
Duh! DiDi 'Dikebiri' China Setelah IPO di AS, Ini Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan ride-hailing DiDi Global Inc menjadi subjek investigasi keamanan siber dari Negeri Tirai Bambu. Ini terjadi kurang dari seminggu setelah memulai debut IPO di New York Stock Exchange (NYSE).
Dilansir dari Reuters, Cyberspace Administration of China (CAC) meminta aplikasi Didi dikeluarkan sementara dari app store China Minggu (4/7/2021).CAC menemukan bahwa perusahaan telah mengumpulkan data pribadi pengguna secara ilegal.
Media pemerintah China, The Global Times mengatakan bahwa kemampuan "analisis data besar" DiDi dapat menimbulkan risiko terhadap informasi pribadi pengguna.
"Tidak ada raksasa internet yang diizinkan menjadi basis data super informasi pribadi orang China yang berisi lebih banyak detail daripada negara, dan perusahaan-perusahaan ini tidak dapat diizinkan menggunakan data sesuka mereka," katanya dalam sebuah opini pada Senin (5/7/2021).
Sementara DiDi mengatakan akan berusaha untuk memperbaiki masalah dan akan melindungi privasi dan keamanan data pengguna.
"Perusahaan memperkirakan bahwa penghapusan aplikasi dapat berdampak buruk pada pendapatannya di China," kata DiDi dalam sebuah pernyataan tetapi tidak menjelaskan sejauh mana potensi dampaknya.
Pada Senin (5/7/2021), CAC juga mengumumkan penyelidikan terhadap perusahaan perekrutan online Zhipin.com dan perusahaan truk Huochebang dan Yunmanman, yang telah bergabung untuk membentuk Full Truck Alliance.
Senasib dengan DiDi, pemilik Zhipin.com, Kanzhu Ltd dan Full Truck Alliance, baru go public di daftar AS pada Juni lalu.
Tak hanya itu, DiDi juga menjadi subjek penyelidikan antimonopoli oleh regulator pasar China, Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar, menurut sebuah sumber pada Juni lalu.
Akibat penyelidikan CAC, saham perusahaan yang memiliki hampir 500 juta pengguna dan 15 juta pengemudi turun 5% Jumat lalu, memberikan nilai pasar US$ 75 miliar.
Ini terjadi di tengah tekanan peraturan pada perusahaan teknologi lokal, dengan fokus pada perilaku anti persaingan dan keamanan data, yang dimulai dengan pembatalan IPO senilai US$ 37 miliar yang direncanakan oleh afiliasi fintech Alibaba, Ant Group, akhir tahun 2020 lalu.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tegas! Raksasa StartUp Didi Bantah Simpan Data Pengguna di AS