Maaf, Herd Immunity Covid-19 Sulit Dicapai Dalam Waktu Dekat!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 December 2020 14:29
Virus Outbreak France
Foto: AP/Christophe Ena

Imunitas populasi dari setiap penyakit menular tentunya berbeda-beda. WHO menyebut untuk kasus campak imunitas populasi bisa tercapai jika 95% populasi divaksinasi. Untuk 5% sisanya akan aman terlindung dari patogen. Sementara untuk kasus polio angka ambang batasnya di 80%.

Ambang batas imunitas populasi sangat tergantung pada laju reproduksi (R0) suatu wabah. Semakin tinggi lajunya maka semakin tinggi nilai ambang batasnya. Untuk kasus Covid-19 jika diasumsikan bahwa nilai R0 adalah 4 artinya satu orang bisa menginfeksi empat orang lain maka total populasi yang harus divaksinasi mencapai 75%.

Asumsi kasar tersebut mengantarkan kita pada angka kebutuhan vaksin Covid-19 sebanyak 12,6 miliar dosis. Jumlah ini akan meningkat bila efektivitas vaksin tergolong rendah. Tingkat efektivitas vaksin di atas 80% sudah tergolong baik.

Namun ada hal lain lagi yang harus dilihat yaitu seberapa lama vaksin bisa memberikan proteksi dengan menstimulasi pembentukan antibodi pada seseorang. Berbagai studi menyebut bahwa seiring dengan berjalannya waktu kekuatan antibodi akan terus melemah sehingga berpotensi kembali terjangkit penyakit yang sama.

Kasus infeksi ulang untuk Covid-19 juga sudah dilaporkan. WHO memperkirakan daya tahan antibodi Covid-19 untuk saat ini hanya 12-18 bulan saja.

Melihat fenomena tersebut maka mewujudkan imunitas populasi secara global adalah tantangan yang sangat berat mengingat kebutuhan vaksin melebihi pasokan yang tersedia, laju transmisi penyebaran virus terus mengalami kenaikan, tingkat efektivitas vaksin secara komprehensif dan waktu proteksi yang belum diketahui.

Mirisnya lagi, akses terhadap vaksin Covid-19 yang langka tidak terdistribusi secara proporsional. Negara-negara kaya dan maju terus berlomba-lomba mengamankan pasokan vaksinnya. 

Organisasi dan lembaga think tank nirlaba yang fokus pada pengentasan kemiskinan Oxfam melaporkan saat ini negara-negara kaya dengan 13% populasi penduduk global telah mengamankan 51% dari total dosis vaksin yang bisa diproduksi oleh para pengembang.

Menurut kalkulasi Oxfam ketika kelima kandidat vaksin tadi bisa diproduksi masih ada dua per tiga penduduk bumi yang harus menunggu untuk diimunisasi setidaknya sampai 2022.

Kapasitas produksi kelima kandidat vaksin tersebut menurut Oxfam bisa mencapai 5,94 miliar dosis. Apabila satu orang membutuhkan dua dosis vaksin maka jumlah tersebut mampu memasok kebutuhan vaksinasi untuk 2,97 miliar orang.

Kesepakatan terkait pasokan vaksin sudah mencapai 5,3 miliar dosis dan sebanyak 2,73 miliar dosis (51%) sudah dipesan oleh negara-negara maju seperti Inggris, AS, Australia, Hong Kong & Macau, Jepang, Swiss, Israel dan Uni Eropa.

Sementara sisanya sebanyak 2.575 miliar dosis telah dibeli oleh atau dijanjikan ke negara-negara berkembang termasuk India, Bangladesh, China, Brasil, Indonesia dan Meksiko. 

Salah satu faktor yang membuat vaksin sulit untuk terdistribusi secara merata dan proporsional adalah keterjangkauan harga dari vaksin. Untuk saat ini para pengembang vaksin masih mencari cuan dari produk yang mereka kembangkan. Di sisi lain resesi ekonomi global membuat beban fiskal membengkak.

Dengan ruang fiskal yang terbatas terutama untuk negara-negara berkembang, maka akan sulit untuk menyediakan sejumlah uang guna mendapatkan akses terhadap vaksin sesuai kebutuhan.

Melihat realita ini tentu saja mewujudkan herd immunity secara global adalah tantangan yang luar biasa besar. Rasanya akan sangat sulit juga hal tersebut tercapai dalam waktu dekat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular