NASA Temukan Air di Permukaan Bulan, Apakah Bulan Layak Huni?

Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 October 2020 11:03
Gerhana bulan tampak di Jakarta, Rabu (31/1). Gerhana yang terjadi 150 tahun sekali tersebut menampilkan tiga keunikan yaitu Supermoon, Bloodmoon dan Bluemoon. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Antariksa AS (NASA) mengumumkan telah menemukan air di permukaan Bulan yang diterangi Matahari. Apakah ini pertanda Bulan layak huni?

Penemuan ini diumumkan oleh Paul Hayne, seorang ilmuwan Universitas Colorado. Air terlihat di dekat kawan Clavius, salah satu formasi kawah besar di satelit tinggi yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Ilmuwan lain yang terlibat dalam penelitian ini, Casey Honniball mengatakan ada 100-400 bagian per satu juta air di sana, atau "kira-kira setara dengan sebotol air 12 ons dalam satu meter kubik tanah Bulan."

"Kami memiliki indikasi H20 (rumus kimia air) mungkin ada di sisi Bulan yang diterangi Matahari," ujar Paul Hertz, direktur divisi AstroFisika NASA, seperti dikutip dari Foxnews, Selasa (27/10/2020).

"Sekarang kami tahu itu ada di sana. Penemuan ini menimbulkan pemahaman kita tentang permukaan Bulan dan menimbulkan pertanyaan menarik tentang sumber daya relevan untuk eksplorasi ruang angkasa lebih lanjut."

Penelitian yang dipimpin Casey Honniball ini menemukan keberadaan air langsung di permukaan Bulan, sementara penelitian Paul Hayne berspekulasi air mungkin terperangkap dalam 'skala spasial kecil' di seluruh permukaan Bulan.

Para peneliti telah mengetahui keberadaan air di bulan sejak beberapa tahun silam, setelah pada 1971 ditemukan uap air di Bulan. Pada tahun 2009, bukti pertama air beku di permukaan ditemukan.

Chief exploration scientist NASA Jaco Bleacher mengatakan penemuan ini "menarik untuk eksplorasi manusia, tetapi ada implikasi yang lebih besar untuk itu. "Memahami di mana letak air akan membantu kami menentukan ke mana harus mengirim astronot di bulan," terang Bleacher.

Sebelumnya air diyakini berada di area yang tak menerima sinar matahari sehingga air ini berbahaya dan dingin untuk diakses astronot. Tetapi temuan baru ini mengungkapkan air jauh lebih mudah diakses dan kemungkinan dapat digunakan untuk minum, suplai bahan bakar dan penggunaan lainnya.

Penemuan ini dibuat dari Observatorium Stratosfer NASA untuk Astronomi Inframerah (SOFIA), yang digambarkan sebagai "observatorium udara terbesar di dunia".

SOFIA adalah pesawat Boeing 747 yang dimodifikasi yang mampu terbang tinggi di atmosfer bumi, memungkinkan teleskop setinggi 9 kaki untuk "melihat dengan jelas alam semesta dan objek di tata surya kita". Ia mampu mengamati panjang gelombang inframerah yang mampu mendeteksi "fenomena yang tidak mungkin dilihat dengan cahaya tampak," tambah NASA.


(roy/miq) Next Article NASA Mau Menambang Bulan, Lagi Cari Kontraktor Nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular