
Penelitian Baru, Vaksin Corona Ini Tak Ampuh Lawan Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil uji coba akhir vaksin CureVac dari Jerman rupanya tak memuaskan. Vaksin itu hanya memiliki tingkat kemanjuran 48% melawan corona (Covid-19) pada Rabu (30/6/2021).
Dilansir dari AFP, jumlah ini jauh lebih rendah dari vaksin yang dikembangkan oleh saingan Pfizer- BioNTech dan Moderna yang juga menggunakan teknologi mRNA. Kedua vaksin ini menunjukkan sekitar 95% kemanjuran.
Menurut perusahaan, hasil uji coba yang buruk ini akibat 15 strain virus yang beredar di antara para sukarelawan percobaan serta berbagai tanggapan di seluruh kelompok umur.
CureVac mengatakan produk vaksinnya, yang dikenal sebagai CVnCoV, sedikit lebih baik di antara orang berusia 18 hingga 60 tahun daripada di antara usia yang lebih tua, dengan kemanjuran naik hingga 53%.
Di antara kelompok usia 18-60 yang sama, vaksin tersebut dikatakan menawarkan perlindungan 100% terhadap rawat inap dan kematian.
"CVnCoV menunjukkan nilai kesehatan masyarakat yang kuat untuk orang berusia 18 hingga 60. Ini kami yakini akan menjadi kontribusi penting untuk membantu mengelola pandemi Covid-19 dan penyebaran varian yang dinamis," kata Chief Executive Officer Franz-Werner Haas dalam sebuah pernyataan.
Uji coba Fase 2b/3 tahap akhir CureVac melibatkan sekitar 40.000 orang di 10 negara di Eropa dan Amerika Latin. Dari jumlah tersebut, 228 tertular virus corona.
CureVac mengatakan pada Mei bahwa analisis independen "tidak menemukan masalah keamanan" dengan vaksin dua dosisnya.
Perusahaan yang berbasis di Tuebingen telah membagikan datanya dengan European Medicines Agency (EMA), yang sekarang akan memutuskan apakah vaksin tersebut cukup baik untuk diberi lampu hijau. CureVac mengatakan akan memberikan rincian lebih lanjut pada konferensi pers pada Kamis (1/7/2021) ini.
Sebelumnya, Uni Eropa telah mengamankan hingga 405 juta dosis vaksin CureVac jika mendapat persetujuan regulator. Meskipun tertinggal dalam perlombaan vaksin, CureVac percaya bahwa ia memiliki keunggulan dibandingkan pesaing mRNA.
Produk CureVac dapat disimpan pada suhu lemari es standar, tidak seperti vaksin Pfizer dan Moderna generasi pertama yang memerlukan freezer super dingin.
Selain itu, vaksin CureVac juga membutuhkan dosis yang lebih rendah yaitu hanya 12 mikrogram, dibandingkan dengan 30 mikrogram untuk BioNTech dan 100 untuk Moderna, memungkinkan produksi massal yang lebih cepat dan lebih murah.
Faktor ini mungkin dapat memberi CureVac keunggulan di negara-negara miskin dengan cuaca lebih hangat dibandingkan negara-negara Barat.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Moga Kebagian! Pfizer Genjot Produksi Vaksin, 3 Miliar Dosis