Trump Luncurkan Serangan Baru ke China, Siapa Korbannya?

Roy Franedya, CNBC Indonesia
28 September 2020 14:28
SMIC Sedang Dikaji Masuk dalam Daftar Blokir oleh AS (CNBC Indonesia TV)
Foto: SMIC Sedang Dikaji Masuk dalam Daftar Blokir oleh AS (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan telah memberlakukan pembatasan ekspor ke pembuat chip terbesar China, SMIC, dengan alasan adanya 'risiko yang tidak bisa diterima" karena suku cadang yang dipasok ke perusahaan dapat digunakan untuk tujuan militer.

Bersama dengan Huawei, SMIC kini masuk dalam Entity List atau blacklist. Untuk berbisnis dengan perusahaan AS, SMIC harus mendapatkan lisensi khusus dari Departemen Perdagangan AS, seperti dikutip dari Reuters, Senin (28/9/2020).

SMIC mengaku belum menerima pemberitahuan resmi tentang pembatasan tersebut dan mengklaim tidak memiliki hubungan dengan militer China.

"SMIC menegaskan kembali bahwa kami memproduksi semikonduktor dan menyediakan layanan hanya untuk pengguna akhir sipil dan pengguna akhir komersial," kata SMIC.

"Perusahaan tidak memiliki hubungan dengan militer China dan tidak memproduksi [perangkat] untuk pengunaan militer mana pun."

SMIC menjadi perusahaan teknologi terbaru yang mendapat pembatasan dari AS karena masalah keamanan nasional. Sebelum Huaweai Technologies dibatasi aksesnya ke chipset setelah masuk Entity List tahun lalu.

Biro Industri dan Keamanan Departemen Perdagangan AS menolak mengomentari sanksi SMIC tetapi mengatakan "terus memantau dan menilai setiap potensi ancaman keamanan ansional dan kepentingan kebijakan luar negeri AS."

Semikonduktor adalah komponen penting dalam produk elektronik yang digunakan konsumen. Semikonduktor dana semacam otak bagi produk elektronik yang bisa membuat perangkat semakin 'pintar' dan terhubung ke internet.

Langkah AS ini mengancam inti dari rencana China untuk meningkatkan industri semikonduktor domestiknya, setelah perang dagang AS dengan China. SMIC dipandang sebagai bagian penting dari ambisi China dan sanksi terbaru ini dapat menghambat perkembangan perusahaan selama beberapa tahun, para ahli memperingatkan.

"Ini tepat pada inti dari kemampuan China untuk menjadi otonom dalam teknologi," kata David Roche President Independent Strategy, seperti dikutip dari CNBC International.


(roy/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Qualcomm Dikabarkan Pasok Chip HP ke Huawei, Trump Melunak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular