Dipakai 2022, Ini Tahapan Pengembangan Vaksin Merah Putih

Jakarta, CNBC Indonesia- Vaksin merah putih diproyeksi dapat mulai digunakan 2022 dan awal 2021 dapat dilakukan penyerahan bibit vaksin kepada industri dan melakukan uji klinis. Saat ini lembaga Eijkman telah menyelesaikan 55% skala laboratorium.
Kepala LBM Eijkman Amin Subandrio mengatakan ada dua skala utama dalam pembuatan vaksin yakni skala laboratorium dan industri. Eijkman diberikan waktu 12 bulan untuk skala laboratorium, ketika dalam keadaan tidak pandemi biasanya membutuhkan waktu 3-5 tahun.
"Kami sudah menyelesaikan 55% dari proses skala laboratorium, dan Februari atau Maret 2021 sudah bisa memberikan bibit vaksin ke Biofarma untuk proses selanjutnya," kata Amin kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/10/2020).
Dia menegaskan pengujian vaksin pengawasannya dilakukan sejak di laboratorium, dan harus memenuhi persyaratan keamanan dan lainnya. Eijkman juga harus memastikan semua proses prosedur yang disarankan setelah itu baru bisa membicarakan hasilnya.
"Karena itu fase 1-2-3, yang sedang diuji di Indonesia sudah bisa dipastikan 1-2 sudah dilakukan dan hasilnya diterima oleh otoritas di Indonesia dan dilakukan di sini. Fase 3 biasanya membutuhkan 6 bulan," jelasnya.
Tetapi jika ada kebutuhan tertentu untuk izin penggunaan darurat di tengah uji klinis fase 3 dan dinilai vaksin efektif dan aman maka bisa mulai diberikan.
"Vaksin Merah Putih tetap harus menyelesaikan fase uji klinis 1, bisa dilanjutkan uji klinis fase selanjutnya, semua proses harus aman, dan ini semua paling cepat 2021, dan awal 2022 diperkirakan baru bisa," katanya.
Vaksin Merah Putih dibuat dengan virus yang spesifik berkembang di Indonesia, sehingga diharapkan bisa efektif bagi masyarakat Indonesia. Namun tetap hasilnya tetap harus dilihat melalui uji klinis fase 3 untuk melihat efeknya kepada pasien.
"Yang menentukan bukan hanya virusnya tetapi juga hostnya, genetik, lingkungan, dan gaya hidup orang-orang di daerah tersebut. Baru bisa dipastikan jika dilakukan uji klinis di daerah tersebut," kata dia.
Menanggapi adanya mutasi dari Sars-Cov-2 terhadap efikasi vaksin, Amin menilai secara teoritis memang bisa berpengaruh namun tidak signifikan. Dia menjelaskan dari receptor binding domain dari spike protein atau bagian yang menempel pada tubuh manusia tidak terganggu, sehingga kinerja vaksin juga tidak akan terganggu.
(roy/roy) Next Article Tak Mau Tergantung Impor, RI Bikin 6 Jenis Vaksin Merah Putih
