Satgas Covid: Mutasi Virus Corona Inggris Tidak Masuk RI

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
21 January 2021 20:05
Wiku Adisasmito juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Corona memberi Keterangan Pers Juru Bicara terkait Update Data Covid-19 Nasiona. (Youtube/Sekretariat Presiden)
Foto: Wiku Adisasmito juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Corona memberi Keterangan Pers Juru Bicara terkait Update Data Covid-19 Nasiona. (Youtube/Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan lonjakan kasus positif di Indonesia bukan karena ada varian baru SARS CoV-2 yang menyebar seperti di Inggris. Hingga saat ini tidak ditemukan mutasi B117 seperti yang tersebar di Inggris, mutasi yang banyak ditemukan yakni D614G.

"Hasil pelacakan genome sequencing Eijkman menyatakan bahwa jumlah whole genome yang dikumpulkan GISAID sebanyak 244 dan tidak ditemukan mutasi B117 sampai saat ini jenis mutasinya yang banyak ditemukan D614G," kata Wiku, Kamis (21/1/2021).

Oleh karena itu untuk menekan peluang mutasi SARS-Cov-2, harus mampu menekan replikasi atau infeksi virus dengan memperlambat laju penularan. Pasalnya jika lengah, semakin banyak kasus positif dan pasien yang harus dirawat di rumah sakit.

Apalagi intervensi yang dilakukan pemerintah berupa pembatasan mobilitas tidak serta merta menunjukkan hasil karena harus diiringi penerapan protokol kesehatan.

Wiku menegaskan hasil PSBB Ketat di DKI Jakarta memberikan pembelajaran bahwa dampak dari intervensi baru akan muncul pada minggu ketiga pelaksanaannya. Sementara kejadian yang memicu penularan seperti libur panjang akan lebih cepat terlihat yakni dalam 7-10 hari.

"Jadi pelaksanaan intervensi seperti PPKM butuh waktu sampai terlihat dampaknya, evaluasi dari minggu pelaksanaan belum menunjukkan hasil yang signifikan. Pelaksanaan intervensi ini butuh perpanjangan waktu agar bisa lebih efektif dan membuat situasi ke arah baik," kata Wiku.

Meski demikian intervensi ini menurutnya belum mampu menimbulkan kedewasaan dan rasa perubahan perilaku pada masyarakat. Jika tidak menjalan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun maka penurunan kasus hanya akan terjadi sesaat setelah PPKM.

"Tapi nanti akan terjadi kenaikan setelah pembatasan berakhir. Pembatasan ini diharapkan menjadi adaptasi kebiasaan baru, dan harus dijalankan seterusnya agar bisa produktif," kata dia.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Test Swab Corona Mahal, Bisa Turun Jadi Rp 797 Ribu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular