Jangan Sembarang Buang Masker Sekali Pakai, Ini Bahayanya!

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
06 May 2021 11:25
Workers place a mask on the figure of the Fallas festival in Valencia, Spain, on Wednesday, March 11, 2020. The festival planned to take place on March 13 has been canceled over the coronavirus outbreak. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms, such as fever and cough. For some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness, including pneumonia. (AP Photo/Alberto Saiz)
Foto: Masker (AP/Alberto Saiz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim peneliti dari Universitas Swansea menemukan adanya logam berat dan serat plastik yang terlepas saat masker sekali pakai terendam dalam air.

"Sebelum pandemi Covid-19, kita berupaya mengurangi penggunaan sedotan plastik, mengurangi kemasan, namun sekarang kita melihat ratusan dan ribuan masker dibuang, kata pemimpin studi, Dr Sarper Sarp dari Fakultas Teknis Universitas Swansea, dikutip dari laman BBC, Kamis (6/5/2021).

Menurutnya saat ini harus dipilih prioritas yang ada, yakni pertama mengatasi pandemi dan kesehatan masyarakat. Sementara itu perlu mengambil langkah dalam melindungi lingkungan.

November lalu, awalnya peneliti hanya tertarik melihat dampak sampah plastik pada lingkungan. Namun akhirnya mereka menguji masker sekali pakai yang ternyata memiliki lebih banyak bahan kimia.

Polutan sendiri kerap dikaitkan dengan pewarna yang digunakan dalam pembuatan masker. Produsen masker itu sebagian besar berada di Asia bagian selatan dan khususnya China.

Dalam penelitian itu, tim menemukan adanya timbal, antimon, dan kadmium. Semuanya merupakan logam berat yang merupakan racun dalam dosis rendah. Penemuan seluruh kandungan tersebut dalam rentang per juta bagian atau per miliar bagian.

"Dalam skala lingkungan dengan jumlah produksi, semua terakumulasi," kata Dr Geraint Sullivan yang merupakan technology transfer fellow.

Dia juga menjelaskan logam berat itu juga termasuk 'bio-akumulatif'. Artinya kandungan itu tidak akan terhapus dari sistem air dan akan menumpuk seiring berjalannya waktu.

"Itu yang mengejutkan, meski berada pada tingkat seperti itu jumlah materi yang diproduksi di luar sana berdampak pada lingkungan yang lebih luas," kata Dr Geraint Sullivan.

Dr Sarper Sarp mengatakan mungkin hari ini temuan tersebut bukan masalah besar. Namun di masa depan akan menjadi akumulasi masalah yang dihadapi.

Dia mengingatkan perlu melihat regulasi dan standardisasi yang berbeda pada masker dan kualitas bahan yang digunakan. "Kita perlu melihat cara produksinya, bagaimana kita dapat mengujinya dan bagaimana melakukan standard pada kualitasnya," ungkapnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Peredaran Masker Medis Ilegal, Ini Penjelasan Kemenkes

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular