
Terapi Plasma Darah Tak 100% Ampuh Sembuhkan Pasien Covid

Jakarta, CNBC Indonesia - Terapi darah konvalesen tak sepenuhnya mampu menyembuhkan semua pasien pasitif Covid-19. Cara pengobatan ini tak bermanfaat bagi pasien Covid-19 sakit parah.
Uji coba internasional terapi darah konvalesen yang dilakukan oleh REMAP-CAP pun dihentikan setelah dilakukan penelitian pada 900 peserta positif Covid-19 yang sakit parah dan dalam perawatan insentif.
Dalam uji coba tersebut didapati bahwa terapi plasma darah tidak meningkatkan peluang kesembuhan bagi mereka yang sakit parah dan dalam perawatan insentif. Plasma darah adalah terapi pengambilan plasma antibodi mereka yang sudah sembuh dari Covid-19 dan diberikan kepada pasien.
"Tidak ada bukti terapi plasma darah bisa menyembuhkan pasien Covid-19 sakit parah dan dalam perawatan intensif," ujar ilmuwan yang memimpin uji coba itu dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (13/1/2021).
"Secara biologis masuk akal pasien yang tidak memproduksi antibodi pada saat terapi plasma sembuh dan pasien dengan kelebihan virus dapat bermanfaat bagi yang lain. Analisis tambahan kami akan menyelidiki hal ini, "kata Manu Shankar-Hari, seorang dokter dan profesor pengobatan perawatan kritis di rumah sakit Guy dan St Thomas di Inggris, yang ikut memimpin uji coba.
Dia menambahkan analisis awal tidak menilai efek plasma darah pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang tidak terlalu parah. Ini "tetap menjadi pertanyaan yang sangat penting" dan akan terus dieksplorasi dalam persidangan yang sedang berlangsung, katanya.
Hipotesis yang mendasari penggunaan terapi plasma darah untuk kesembuhan pasien COVID-19 adalah bahwa antibodi yang dikandungnya dapat menetralkan virus, menghentikannya mereplikasi dan menghentikan kerusakan jaringan.
Tetapi analisis awal REMAP-CAP yang dihentikan menunjukkan kemungkinan yang rendah, hanya 2,2%, terapi ini mengurangi tingkat kematian, menurunkan jumlah hari perawatan pasien di rumah sakit.
"Mengapa terapi plasma darah konvalesen tampaknya tidak memperbaiki hasil pada pasien Covid-19 yang sakit parah yang dirawat di ICU masih belum diketahui. Namun, ini mungkin karena kerusakan paru-paru terlalu parah bisa membuat perbedaan, "kata Alexis Turgeon, seorang dokter perawatan kritis dan profesor di Université Laval di Kanada, yang juga mengerjakan uji coba.
REMAP-CAP adalah uji klinis internasional yang mengeksplorasi pengobatan potensial untuk Covid-19. Program ini telah merekrut 4.100 pasien Covid-19 di lebih dari 290 situs klinis di seluruh Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Australasia.
(roy/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengobatan Covid Eli Lilly Setop & Bermasalah, Dipakai Trump?
