
GoTo Lahir, Seberapa Kuat Hasil Merger Gojek & Tokopedia Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum lama ini beredar sebuah video berdurasi kurang lebih 1,5 menit yang menunjukkan dua perusahaan teknologi asal Indonesia Gojek dan Tokopedia berkolaborasi. Bukan hanya sekedar kerja sama biasa, keduanya resmi bergabung menjadi satu entitas bisnis raksasa bernama GoTo.
Dalam video tersebut GoTo Group menyampaikan nilai perusahaan yang diangkat kultural Indonesia yaitu gotong royong. Dengan moto 'Go Far Go Together' keduanya resmi merger menggabungkan layanan e-commerce, logistik dan transportasi serta layanan keuangan. Rilis resminya pun sudah keluar dan disebar ke berbagai media.
Aksi korporasi ini sudah mendapatkan restu dari investor kedua startup yang sebenarnya saling terkait satu sama lain seperti Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital India, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus.
Bergabungnya duo startup bervaluasi jumbo ini memunculkan perusahaan teknologi dengan nilai perusahaan ditaksir mencapai US$ 17 miliar. Menggunakan asumsi kurs Rp 14.500, maka nilainya mencapai Rp 246,5 triliun.
Jika GoTo adalah perusahaan publik, maka nilai kapitalisasi pasarnya melebihi market cap investornya yakni PT Astra International Tbk (ASII) yang hanya Rp 206,5 triliun. Bukan tidak mungkin GoTo akan menjadi perusahaan publik karena memang rencana ke arah sana ada.
Apabila GoTo listing di bursa saham domestik dan melepas setidaknya 20% sahamnya, maka nilai IPO-nya bisa mencapai US$ 3,4 miliar atau setara dengan Rp 49,3 triliun. Ini merupakan IPO terjumbo sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
Pendanaan yang diraup pun mengalahkan rekor penawaran publik PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang mencapai kurang lebih Rp 12 triliun tahun 2008 silam. Namun rasanya melepas semua sahamnya bursa lokal adalah hal yang tidak mungkin.
Skema yang mungkin untuk perusahaan ini listing adalah lewat dual listing atau yang paling baru bisa lewat blank check company (SPAC). Itu kalau berbicara tentang strategi pendanaan maupun strategi exit dari investor awal Gojek maupun Tokopedia.
Kalau ditinjau dari segi bisnis, aksi korporasi ini dilakukan untuk memperkuat dan memperluas pangsa pasar keduanya di tengah iklim bisnis di bidang teknologi digital yang semakin kompetitif.
Di sisi lain aksi merger ini juga menjadi babak baru bagi perkembangan ekosistem digital di Indonesia yang terus berkembang dengan pesat. Gojek dengan layanan transportasi dan keuangannya lewat GoPay dan kepemilikan sahamnya di Bank Jago dapat menunjang bisnis e-commerce Tokopedia.
Gojek bisa menyediakan layanan pengiriman jasa yang dibutuhkan perusahaan e-commerce, menyediakan pula alat transaksinya, hingga jasa keuangannya. Sementara Bank Jago bisa mendapat akses penyaluran kredit ke UMKM yang jumlahnya hingga belasan juta merchant di Tokopedia.
Bagi Tokopedia bergabungnya Gojek juga memberikan keunggulan dari sisi logistik. Jelas terlihat bahwa penggabungan keduanya adalah sebuah simbiosis mutualisme. Sampai detik ini, selain masalah valuasi, ekosistem GoTo adalah yang terbilang paling lengkap.
Diversifikasi bisnis keduanya yang merambah ke sektor-sektor lain bisa semakin menunjang ekosistem digital yang keduanya bangun selama kurang lebih satu dekade terakhir.