Setahun Pandemi Covid RI, IDI: Gelombang Pertama Belum Usai

Roy Franedya, CNBC Indonesia
01 March 2021 18:42
Aktifitas pedagang di Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu, 30/9. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama 14 hari ke depan hingga 11 Oktober untuk menekan laju penyebaran kasus covid-19. Para PKL yang terlihat berjualan didominasi pedagang pakaian. Namun ada juga pedagang makanan dan minuman. Untuk diketahui, pemerintah menerbitkan panduan protokol kesehatan bagi masyarakat di pasar demi mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19). Pengelola pasar diminta menyediakan fasilitas cuci tangan dan melakukan disinfeksi secara berkala. Panduan mengenai protokol kesehatan di pasar itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Panduan kesehatan ditujukan kepada pengelola, pedagang, pekerja, dan pengunjung. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pasar Tanah Abang (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan gelombang pertama Covid-19 di Indonesia belum usai. Indonesia kini masih berada di tahap ketiga.

"Stage 3 yang masih berisiko, bed occupancy rate (tingkat ketersediaan tempat tidur di rumah sakit) memang turun saat ini tapi gejala sedang saja, di ruangan-ruangan ICU masih banyak pasien-pasien Covid-19 yang membutuhkan peralatan lebih banyak," ujar Adib Khumaidi dalam konferensi pers IDI, Senin (1/3/2021).

Selain itu, Adib menyoroti angka positivity rate di Indonesia masih tinggi. Hal ini menurutnya bisa berdampak pada angka kematian akibat COVID-19.

Menurut Adib Khumaidi setahun pandemi Covid-19 ada banyak masalah yang perlu segera dibenahi dalam penanganan pandemi Corona. Salah satunya soal integritas data.

"Kita tahu bahwa supply chain sistem tentang kebutuhan alat obat dan tentunya berkaitan dengan vaksin yang harus kita perbaiki ke depan, dan juga kemampuan anggaran," kata Adib, seperti dikutip dari detikcom.

"Problem yang berkaitan dengan integrasi data, nah ini saya kira beberapa hal yang menjadi masalah yang harus diselesaikan ke depan. Di tahun 2021 ini upaya-upaya itu harus menjadi prioritas pemerintah," bebernya.

Ia menekankan, pandemi Corona saat ini tak bisa diselesaikan satu hingga dua bulan. Masih butuh hingga dua tahun lamanya agar COVID-19 terkendali.
"Kita belum mengalami penurunan dari gelombang pertama atau menurun darI puncak," tegasnya.

Lantas apakah vaksinasi Covid-19 bisa membantu mengendalikan pandemi lebih cepat?

"Saat ini memang kita didukung oleh adanya pelaksanaan vaksin tapi apakah avaksin ini masih menjadi tolak ukur (terkendalinya) pandemi, kita bisa belum katakan seperti itu, karena belum ada data," bebernya.


(roy/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Remdesivir Dijual Rp 3 Juta per unit di RI, IDI: Kemahalan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular