Tak Mau Tergantung Impor, RI Bikin 6 Jenis Vaksin Merah Putih

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain mengandalkan vaksin Covid-19 impor untuk membasmi Covid-19, pemerintah RI juga menyiapkan vaksin mandiri untuk jangka panjang atau vaksin merah putih. Vaksin buatan dalam negeri ini diharapkan dapat selesai paling cepat pada kuartal III-2021.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan ada enam lembaga yang tengah mengembangkan vaksin merah putih, yakni Eijkman, kemudian LIPI, Institute Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Airlangga.
"Dari 6 vaksin itu yang bisa paling cepat, yang awal tahun depan diserahkan bibit vaksinnya ke Biofarma yakni yang dari Eijkaman dan UI," kata Bambang, Selasa (20/10/2020).
Selain itu, jika penelitian berjalan lancar pada Januari-Februari 2021 sudah dapat dilakukan penyerahan bibit vaksin ke Biofarma. BRIN memastikan bibit vaksin sebagai kandidat vaksin setelah melalui uji hewan atau mamalia, setelah uji klinis terhadap manusia menjadi ranah industri yakni Biofarma. Kemudian untuk registrasi menjadi ranah BPOM, yang akan menentukan cepat atau tidaknya produksi vaksin dan tetap harus mengikuti protokol.
Dia menjabarkan untuk lembaga Eijkman mengembangkan vaksin berbasis protein rekombinan, LIPI mengembangkan protein rekombinan fusi, UI mengembangkan dengan platform DNA, RNA, dan virus like particle, kemudian ITB dengan platform adenovirus. Sementara UGM dengan protein rekombinan, dan Unair menggunakan dua platform adenovirus dan adeno-associated virus (AAV).
"Kami berharap keenamnya berhasil dan memenuhi syarat utama vaksin yakni keamanan dan efikasi," katanya.
Vaksin merah putih dikembangkan untuk jangka panjang dengan mengedepankan kesehatan bersifat preventif, sehingga tidak hanya fokus pada penyembuhan penyakit. Apalagi di awal vaksin Covid-19 harus disuntikkan dua kali, dan tidak bisa menjaga daya tahan terhadap penyakit ini seumur hidup sehingga harus ada revaksinasi atau booster dalam jangka waktu tertentu.
"Masalah vaksin ini bukan hanya masalah 2021, ini akan berkelanjutan di 2022 dan 2023 karena ada kemungkinan butuh revaksinasi atau booster," ujarnya.
Sebagian masyarakat juga mempertanyakan masalah kemanjuran dari vaksin merah putih dibandingkan dengan vaksin asal China atau asal Inggris. Bambang menegaskan masalah manjur atau tidaknya tergantung bagaimana bibit vaksin dihasilkan dan diproduksi dalam skala lebih besar. Dari hasil uji klinis akan terlihat efikasi dari vaksin ini.
Dia optimis vaksin merah putih bisa efektif karena langsung menggunakan isolat virus Covid-19 yang bertransmisi di Indonesia. Untuk memperkuat vaksin ini, Indonesia juga terus melakukan whole genome sequencing untuk mempelajari karakter virus yang ada di Indonesia dan sudah ada 114 genom yang disubmit ke GISAID.
"Kami harapkan untuk masyarakat Indonesia cocok, kami harap vaksin lain juga cocok, kami tidak mau bertanding masalah efikasi. Yang penting harus bisa mengadakan vaksin untuk kebutuhan rakyat," katanya.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster
