Warning Keras AS ke Facebook & Twitter Soal Vaksin Covid-19

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
25 March 2021 12:13
Warga lansia memeriksa kesehatan sebelum menerima vaksinasi Covi-19 di Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Kementerian BUMN menggelar Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19 bagi lansia untuk mendorong percepatan program vaksinasi nasional demi mencapai target satu juta vaksin per bulan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Warga lansia memeriksa kesehatan sebelum menerima vaksinasi Covi-19 di Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Kementerian BUMN menggelar Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19 bagi lansia untuk mendorong percepatan program vaksinasi nasional demi mencapai target satu juta vaksin per bulan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa media sosial Facebook dan Twitter dituding belum berbuat banyak untuk menghentikan penyebaran hoaks vaksin pada masing-masing platform.

Jaksa Agung dari 12 negara bagian AS menyurati Kepala Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg dan CEO Twitter Jack Dorsey untuk membicarakan kekhawatirannya itu. Seluruh negara bagian yang ikut dalam surat itu adalah Connecticut, Delaware, Iowa, Massachusetts, Michigan, Minnesota, New York, North Carolina, Oregon, Pennsylvania, Rhode Island dan Virginia.

Menurut jaksa Agung dari Partai Demokrat, para anti-vaxxers telah menggunakan dua platfom itu untuk membesar-besarkan resiko vaksinasi, dikutip Reuters, Kamis (25/3/2021).

Disebutkan dalam surat tersebut, anti-vaxxers mengontrol 65% konten anti-vaksin secara publik di Facebook, Twitter dan Instagram. Jumlah followers pada seluruh platform dan Youtube mencapai lebih dari 59 juta pengguna.

Misinformasi juga menargetkan masyarakat berkulit hitam dan komunitas kulit berwarna lainnya dimana tingkat vaksinasi cukup tertinggal.

"Mengingat ketergantungan anti-vaxxers pada platform Anda, Anda diposisikan secara unik untuk menghentikan penyebaran misinformasi mengenai vaksin Covid-19 yang menimbulkan ancaman langsung pada kesehatan dana keamanan jutaan masyarakat Amerika di negara bagian kami dan akan memperpanjang jalan untuk pemulihan," ungkap para Jaksa Agung dalam surat itu.

Mereka juga meminta dua raksasa media sosial itu untuk terus menegaskan pedoman komunitas, dengan menghapus atau menandai informasi salah mengenai vaksin.

Juru bicara Facebook, Dani Lever menyebutkan pihaknya sudah menghapus jutaan misinformasi mengenai Covid-19 dan vaksin. Facebook juga berusaha untuk memerangi keraguan vaksin dengan secara terus menerus memberikan arahan pada pengguna untuk mendapatkan informasi langsung dari otoritas kesehatan.

Twitter juga mengaku telah menghapus lebih dari 22.400 tweet yang berhubungan dengan kebijakan mengenai unggahan Covid-19. Platform itu juga memprioritaskan menghapus konten yang bisa menyebabkan kerusakan di dunia nyata.

Sementara itu, para bos platform jejaring sosial dijadwalkan untuk memberi kesaksian pada dua sub komite Dewan Perwakilan mengenai memerangi disinformasi secara online. Pertemuan pada hari Kamis waktu setempat rencananya menghadirkan Kepala Eksekutif induk usaha Google, Alphabet Inc, Sundar Pichai bersama dengan Mark Zuckerberg dan Jack Dorsey.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Facebook Blokir Akun Presiden Venezuela, Maduro Berang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular