antara AS dan Rusia.

"Apakah kalian ingin menghancurkan kerjasama kita di ISS?Jika kalian menghentikan kerjasama dengan kami, siapa yang akan menyelamatkan ISS dari deorbit yang tidak terkendali dan jatuh ke Amerika Serikat atau Eropa?" tulis Rogozin dalam cuitannya.

"Ada juga opsi menjatuhkan struktur seberat 500 ton ke India dan China. Apakah kalian ingin mengancam mereka dengan prospek seperti itu? ISS tidak terbang di atas Rusia, jadi semua risiko ada di tangan kalian. Apa kalian siap?" sambungnya.

Jika nantinya Rusia benar-benar menarik dukungannya dari ISS, bukan tidak mungkin ISS akan dihancurkan saja karena seperti disebutkan, sumber daya untuk mempertahankannya terlalu besar tanpa keterlibatan Rusia.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center