
Perluas Bisnis Vaksin, AstraZaneca Akuisisi Perusahaan AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan vaksin asal Inggris AstraZaneca telah setuju membeli perusahaan obat asal Amerika Serikat Alexion Pharmaceuticals senilai US$ 39 miliar atau setara Rp 550 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) dalam kesepakatan terbesarnya yang pernah ada, sebagai upaya diversifikasi dari bisnis obat kanker yang tengah berkembang pesat dan bertaruh pada obat-obatan penyakit langka dan imunologi.
Kesepakatan itu terjadi dalam seminggu setelah AstraZeneca mengatakan sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah vaksin Covid-19-nya bisa 90% efektif, sehingga berpotensi memperlambat peluncurannya. Sementara vaksin kompetitornya, Pfizer, telah diluncurkan di Inggris dan disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat.
Mengutip dari Reuters, Minggu (13/12/2020), perusahaan Inggris itu pada Sabtu (12/12/2020) mengatakan bahwa pemegang saham Alexion akan menerima US$ 60 dalam bentuk tunai dan sekitar US$ 115 berbentuk ekuitas per saham - baik dalam saham biasa AstraZeneca yang diperdagangkan di Inggris atau dalam American Depositary Shares dalam denominasi dolar.
Berdasarkan harga ADR rata-rata referensi US$ 54,14, itu berarti harga total US$ 175 per saham. Saham Alexion ditutup pada sekitar US$ 121 per saham pada Jumat.
"Ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi kami untuk mempercepat perkembangan kami di bidang imunologi, memasuki segmen penyakit baru, segmen baru tenaga medis, dan pasien yang sejauh ini belum dapat kami tangani," CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan kepada media, seperti dikutip dari Reuters.
Obat terlaris Alexion adalah Soliris, digunakan untuk mengatasi berbagai gangguan kekebalan langka, termasuk paroksismal nokturnal hemoglobinuria (PNH), yang menyebabkan anemia dan pembekuan darah, dan pendapatannya meningkat 3,6% dalam sembilan bulan pertama menjadi US$ 3 miliar.
Astra berharap versi perbaikan dari Soliris yang disebut Ultomiris memiliki potensi pasar yang lebih besar. Mereka mengharapkan lebih banyak pertumbuhan dari jenis obat-obatan penyakit langka ke pasar China dan pasar negara berkembang lainnya.
Perusahaan Inggris itu mengatakan dewan kedua perusahaan telah menyetujui kesepakatan yang diharapkan akan ditutup pada kuartal ketiga tahun 2021.
AstraZeneca pernah terlihat memimpin perlombaan untuk mengembangkan vaksin Covid-19, tetapi tertinggal dari Pfizer dan mitranya BioNTech, serta Moderna, yang suntikannya telah menunjukkan kemanjuran yang lebih besar dalam uji klinis tahap akhir.
Dengan rencana peningkatan modal sekitar US$ 25 miliar setelah penutupan kesepakatan, Soriot ingin memanfaatkan kemajuan yang kuat dari saham Astra, didorong oleh pertumbuhan pesat obat-obatan kanker baru.
Sahamnya telah naik sekitar 70% selama tiga tahun terakhir. Sebelumnya, perusahaan juga sudah menarik sejumlah kas perusahaan dalam skala yang jauh lebih kecil yakni US$ 3,5 miliar pada tahun lalu untuk mendanai pembelian hak atas obat kanker Enhertu dari Daiichi Sankyo.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Deretan Fakta Soal Penghentian Uji Vaksin Covid-19
