Trump Diberi Koktail Antibodi Lawan Corona, Barang Apa Itu?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 October 2020 16:27
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak memakai masker saat berada di Gedung Putih. (AP/Alex Brandon)
Foto: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak memakai masker saat berada di Gedung Putih. (AP/Alex Brandon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Donald J Trump, pria berusia 74 tahun yang juga menjabat sebagai Presiden ke-75 Amerika Serikat (AS) tersebut pekan lalu dikabarkan terjangkit Covid-19 setelah ajudan pribadinya Hope Hicks ternyata terinfeksi virus yang sama. Tak hanya Trump First Lady, Melania Trump juga positif mengidap Covid-19.

Trump akhirnya harus dirawat di Rumah Sakit Militer Walter Reed yang terletak di Bethesda, Maryland selama tiga hari. Pada Senin petang kemarin, mantan taipan properti AS itu akhirnya keluar dari rumah sakit dan kembali ke Gedung Putih.

Sesampainya di Gedung Putih, Trump yang menggunakan jas dan berdasi itu membuka maskernya dan mengeluarkan pernyataan yang fenomenal. "Sekarang saya lebih baik, mungkin saya kebal, saya tidak tahu" ungkapnya sebagaimana dilansir kantor berita AFP.

Selama menjalani perawatan, Trump diberikan berbagai kombinasi obat untuk membuatnya sembuh. Beberapa obat tersebut di antaranya sudah tidak asing lagi di telinga publik seperti Remdesivir yang awalnya digunakan untuk penyakit Ebola, kemudian ada obat anti radang yang juga umum di pasaran dexamethason.

Selain diberikan multivitamin, ada satu jenis obat lagi yang juga diberikan kepada Trump. Obat tersebut adalah antibodi cocktail yang diproduksi oleh perusahaan farmasi terkemuka yang berbasis di Tarrytown, New York yakni Regeneron.

Cocktail di sini jangan dibayangkan sebagai minuman beralkohol yang dibuat dengan berbagai kombinasi yang tersedia di berbagai bar. Namun nama cocktail itu sendiri diambil karena prinsipnya mirip yaitu menggunakan campuran.

Kali ini yang dicampur adalah antibodi monoklonal. Dalam dunia medis, antibodi adalah semacam protein yang berperan sebagai senjata untuk melawan patogen yang secara alami diproduksi oleh tubuh seseorang setelah terinfeksi.

Cocktail tersebut diberi nama REGN-COV2 yang merupakan kombinasi dua antibodi monoklonal yang diproduksi oleh perusahaan. Sebenarnya obat ini belum mendapat izin penggunaan secara luas oleh otoritas kesehatan terkait di AS yakni FDA. 

Namun untuk kasus darurat Trump, FDA menyetujui penggunaannya. Saat ini REGN-COV2 sedang diuji klinis di tahap akhir. Lantas bagaimana khasiat dari duo antibodi Regeneron ini?

Pada tahap awal uji klinis yang melibatkan 275 orang yang positif Covid-19, pemberian REGN-COV2 dilaporkan memiliki dampak yang positif. Pasien Covid-19 yang terlibat dalam uji tersebut merupakan yang mampu menghasilkan antibodi secara alami maupun yang tidak.

Pasien positif Covid-19 tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Dua kelompok perlakukan dan satu kontrol (placebo). Kelompok pertama diberikan dosis tinggi dengan satu kali infus yang berisi larutan 8 gram REGN-COV2 dan kelompok kedua hanya diberi dosis 2,4 gram saja.

Pemberian REGN-COV2 terbukti menurunkan jumlah virus dalam tubuh pasien dalam waktu tujuh hari. Pasien yang tak mampu mengembangkan antibodinya sendiri secara alami mengalami penurunan gejala pada hari ke-13. Sementara untuk pasien yang diberi REGN-COV2 mengalami penurunan gejala mulai pada hari ke enam. 

Kedua dosis tersebut dilaporkan oleh perusahaan tidak memiliki dampak negatif yang parah pada pasien dan tak menimbulkan adanya kematian. 

"Setelah tim kami yang berbakat bekerja berbulan-bulan dengan sangat keras, kami sangat bersyukur melihat cocktail antibodi Regeneron REGN-COV2 dengan cepat mengurangi viral load dan gejala terkait pada pasien yang terinfeksi Covid-19," kata George D. Yancopoulos, MD, Ph. D., Presiden dan Kepala Pejabat Ilmiah Regeneron.

"Manfaat pengobatan terbesar dirasakan pada pasien yang tidak mampu menghasilkan kekebalan efektif mereka sendiri. Hasilnya menunjukkan bahwa REGN-COV2 dapat memberikan pengganti pengobatan untuk meningkatkan kekebalan yang terjadi secara alami."

"Pasien ini cenderung tidak dapat membunuh virus sendiri, dan berisiko lebih besar mengalami gejala yang berkepanjangan. Kami sangat bersemangat melihat karakteristik hasil uji yang kuat dan konsisten ini, serta profil keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik." tambah Yancopoulos, melansir situs resmi perusahaan.

"Dan kami telah mulai mendiskusikan temuan kami dengan pihak berwenang sambil melanjutkan uji coba kami yang sedang berlangsung. Selain memiliki implikasi positif untuk uji coba REGN-COV2 dan terapi antibodi lainnya, data ini juga mendukung janji vaksin yang menargetkan protein lonjakan SARS-CoV-2." pungkasnya.

Kini REGN-COV2 juga tengah diuji klinis tahap III di Inggris. Salah satu pemimpin investigasi untuk tahap akhir ini adalah Peter Horby, Professor of Emerging Infectious Diseases and Global Health, Nuffield Department of Medicine, University of Oxford.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular