Internasional

Akun Medsos Trump Digembok Sementara, Begini Alasannya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
07 January 2021 22:40
Electoral College Protests Trump Michigan
Foto: AP/Evan Vucci

Menurut para peneliti, retorika kekerasan meningkat secara signifikan dalam 3 minggu terakhir saat kelompok pendukung Trump berencana untuk menggelar aksi unjuk rasa, termasuk para pendukung dari kelompok nasionalis kulit putih dan penggemar teori konspirasi QAnon.

Teori Konspirasi QAnon berpusat pada tuduhan ke Partai Demokrat (pihak Biden) yang menjalankan jaringan pedofil setan dan bahwa Trump dinilai sebagai penyelamat antipedofil.

Meski Twitter dan Facebook bertindak melawan akun utama QAnon tahun lalu, mereka dengan cepat pindah ke platform baru, seperti Parler, dan saluran tertutup, seperti Telegram, di mana aktvitas para loyalis Trump ini lebih sulit dilacak.

Para pemimpin gerakan ini sering memakai kata-kata Trump dalam aksi mereka, termasuk desakan presiden bahwa peristiwa di Washington pada 6 Januari akan menjadi 'liar'.

Menurut firma riset Advance Democracy Inc., komentar selama pendudukan Capitol di situs TheDonald.win, web penggemar, Trump cukup mengerikan, misalnya "WE WANT BLOOD" (kami ingin darah) dan "pembunuhan Pelosi" [Ketua DPR AS Nancy Pelosi].

Ketika pengepungan Capitol meningkat pada Rabu lalu, kelompok hak sipil termasuk The Anti-Defamation League dan Color of Change menyerukan perusahaan media sosial (medsos( untuk menangguhkan akun Trump secara permanen.

Mantan kepala keamanan Facebook Alex Stamos juga men-tweet: "Twitter dan Facebook harus menghentikannya."

Beberapa staf Facebook juga mendukung permintaan agar akun Trump ditutup dan menuntut transparansi dari para eksekutif tentang bagaimana mereka menangani situasi, sebagaimana diungkapkan unggahan internal Facebook yang dilihat oleh Reuters.

Kepala Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg kemudian menulis dalam sebuah postingan internal yang dikonfirmasi oleh perusahaan bahwa dia "secara pribadi sedih dengan kekerasan massa ini."

Dia mengatakan Facebook memperlakukan situasi sebagai keadaan darurat dan "menerapkan langkah-langkah tambahan untuk menjaga keamanan orang," tanpa menjelaskan lebih lanjut.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular