
Seculas Apa Google, Facebook Cs Sampai Bakal Kena Pajak 15%?

Ditambah lagi, kini ada kebutuhan untuk mulai menggenjot penerimaan negara. Pandemi virus corona yang membuat ekonomi 'mati suri' mengharuskan pemerintah di berbagai negara memberikan stimulus dalam jumlah yang luar biasa.
Padahal kalau ekonomi 'mati suri', demikian pula setoran pajak. Sebab, pajak adalah cerminan dari aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, mau tidak mau pemerintah harus menambah utang untuk membiayai stimulus fiskal.
Berdasarkan hitungan The Economist, saat ini utang pemerintah di seluruh dunia mencapai 58,91 triliun. Jumlah ini hampir 70% dari total output perekonomian dunia yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Saat ini suku bunga memang sedang rendah karena bank sentral (seperti halnya otoritas moneter) memberikan stimulus. Biaya untuk berutang (borrowing cost) menjadi rendah sehingga belum menjadi masalah yang berarti.
Akan tetapi, suku bunga rendah ini tidak akan berlangsung selamanya. Akan ada saat di mana ekonomi pulih dan menyebabkan tekanan inflasi karena peningkatan permintaan. Kala laju inflasi semakin cepat dan terjadi secara konsisten, maka bank sentral tidak punya pilihan selain mulai mengerek suku bunga ke atas.
"Apakah borrowing cost akan selalu rendah? Jawaban kami adalah tidak," tegas kajian Dana Moneter Internasional (MF) yang ditulis oleh Marcos Chamon dan Jonathan D Ostry berjudul A Future with High Public Debt: Low for Long is Not Low Forever yang diterbitkan 20 April 2021.
Oleh karena itu, Chamon dan Ostry menekankan bahwa berbagai negara kudu mulai bersiap. Fiskal harus semakin seimbang, apalagi ketika pandemi mulai mereda dan aktivitas ekonomi kembali normal.
"Negara maju maupun berkembang kemungkinan akan menghadapi keterbatasan fiskal sehingga harus segera melakukan penyesuaian (meski belum bisa dilakukan jika pemulihan belum stabil). Seluruh negara harus mulai 'menjangkar' kebijakan fiskal ke arah yang lebih berkelanjutan (sustainable) sehingga mampu menurunkan risiko.
"Ini bukan kekhawatiran esok hari, terutama bagi negara dengan ruang fiskal yang terbatas. Membuat rencana untuk 'menjangkar' fiskal adalah masalah hari ini," papar tulisan itu.
Untuk membuat fiskal menjadi lebih seimbang, sisi penerimaan harus lebih berat agar bisa mengurangi tekanan kenaikan utang. Oleh karena itu, berbagai potensi penerimaan pajak, terutama yang selama ini belum atau bru sedikit tersentuh, kudu dioptimalkan. Salah satunya adalah potensi pajak dari para raksasa teknologi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji)