Usai DiDi, Xi Jinping akan 'Kebiri' Korporasi China IPO di AS

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
05 July 2021 20:12
China
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali memperluas investigasi keamanan siber di sektor teknologi mereka. Setelah perusahaan ride-hailing DiDi Global Inc, Cyberspace Administration of China (CAC) menargetkan beberapa perusahaan lain.

Sejauh ini CAC menargetkan beberapa perusahaan China yang belum lama memulai debut IPO di New York Stock Exchange (NYSE), Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari AFP, CAC mengumumkan penyelidikan terhadap perusahaan perekrutan online Zhipin.com dan perusahaan truk Huochebang dan Yunmanman, yang telah bergabung untuk membentuk Full Truck Alliance pada Senin (5/7/2021).

Senasib dengan DiDi, pemilik Zhipin.com, Kanzhu Ltd dan Full Truck Alliance, baru memulai debut IPO di AS pada Juni lalu.

CAC mengambil tindakan ini setelah menemukan bahwa perusahaan-perusahan tersebut telah mengumpulkan data pribadi pengguna secara ilegal.

Ketiga platform sudah diberitahu untuk menghentikan pendaftaran pengguna baru selama penyelidikan. "Untuk mencegah risiko keamanan terhadap data nasional, menjaga keamanan nasional dan melindungi kepentingan publik," kata CAC.

Dilansir dari Reuters, CAC bahkan meminta aplikasi DiDi dikeluarkan sementara dari app store China.

"Pesan menyeluruh di sini dari regulator adalah, Anda harus mengatur rumah Anda di dalam negeri sebelum mendaftar di luar negeri," kata Kendra Schaefer, kepala penelitian kebijakan teknologi di konsultan Trivium China yang berbasis di Beijing.

Sebelumnya, media pemerintah China, The Global Times mengatakan bahwa kemampuan "analisis data besar" DiDi dapat menimbulkan risiko terhadap informasi pribadi pengguna.

"Tidak ada raksasa internet yang diizinkan menjadi basis data super informasi pribadi orang China yang berisi lebih banyak detail daripada negara, dan perusahaan-perusahaan ini tidak dapat diizinkan menggunakan data sesuka mereka," katanya dalam sebuah opini pada Senin.

Akibat penyelidikan CAC, saham perusahaan DiDi yang memiliki hampir 500 juta pengguna dan 15 juta pengemudi turun 5% Jumat lalu, memberikan nilai pasar US$ 75 miliar.

Ini terjadi di tengah tekanan peraturan pada perusahaan teknologi lokal, dengan fokus pada perilaku anti persaingan dan keamanan data, yang dimulai dengan pembatalan IPO senilai US$ 37 miliar yang direncanakan oleh afiliasi fintech Alibaba, Ant Group, akhir tahun 2020 lalu.

Hal ini juga terjadi saat meningkatnya ketegangan antara China dan AS terkait sektor teknologi yang menjadi masalah utama ketidaksepakatan kedua negara.

Dijuluki Uber China, DiDi didirikan sembilan tahun lalu oleh mantan eksekutif Alibaba Cheng Wei. Perusahaan ini telah mendominasi pasar ride-hailing China setelah memenangkan perang wilayah dengan Uber pada 2016 silam.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alasan Xi Jinping Galak ke Startup China Listing di Bursa AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular