Round Up

Heboh Mega Merger Grab & Gojek dan Cerita di Baliknya

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
05 December 2020 09:03
infografis: Ini Aturan Baru Taksi Online
Foto: infografis/Ini Aturan Baru Taksi Online/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua startup decacorn Asia Tenggara, Grab dan Gojek dikabarkan telah menyepakati rencana penggabungan (merger) operasinya di Asia Tenggara. Kini mereka tinggal menyelesaikan beberapa masalah untuk merampungkan aksi korporasi ini.

Hal tersebut datang dari laporan DealStreet Asia. Dalam laporan itu, disebutkan, penggabungan akan mencakup semua layanan Grab dan Gojek, mulai dari layanan transportasi, pengiriman makanan dan paket, hingga ke pembayaran digital dan layanan keuangan.

Penggabungan operasi ini akan melahirkan perusahaan baru. Namun belum sepakat komposisi pemegang sahamnnya. Grab menawarkan saham 30% namun Gojek dan pemegang sahamnnya ingin lebih besar karena tinggi penetrasi perusahaan di Indonesia, yang merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara.

Hal yang belum sepakat lainnya adalah brand di Indonesia. Rencananya, entitas gabungan ini akan menggunakan merek Grab di sebagian besar wilayah Asia Tenggara, hal ini karena Grab memiliki operasi yang lebih luas. Grab yang hadir di 8 negara Asia Tenggara, sementara Gojek hanya di 5 negara.

Dalam laporan yang diungkapkan oleh DealStreetAsia, dijelaskan Grab lebih suka untuk memakai brand nama gabungan, sementara Gojek lebih suka untuk menggunakan brandnya sendiri yang sudah dikenal banyak masyarakat di Indonesia.

Saat ini, diungkapkan oleh sumber DealStreetAsia, Gojek sedang berusaha untuk memenangkan regulator Indonesia dengan cara menghentikan, atau menghapus brand Grab di Indonesia, seperti dikutip Sabtu (5/12/2020).

Sayangnya, saat diminta konfirmasi kepada Chief of Corporate Affairs Gojek, Nila Marita menolak mengomentari rumor yang beredar tersebut.

"Beberapa layanan kami bahkan telah mencatatkan kontribusi margin positif. Kami terus memprioritaskan pertumbuhan yang berkelanjutan untuk memberikan layanan terbaik kepada pengguna dan mitra kami di seluruh tempat kami beroperasi," jelas Nila kepada CNBC Indonesia.

Juru Bicara Grab Indonesia juga menolak mengomentari rumor yang beredar di pasar.

Merebaknya isu ini pun membuat para eksekutif Grab dan Gojek menyurati para karyawan untuk menjelaskan soal isu merger dan menenangkan karyawan.

Grab di Asia Tenggara telah memberikan penjelasan kepada karyawannya, pihaknya sekerang ada di posisi yang tepat untuk melakukan akuisisi. CEO Grab Anthony Tan dalam catatannya menjelaskan mengenai spekulasi tentang kesepakatan dengan gojek kepada karyawannya.

"Ada spekulasi lagi tentang kesepakatan Gojek. Momentum bisnis kami bagus dan seperti rumor konsolidasi pasar lainnya, kami berada dalam posisi untuk mengakuisisi," jelas Tan melansir Reuters, Sabtu (5/12/2020).

Sementara itu, dari pihak Gojek, para pemimpinnya memberikan catatan sendiri kepada para stafnya, mereka meminta karyawan tak mengacuhkan rumor tersebut. Pasalnya tak ada alasan mendesak untuk melakukan merger. Apalagi Gojek di sokong investor kelas dunia seperti Google, Facebook hingga Astra International.

"Gojek memiliki pondasi keuangan yang kokoh dan berada dalam posisi yang kuat untuk mendukung operasi dan pertumbuhan perusahaan hingga tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, kita tidak ada tekanan untuk melakukan kesepakatan yang disebutkan di media," ungkap Andre Aluwi dan Andre Soelistyo dalam memonya ke karyawan.

Kedua juga menjelaskan saat ini kondisi keuangan perusahaan sangat sehat karena fokus mendorong pertumbuhan melalui kepemimpinan produk dan layanan di pasar, tak seperti banyak perusahaan lain di bisnis ini yang banyak bergantung pada strategi bakar uang.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular