Inggris Kawinkan Vaksin Pfizer & AstraZeneca Lawan Covid-19

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
04 February 2021 17:26
A staff member with the Southeast Louisiana Veterans Health Care System receives a shot with the first batch of Pfizer Inc.'s coronavirus vaccine in New Orleans, Monday, Dec. 14, 2020. (Max Becherer/The Advocate via AP)
Foto: AP/Max Becherer

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris saat ini melakukan uji coba menggabungkan dua vaksin Covid-19 untuk disuntikkan ke tubuh manusia untuk vaksinasi. Kedua adalah Pfizer/BioNtech dan AstraZeneca.

Suntikan pertama mengunakan vaksin Pfizer dan vaksin AstraZeneca untuk vaksin kedua. Para peneliti ingin mencoba memeriksa respons imun tubuh dalam memerangi Covid-19. Interval penyuntikan dilakukan dalam empat hingga 12 minggu, mengutip Reuters, Kamis (4/2/2021).

Sebagai informasi, vaksin tersebut menggunakan platform yang berbeda yakni teknologi mRNA pada Pfizer-BioNTech serta adenovirus dipakai AstraZeneca dengan Universitas Oxford.

Untuk pengujian ini diharapkan melibatkan 800 relawan. Percobaa tersebut mencoba merekrut orang dengan usia lebih dari 50 tahun. Usia tersebut dianggap memiliki potensi resiko lebih tinggi dibandingkan anak muda dan belum divaksin sebelumnya.

Namun percobaan kali ini akan berbeda karena tidak menilai efikasi dari kedua suntikan itu. Namun penelitian akan menghitung respon antibodi serta T-cell, serta memonitor untuk efek yang muncul nantinya.

Diharapkan data awal mengenai tanggapan kekebalan dua vaksin ini sudah tersedia di bulan Juni mendatang. Dengan hasil ini diharapkan bisa diimplikasikan di paruh kedua 2021.

"Kami akan mendapatkan hasil diharapkan Juni atau sekitar itu akan menginformasi penggunaan dosis pada populasi secara umum," kata ahli vaksin dari Oxford dan pemimpin penelitian ini, Matthew Snape.

AstraZeneca juga melakukan kombinasi suntikan vaksin selain dengan Pfizer. Vaksin itu disuntikan bersamaan dengan Sputnik V dari Rusia.

Diharapkan memang lebih banyak kombinasi vaksin lagi yang diujicobakan di masa depan. Menurut kepala penelitian pembuat obat Inggris, harus ada lebih banyak studi soal hal tersebut.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Covid AstraZeneca

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular