Usai Suntik Vaksin, Bisakah Tubuh Kembali Terinfeksi Virus?

Tech - Yuni Astutik, CNBC Indonesia
03 November 2020 15:13
Dokter memperagakan proses vaksinasi saat simulasi pemberian vaksin di Puskesmas Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10). Pemerintah Kota Depok akan menggelar simulasi pemberian vaksin corona. Pemberian vaksin idealnya sebanyak 60 persen dari jumlah penduduk Kota Depok. Adapun yang hadir bukanlah warga sungguhan yang hendak divaksin. Hanya perwakilan dari Pemkot Depok saja. Terdapat sejumlah tahapan alur yang akan diterapkan Pemerintah Kota Depok dalam pemberian vaksin. Orang yang masuk dalam kriteria mendapat vaksin akan diundang untuk datang ke puskesmas. Nantinya mereka duduk di ruang tunggu dengan penerapan protokol kesehatan. Mereka kemudian menunggu giliran dipanggil petugas. Setelah itu masuk ke ruangan untuk disuntik vaksin. Orang yang telah divaksin akan diregistrasi petugas guna memantau perkembangannya secara berkala.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Simulasi pemberian vaksin Covid-19 di Puskesmas Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksinolog dan Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Dirga Sakti Rambe menegaskan bagi seseorang yang sudah pernah terpapar Covid-19 tetap harus waspada dan menerapkan protokol kesehatan dengan 3 M.

"(Re-infeksi) di seluruh dunia belum sampai 30 kasus, masih kecil. Tapi kita tahu durasi proteksi antibodi covid-19 ini tak berlangsung lama. Sekalipun kita pernah kena covid-19 harus tetap menggunakan #masker, #jagajarak dan rajin #cucitangan. Jangan mentang-mentang karena kita bisa kena oleh infeksi virus yang berbeda," katanya dalam dialog produktif "Vaksin: Intervensi Kesehatan Masyarakat yang Efektif dan Aman" secara virtual di Jakarta, Selasa (3/11/2020).

Menurutnya berapa kali vaksinasi tergantung dari jenis penyakit infeksi itu sendiri. Hal itu bisa diketahui berdasarkan hasil penelitian. Apakah harus diulang atau cukup hanya 1 kali vaksinasi saja.

"Misal BCG mencegah TBC sekali seumur hidup. Ada DPT, itu mesti diulang-ulang. Didapat data itu dari penelitian. Proteksi optimal berapa kali suntikan dan berapa lama," jelasnya.

Dia juga menyinggung terkait dengan kejadian ikutanpasca imunisasi(KIPI).Ada beberapa yang dirasakan pasca imunisasi/vaksinasi yang dimaksud dengan KIPI ini. Misalnya, seseorang yang merasa sakit kepala setelah disuntik vaksin MMR (vaksin yang diberikan dengan tujuan agar tubuh terlindung dari penyakit gondong, campak, dan rubella).

"KIPI yang dilaporkan belum tentu vaksinnya. Sudah ada metode, apakah keluhan tadi berhubungan atau tidak. Bisa jadi itu kebetulan, misal karena telat makan," ujarnya.

"Kedua, memang vaksin ada efek samping. Tapi itu mayoritas sifatnya ringan hanya reaksi lokal. Sebagian bisa demam, ingat demam tanda vaksin bekerja, tidak perlu khawatir," imbuhnya.

Seiring berjalannya waktu banyak vaksin yang ditemukan. Hal ini menurutnya menggambarkan kemajuan ilmu pengetahuan. Bahkan dia mengatakan, kalau bisa semua penyakit infeksi ada vaksinnya.

"Membuat vaksin kan tak mudah. Pembuatan (vaksin) biasanya untuk yang berdampak luas. Pandemi ini kan bisa berulang. Dulu ada influenza, sekarang covid-19. Oleh karena itu, kita harus perhatikan kebersihan, interaksi manusia dengan binatang," pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya

Norovirus Ada di RI, Seberapa Bahaya dan Sudah Ada Vaksin?


(roy/roy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading