Catat! Deretan Data & Fakta Problem Vaksin Corona AstraZeneca

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
27 March 2021 07:28
APTOPIX Virus Outbreak Britain Vaccine

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksin Covid-19 besutan perusahaan Inggris AstraZeneca mengarungi awal tahun 2021 dengan penuh permasalahan dan kontroversi. Kejadian yang terjadi pun beragam mulai dari efek samping pascavaksinasi yang cukup berat hingga isu kehalalannya.

Baru-baru ini, Presiden Komisi Uni Eropa (UE) Ursula von der Leyen memberikan peringatan keras kepada perusahaan vaksin asal Inggris AstraZeneca untuk menaati kaidah yang ditentukan UE dalam produksi vaksin. Bila tidak, perusahaan itu terancam di embargo.

"Saya pikir jelas bahwa pertama-tama perusahaan [AstraZeneca] harus mengejar ketinggalan, harus menghormati kontrak yang dimilikinya dengan negara-negara anggota Eropa, sebelum dapat terlibat lagi dalam mengekspor vaksin," kata von der Leyen dalam konferensi pers sebagaimana dikutip AFP Jumat (26/3/2021).

Fokus terbaru dari ancaman ini adalah pabrik AstraZeneca di Belanda, yang diklaim oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebagai bagian dari rantai pasokan vaksin untuk memenuhi permintaan pasar Inggris sehingga membuat pasokan di UE menurun.

Inggris pun membalas serangan ini. Negara yang baru keluar dari keanggotaannya di UE itu memperingatkan UE agar tidak menghentikan ekspor vaksin Covid-19 AstraZeneca jika blok tersebut tidak menerima pengiriman yang dijanjikan.

Inggris menyebut langkah seperti itu akan "kontra-produktif". Ini menanggapi kritikan UE karena telatnya pasokan vaksin itu datang.

Selain itu ada beberapa permasalahan lain yang menyelimuti vaksin ini. Lalu apa saja kontroversi lain yang menyelimuti vaksin yang diproduksi dengan kerjasama dari University of Oxford ini?

Berikut daftarnya mengutip CNBC International.

1. Efikasi untuk lansia yang "tidak jelas" angka keampuhannya.

Beberapa negara Eropa mulai meragukan kemanjuran vaksin AstraZeneca pada kelompok usia di atas 65 tahun.

Komite vaksin Jerman mengeluarkan rekomendasi bahwa vaksin AstraZeneca harus ditawarkan hanya kepada orang yang berusia 18-64 tahun, dengan alasan tidak ada cukup data uji coba untuk menilai kemanjuran pada orang di atas 65 tahun.

Beberapa surat kabar Jerman melaporkan bahwa vaksin tersebut memiliki tingkat kemanjuran kurang dari 10 % dalam kelompok di atas 65 tahun.

Di negara tetangga Jerman, Prancis, Presiden Emmanuel Macron juga ikut mengutarakan hal yang sama dengan mengatakan vaksin itu tampaknya "tidak efektif" untuk mereka yang berusia di atas 65 tahun.

Data uji coba selanjutnya yang melibatkan peserta yang lebih tua menunjukkan bahwa vaksin itu aman dan efektif untuk kelompok tersebut, dan menyelamatkan nyawa, tetapi pada saat itu kerusakan reputasi telah terjadi.

NEXT: Simak deretan data lainnya soal AstraZeneca

2. Penggumpalan darah pascavaksinasi

Dalam program vaksinasi AstraZeneca di Eropa, sempat ditemukan beberapa kasus pembekuan darah dari para pasien yang telah disuntikkan vaksin itu. Hal ini membuat beberapa negara memutuskan untuk mengehentikan sementara suntikkan vaksin AstraZeneca, termasuk Indonesia.

Namun kekhawatiran ini akhirnya terbantahkan. Badan pengawas obat Uni Eropa (EMA) mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca tidak meningkatkan insiden penggumpalan darah secara keseluruhan dan bahwa manfaat penggunaannya lebih besar daripada kemungkinan resikonya.

"Kami telah sampai pada kesimpulan ilmiah yang jelas," kepala EMA, Emer Cooke.

Ini adalah vaksin yang aman dan efektif," tambahnya.

Hal ini tentu saja melegakan publik. Akan tetapi kelegaan publik ini masih dianggap belum bisa memulihkan reputasi perusahaan itu.

3. Data keampuhan yang dianggap "penipuan" di Amerika Serikat (AS)

Sebuah badan kesehatan AS mengatakan bahwa AstraZeneca mungkin telah memasukkan informasi "salah" dalam hasil uji coba. Hal ini menimbulkan keraguan atas tingkat kemanjuran yang dipublikasikan.

AstraZeneca menjawab bahwa angka-angka yang diterbitkan menggunakan basis data yang dieproleh 17 Februari lalu.

"Didasarkan pada analisis sementara yang telah ditentukan sebelumnya dengan batas data pada 17 Februari. Kami akan membagikan analisis utamanya dengan data kemanjuran paling mutakhir dalam waktu 48 jam," pungkas perusahaan asal Inggris itu,

Pada hari Rabu (24/3/2021), mereka mengeluarkan data uji coba fase tiga yang diperbarui untuk vaksin Covid-19 yang menunjukkan vaksinnya menjadi 76% efektif, sedikit lebih rendah dari tingkat 79% yang dipublikasikan pada hari Senin (22/3/2021).

4. Kehalalan vaksin

Vaksin AstraZeneca kembali mengundang kontroversi mengenai kehalalannya setelah publik mengetahui bahwa produk ini mengandung sesuatu yang didapatkan dari babi.

Menanggapi hal itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah merilis Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Vaksin Covid-19 Produksi AstraZeneca. Fatwa itu terkait dengan produk AstraZeneca yang diproduksi AstraZeneca di SK Bioscience, Korea Selatan.

"Ketentuan hukumnya yang pertama vaksin Covid-19 produk AstraZeneca ini hukumnya haram karena dalam tahapan proses produksinya memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi," ujar Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam dalam keterangan pers, Jumat (19/3/2021).

Namun, menurut dia, penggunaan vaksin Covid-19 produk AstraZeneca saat ini diperbolehkan secara hukum syar'i dengan beberapa sebab-sebab utama, yang salah satunya mencatumkan bahwa saat ini merupakan kondisi darurat dan obat-obatan penyebuhan harus ditemukan dan digunakan segera.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular