Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 belum usia, namun penduduk di Asia sudah diingatkan akan ancaman virus baru dengan tingkat kematian yang jauh lebih tinggi. Namanya virus Nipah.
Virus Nipah pertama kali dikenali pada 1999 setelah mewabah di Malaysia. Virus ini berasal dari kelelawar seperti SARS-CoV-2 dan dalam 20 tahun terakhir telah mewabah di Malaysia, Singapura, India, dan Australia Utara. Virus Nipah memiliki tingkat kematian 40% hingga 75% dan sampai kini belum ada vaksinnya.
Kenapa virus Nipah bisa menjadi calon pandemi baru? Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan jika virus nipah meluar di satu populasi maka sebarannya bisa menghabiskan tiga perempat populasi itu.
"Angka kematiannya bisa sampai 75%, yang membuat dia juga bisa menjadi pandemi, lalu dia mudah dan cepat menular. Itu berarti tiga dari empat orang yang tertular bisa meninggal, itu tinggi sekali," ujarnya seperti dikutip dari CNNIndonesia, Rabu (27/1/2021).
Selain itu, virus nipah harus diwaspadai dengan serius karena memiliki manifestasi klinis atau gejala klinis yang bervariasi. Ada yang bergejala sampai menyebabkan gangguan pernapasan hingga ensefalitis atau radang otak.
Kemudian hal yang tidak luput menjadi perhatian adalah kesiapan pemerintah dalam mempertebal sistem dan fasilitas kesehatan dalam negeri. Menurutnya, dengan virus nipah ini pemerintah harus siap dengan lonjakan kematian berkali lipat.
"Tentu kalau kita tidak siap sistem kesehatan kita akan lebih banyak kasus kematiannya. Karena bisa jadi double atau triple jumlah kematiannya," ucapnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>
Menurut catatan Center of Disease Control Amerika Serikat (CDC) penularan virus nipah ke manusia dapat terjadi setelah kontak langsung dengan kelelawar yang terinfeksi, babi yang terinfeksi atau manusia yang terinfeksi virus ini.
Kejadian di Malaysia dan Singapura, masyarakat tertular virus Nipah setelah melakukan kontak dekat dengan babi yang terinfeksi, seperti dikutip dari situs CDC. Kasus Bangladesh dan India dikaitkan dengan konsumsi buah kurma yang sudah terinfeksi dari kelelawar.
Infeksi virus Nipah dikaitkan dengan ensefalitis (radang otak). Setelah pemaparan dan masa inkubasi 5-14 hari, penyakit muncul dengan demam dan sakit kepala selama 3-14 hari, diikuti dengan kantuk, disorientasi, dan kebingungan mental.
Beberapa pasien melaporkan penyakit pernafasan pada awal infeksi. WHO melaporkan mereka yang bertahan hidup akan mengalami masalah neurologis jangka panjang, termasuk perubahan kepribadian dan kejang-kejang.
Untuk mendeteksi virus Nipah, CDC melakukan test kombinasi melalui test swab PCR dari tenggorokan dan usap hidung, cairan serebrospinal, urin dan darah.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>>
Adanya potensi penularan virus Nipah juga menjadi perhatian pemerintah Indoensia . Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mengingatkan adanya potensi penyakit ini.
"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah. Karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang dekat dengan Malaysia," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto kepada CNNIndonesia.
Namun Didiek Budijanto menegaskan hingga kini belum ada laporan yang mengindikasikan virus nipah sudah masuk ke Indonesia. "Sampai saat ini kejadian infeksi virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia," tegasnya.
Didik menjelaskan berdasarkan dari hasil penelitian yang sempat dilakukan pihaknya, dan potensi ancaman virus itu masuk ke tanah air. Ia pun mewanti-wanti agar seluruh pihak mawas soal asal mula penyebaran virus nipah melalui perdagangan hewan ternak.
Apalagi di tengah kondisi pandemi virus corona (Covid-19) ini, ia meminta seluruh pihak tetap bersama-sama mengencangkan sabuk untuk menghalau potensi terjadinya epidemi hingga pandemi baru di Indonesia.
"Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus Nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia," pungkasnya.