Vaksin AstraZeneca Vs Sinovac, Ampuh Mana Perangi Covid-19?

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
09 March 2021 16:14
Vaksin massal di Mall CBD Ciledug, Tangerang, Banten, Kamis (4/3/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Vaksin massal di Mall CBD Ciledug, Tangerang, Banten, Kamis (4/3/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) sudah menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin Sinovac dan AstraZeneca.

Indonesia pun sudah menerima pengiriman dua vaksin ini. Indonesia sudah mendapatkan 38 juta dosis vaksin Sinovac dan 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca jadi. 

kedua vaksin ini akan digunakan kepada mereka yang berusia 18 tahun ke atas termasuk lansia (lanjut usia). Vaksin ini disuntikkan dua kali atau dua dosis per orang.

Lantas apa perbedaan kedua vaksin ini? Berikut penjabarannya dikutip dari berbagai sumber, Selasa (9/3/2021):

1. Teknologi yang dipakai bikin vaksin

Vaksin AstraZeneca menggunakan platform vektor adenovirus. Artinya, vaksin ini dikembangkan dari virus yang biasanya menginfeksi simpanse dan dimodifikasi secara genetik. Virus tersebut membawa sebagian materi dari virus Corona yaitu protein spike.

Sementara itu, vaksin COVID-19 Sinovac menggunakan platform inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan. Metode ini bisa dibilang paling teruji, karena sudah sering dipakai dalam pengembangan vaksin lain seperti vaksin polio dan flu.

2. Efikasi

Kepala BPOM Penny Lukito mengungkapkan vaksin AstraZeneca memiliki efikasi atau kemanjuran 62,1%. Efikasi ini dihitung 15 hari setelah suntikan kedua. "Hasil ini sesuai dengan persyaratan efikasi menerima emergency yang ditetapkan oleh WHO minimal 50%," ujarnya seperti dikutip Selasa (9/3/2021).

Berdasarkan uji klinis tahap akhir di Bandung vaksin Sinovac memiliki efikasi 65,3% melawan Covid-19. Vaksin ini juga dua dosis per orang.

3. Efek samping

Menurut BPOM efek samping vaksin AstraZeneca yang dilaporkan dalam studi klinis umumnya ringan dan sedang. "Dan yang paling sering dilaporkan adalah reaksi lokal nyeri pada saat ditekan, nyeri, kemerahan, gatal dan pembekakan," kata Penny Lukito.

Selain itu juga muncul reaksi sistemik seperti kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, meriang, nyeri sendi, mual, dan muntah.

Sedangkan pada vaksin Covid-19 Sinovac dari hasil uji klinis di Bandung hanya menimbulkan efek samping ringan hingga sedang. Efek samping lokal yang umum terjadi seperti nyeri, indurasi atau iritasi, kemerahan, dan pembengkakan.

Adapun efek samping sistemik yang bisa muncul setelah divaksin dengan Sinovac, yaitu myalgia atau nyeri otot, fatigue atau atau kelelahan, dan demam.

4. Suhu penyimpanan

Berbagai jenis vaksin perlu disimpan dalam tempat penyimpanan yang bersuhu rendah. Hal ini bertujuan untuk menjaga kandungan yang ada di dalam vaksin agar tidak terdegradasi atau rusak, atau mungkin mempengaruhi efektivitas vaksin.

Vaksin COVID-19 buatan Sinovac diketahui bisa disimpan dalam suhu sekitar 2-8 derajat celcius. Sementara pada vaksin Astrazeneca bisa disimpan pada suhu lemari es atau pendingin reguler dengan suhu 2-7 derajat Celcius.

5. Harga

Dari berbagai sumber yang memprediksi, vaksin COVID-19 AstraZeneca ini dijual dengan harga US$3-US$5,25 atau sekitar Rp 42 ribu sampai 70 ribu per dosis. Harga yang lebih ekonomis ini juga menjadi salah satu keunggulan vaksin AstraZeneca.

Sementara vaksin COVID-19 buatan Sinovac, Corporate Secretary PT Bio Farma Bambang Heriyanto sempat memprediksi vaksin tersebut akan dijual sekitar Rp 200.000 per dosisnya.

"Produksi bulk dari Sinovac kami sudah coba hitung dan tujuannya tetap tidak memberatkan pemerintah. Kisarannya di Rp 200 ribu. Itu masih kisaran ya, mudah-mudahan bisa lebih murah lagi," kata Bambang beberapa waktu lalu.


(dru/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Dapat Lagi 9,2 Juta Vaksin Sinovac Buat Lawan Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular